AL MAWAQIF WAL MUKHOTOBAT
(Yang ditegakkan berdiri dan diajak bertutur kata)
Judul : Melihat Allah
Terjemahan : oleh Mustafa Mahmud
ULASAN
ABDUL HASAN ASY-SYADZILI
Dokter Abdul Halim
Mahmoud dalam bukunya yang berjudul “Abdul Hasan Asy-Syadzily” yang
diterbitkan di tahun 1387 H – 1967 H. Mengatakan bahwa beliau adalah
seorang Arif Billah, seorang sufi penuh perjuangan, lahir di tahun 593 H
– wafat 656 H.
Dalam singgungannya
yang singkat, diterangkan bagaimana pendapat Asy-Syadzilly mengenai Asy
Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri, penulis kitab “Almawaqif wal
Mukhotobat”, kata beliau : “Kitab itu bukan sembarang kitab, tidak
mudah, yang kesukarannya sudah pasti sukar, oleh karena isinya
mengibaratkan tentang hal-hal ruhani, meninggi dan tidak mungkin bagi
seseorang dapat mendalami selain “Kawan-kawan ahli rasa” (dzauqiah) yang
tinggi pula pengertian dan kemauannya, tak mungkin seluruh kitab itu
dipahami kecuali oleh orang khusus di bidangnya”.
Dan dalam hal ini
Abdul Hasan Asy-Syadzilly penuh berhasrat hendak “Meringankan” dan
“Menggampangkan” kandungan isi kitab itu, agar mereka yang berkemampuan
bersedia untuk menerima, dapat memahami. Dan beliau dalam hal ini
bersedia menyediakan “Kunci pembukanya” bagi setiap yang merindukan alam
hikmat kebijaksanaan; sayang sekali sampai akhir hayat niat baik beliau
belum sampai terlaksana.
Dalam buku ini
disebutkan pula bahwa Ibn Athaillah membawakan sebuah kisah : Pada suatu
hari pernah terjadi suatu pertemuan di Cairo di rumah Azky As Sarrakh,
dalam pertemuan tersebut Asy Syeikh Abdul Hasan Asy-Syadzilly memegang
sebuah kitab “Almawaqif wal Mukhotobat” Kitab tersebut beliau baca di
hadapan Ibn Athaillah dan Abdul Abbas Al Marsi...
Berdasarkan pada
tulisan Doktor Abdul Halim Mahmoud mengenai kehidupan Asy-Syadzily (yang
pernah berguru pada Abdus Salam bin Masysy) teranglah sudah bahwa buku
“Almawaqif wal Mukhotobat” karangan Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar
An-Nafri yang kami terjemahkan dan disusun dalam Bahasa Indonesia
dengan Judul “Melihat Allah” sudah dikenal dan diketahui oleh Ibn
Athaillah As-Iskandari penulis kitab :Al Hikam” yang sudah tidak asing
lagi bagi kita, bahwa sudah dikenal pula oleh Abul Abbas Al-Marsi (Guru
Ibn Athaillah) murid Abul Hasan Asy-Syadzilly. Dalam buku tersebut
terdapat banyak persamaan perihal kata-kata “Allah berkata kepadaku” dan
lain-lain yang serupa dengan itu. Semoga ridha dan Rahmat Allah kepada
beliau-beliau..........
1.
TENTANG TAUHID
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Wahai hamba, engkau
tiada memiliki sesuatu pun, kecuali apa yang Aku kehendaki untuk menjadi
milikmu. Tiada juga engkau memiliki dirimu, karena Akulah Maha
Pencipta-Nya; Tiada pula engkau memiliki jasadmu, maka Akulah yang
membentuk-Nya; Hanya dengan pertolongan-Ku engkau dapat berdiri; dan
dengan “Kalimat-Ku” engkau datang ke dunia ini.
“Wahai hamba!
Katakanlah Tiada Tuhan melainkan Allah, kemudian tegakkan berdiri di
jalan yang benar, maka Tiada Tuhan melainkan AKU. Dan tiada pula wujud
yang sebenarnya wujud kecuali untuk-Ku, dan segala yang selain
daripada-Ku, adalah dari bantuan tangan-Ku dan dari tiupan Roh-Ku.
“Wahai hamba! Segala
sesuatu adalah kepunyaan-Ku, bagi-Ku dan untuk-Ku, jangan sekali-kali
engkau merebut apa yang menjadi kepunyaan-Ku. Kembalikan segala sesuatu
kepada-Ku, niscaya akan Ku buahkan pengembalianmu dengan tangan-Ku dan
Ku tambah padanya dengan kemurahan-Ku. Serahakan segala sesuatu
kepada-Ku, niscaya Ku selamatkan engkau dari segala sesuatu.
Ketahuilah, bahwa
hamba-Ku yang terpercaya, adalah yang mengembalikan segala yang
selain-ku kepada Ku. Tengoklah dengan pandangan tajam kepada-Ku,
bagaimana cara-Ku melakukan pembagian, niscaya engkau akan melihat
pemberian dan penolakan merupakan dua bentuk yang dinamakan, agar dengan
demikian engkau mengenal-Ku”.
“Hai
hamba! Sesungguhnya engkau telah melihat Daku sebelum dunia terhampar
dan engkau mengenal siapa yang telah engkau lihat. Dan kepada-Ku-lah
engkau akan kembali.Aku ciptakan sesgala sesuatu untuk mu dan Aku
labuhkan tirai (Hijab) atasmu. Lalu engkau pun tertutup dengan tirai
dirimu sendiri, kemudian Aku menghijab engkau dengan diri-diri yang
lain, yang mana diri-diri yang lain itu menyeru kepadamu dan pada
dirinya dan menjadi penghijab dari pada Ku.
Setelah kesemuanya
itu, maka Aku-pun kembali menyata di balik kesemuanya itu, dan dari
belakang kesemuanya itu Ku perkenalkan diri-Ku; Ku katakan kepadamu
bahwasanya Aku-lah Maha Pencipta; Aku yang menciptakan kesemuanya itu
dan bahwasanya Aku menjadikan engkau Khalifah (Pengurus yang berkuasa di
Bumi) atas kesemuanya itu dan ketahuilah bahwa kesemuanya itu adalah
amanah (titipan) pada sisi-mu. Dan diharuskan pada pengemban amanah itu
untuk mengembalikannya.
Maka telitilah dirimu
setelah engkau mempercayai-Ku, sudahkah engkau mengembalikan segala
sesuatu itu kepada-Ku ?? Dan sudahkah engkau memenuhi perjanjian yang
telah engkau buat dengan Ku..????
“Dan ... barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar” (QS. Al-FtKh 48:1).
“Dan
sesungguhnya... kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa akan
perintah itu, dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat” (QS.Thaha
20:115)
“Hai hamba!!! Ku
ciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana Aku akan rela kalau
engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu itu. Sesungguhnya Aku melarang
engkau untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu (Selain-Ku) karena Aku
pencemburu padamu”.
“Hai Hamba!!!! Aku
tidak rela engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu, walau harapanmu akan
surga sekalipun, karena sesungguhnya... Aku ciptakan engkau hanya
untuk-Ku; supaya engkau berada di sisi-Ku; Di sisi yang tiada sisi, dan
di mana yang tiada mana.
Ku Ciptakan engkau
atas pola gambar-Ku seorang diri, tunggal, mendengar, melihat dan
berkemauan serta berbicara. Dan aku jadikan engkau mempunyai kemampuan
untuk TAJALLINYA (menyatakan) nama-nama-Ku, dan... tempat untuk
pemeliharaan-Ku”.
“Engkau adalah sasaran pandangan-Ku... tiada dinding penghalang yang memisahkan antara-Ku dan antaramu.
Engkau teman duduk se majelis dengan-Ku, maka tiada pembatas antara-Ku dan antaramu.
“Hai hamba!! Tiada
antara-Ku dan antaramu... antara Aku lebih dekat kepadamu, maka
pandanglah kepada-Ku, karena aku senang memandang kepadamu”.
2.
UJIAN
<*> Hikmah yang terkandung di balik penciptaan dunia dan ujian bagi manusia<*>
Al-Imam An-Nafri
mengatakan : Bahwa tubuh (Jasad) itu adalah suatu hakikat yang akan
sirna dan bahwa tubuh itu merupakan batu ujian yang diciptakan oleh
Allah untuk menguji Ruh.
Sifat-sifat manusiawi
dengan apa yang ada padanya dari syahwat-syahwat dan
keinginan-keinginan serta kemauan-kemauan yang di ikuti dengan
pelanggaran-pelanggaran, adalah juga sebagai cobaan dan ujian dari
tujuan Roh.
Tiada wujud yang
sebenarnya, kalau di tilik dari sifat manusia yang dikaitkan dengan
kemanusiaan, tetapi yang ada hanyalah daya yang merangsang untuk menguji
Ruh agar dapat diketahui dan dikenal sampai di martabat yang dapat
dicapai.
Apakah Ruh itu bisa
mencapai nisbatnya kepada Allah, lalu Roh mengarahkan segenap
kemampuannya untuk merindukan dan mencintai Allah, ataukah Roh itu
tertarik oleh jasad dengan memanjakan syahwat-syahwatnya.
Di Sinilah letak Ujian itu.
Allah berseru dengan tutur kata-Nya : (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Sesungguhnya Aku
dahirkan (nyata) syahwat itu sebagai dinding kukuh yang menghijab atasmu
untuk tawajjuhmu (menuju ke tujuanmu yang sebenarnya) dan.... andaikan
engkau melihat dirimu sendiri sebagai engkau melihat kepada
langit-langit dan bumi, tentu saja akan nampak olehmu bahwa yang
menyaksikan itu adalah engkau, pribadimu, tanpa adaya syahwat dan
keinginan”.
“Karena pengujian-Ku
kepadamu maka aku coba engkau dengan syahwat-syahwat yang bersifat tidak
menetap pada dirimu di bawah kekuasaan hukummu dan tidak pula bisa
menetap pada dirimu atas dasar penndirianmu, maka... sifat kemanusiaanmu
itu yang condong dan berkeinginan, dan ia pulalah yang mengejar
kepuasan, tetapi sebenarnya engkau tidak condong ke situ dan tidak pula
berkeinginan maupun mengejar kepuasan dan kelezatan”.
“Engkau yang
sebenarnya adalah di balik dinding yang merupakan syahwat dan di
belakang tabir penutup sifat kemanusiaan. Engkau yang sejati adalah
suatu roh yang suci bersih, tanpa noda syahwat, dan berada jauh di atas
ketinggian sifat kemanusiaan tanpa condong pada apa pun dan tidak pula
berkeinginan”.
Dari arah lain DIA
menyeru : “Hai hamba !! Engkau dalam keadaan lapar lalu engkau lahap
makanan, maka hal yang demikian engkau bukan daripada-Ku; dan AKU pun
bukan dari padamu (yang dimaksud .. ialah seorang hamba yang berdaya
untuk mengalahkan tabiatnya sendiri, adalah menjadi dalil yang nyata
bahwa hamba tersebut telah mengenal dirinya dan telah pula mencapai
kemuliaan nasabnya dengan adanya suatu pertalian roh yang erat dan
berkait kepada ALLAH.... bukan jasad yang bernasab pada tanah).
Di alam Al-Qur’an disebutkan peristiwa Thalud yang berkata kepada bala tentaranya :
“Sesungguhnya
Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai, maka barangsiapa yang minum
daripadanya (sepuas penghilang dahaganya) maka ia bukan dari golonganku,
dan barang siapa yang tidak merasakan kesegaran, maka ia dari
golonganku, kecuali orang yang hanya menyauk sekali sauk dengan
tangannya (sekedar pembasah tenggorokan)”. (QS. Al-Baqarah 2:249).
Ayat tersebut di atas
mengandung juga hikmah puasa, maka... yang demikian itu merupakan
kenyataan roh tentang dirinya dan kesanggupannya untuk menahan diri dari
perbuatan (menginginkan kepuasan) jasad dari apa yang menjadi ujian
untuknya. Begitu halnya bila seorang sedang berpuasa menolak makanan
berarti telah memahami sifatnya (yang asli), bahwa roh itu tidak
memerlukan makanan dan minuman.
Allah berseru kepada
hamba-Nya : “Aku ciptakan engkau adalah melulu untuk-Ku, tinggal di
samping-Ku, untuk menjadi sasaran pandangan-Ku dan dalam lingkungan
pemeliharaan-Ku.
Dan Aku telah membangun di sekitarmu bendungan yang mengelilingi dari segala jurusan demi cemburu-Ku atasmu.
Kemudian Aku
berkehendak untuk menguji engkau, lalu aku Buka pada bendungan tadi
pintu-pintu sebanyak apa yang telah Ku ciptakan, dan sebanyak bilangan
apa yang telah Ku nyatakan dari pengaruh-pengaruh yang merangsang.
Dan di luar setiap
pintu, Ku tumbuhkan sebatang pohon yang rindang yang dikelilingi
genangan mata air yang jernih sejuk, dan Aku hauskan engkau!!!
Lalu aku pun
bersumpah demi karunia-karunia-Ku, selama engkau menjarak keluar
daripada-Ku untuk minum, melainkan akan Ku sia-siakan engkau, jangan
diharapkan engkau akan dapat kembali berdampingan dengan-Ku, dan tidak
pula engkau akan berhasil mendapatkan minuman yang engkau
harap-harapkan, maka.... sesungguhnya jika terjadi hal demikian, berarti
engkau telah sesat jalan daripada-Ku dan engkau telah melupakan bahwa
Aku adalah sebenarnya minuman Yang Maha Tunggal dan rumah tempatmu
berlindung yang tunggal bagimu, dan sesungguhnya Akulah Allah Pencipta
segala sesuatu. Dari pada-Kulah segala pertolongan dan bantuan, dan
dengan Aku pulalah kehidupan sejati yang sesungguhnya.
3.
Arti Makna Nama-Nya “YANG MAHA PERKASA”
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Tidaklah Aku dapat
dipandang oleh mata, tidak pula dapat dilihat oleh pandangan; Tidak pula
Ilmu pengetahuan dapat menghampiri kepada-Ku;
Aku tidak dapat dikenal oleh sejauh pengenalan.
Aku Yang Maha Perkasa yang tidak dapat dicapai bagaimanapun, dan... tak dapat dijumpai walau dengan sebutan nama-Ku.
Setiap ucapan kata
telah nampak bernyata, maka Akulah yang menciptakannya dan merangkai
huruf-hurufnya. Tidak akan melampaui kesemuanya itu adalah bahasa-bahasa
yang dikenal dan diketahui yang disifatkan. Aku adalah yang tidak dapat
dijangkau dan diserupakan dengan apapun. “Laisa Kamitslihi Syai-‘un” (QS.Asy-Syura 42:11).
“Akulah Allah Yang
Maha Suci yang tidak dapat dimasuki dan dijumpai oleh tubuh-tubuh dan
tidak oleh huruf-huruf sekalipun dan tidak pula dapat dicapai oleh
kalimat-kalimat”.
Hai Hamba!! Jangan
salah terka bahwa setiap yang dhahir itu dapat dilihat... Akulah Raja
yang menyata dengan Kemurahan dan tersembunyi dengan Keperkasaan.
Hai hamba!! Akulah
Yang Dahir yang tidak dapat dilihat dan dipandang oleh mata, dan Akulah
Yang Batin yang tidak dapat disentuh oleh prasangka dan persangkaan yang
bagaimanapun.
Hai hamba!! Akulah
Yang Maha Kekal, yang mana kekekalan Ku tidak dapat diberitakan oleh
abad; Dan Akulah Yang Esa yang jauh dari bilangan dan perhitungan”.
“Setiap sesuatu akan
dituntut oleh asal mulanya, sebagaimana tubuh dintuntut oleh asa
mulanya. Yang Satu itu AKU, Yang Maha Tunggal dan sendirian, dan
tidaklah Aku dari sesuatu lalu sesuatu itu akan menuntut pada-Ku.
Dan tidaklah Aku dengan sesuatu, maka sesuatu itu akan menyertai Ku.
Aku adalah mutlak, tiada satu pun ikatan, dan Aku bebas tanpa ada sesuatu yang menentukan”.
4.
BERSANDING BERSAMA ALLAH
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Apabila eggkau berhimpun dengan selain Ku, kemudian berpisah, niscaya tidak dapat engkau berhimpun (lagi)”.
“Hendaklah engkau
bersanding dengan Ku, niscaya engkau akan berhimpun dengan yang
menghimpun segala yang bersanding dengan Ku. Dan engkau akan mendengar
dengan pendengaran yang mendengarkan segala pendengaran, maka engkan
akan mencakup selain dirimu dan engkau akan memberitakan tentang DIA dan
tidaklah engkau akan dicakup oleh selainmu lalu DIA memberitakan
perihalmu”.
“Orang yang berdiri
di Hadirat Ku tidaklah ia akan ditawan oleh pesona keindahan dan
tidaklah ia dikejutkan oleh kegentaran, karena ia melihat Yang Nayat
(Adh-Dhahir) dan bukan kenyataan-kenyataan (yang berbilang) Ia akan
melihat keindahan yang bukan dapat dinamakan keindahan lagi. Ia akan
nampak Yang Mutlak yang tidak lagi terikat (Al Mqayyad), ia akan melihat
yang menentukan dan bukan yang ditentukan”.
“Wajah Ku hanya Ku peruntukan bagi para yang berdiri di Hadirat Ku; Pekabaranku baga para Pengenal-Pengenal Diri Ku (Arifin)”.
“Karenatu, bersucilah
engkau untuk berdiri tegak (Al Waqfah), Jika tidak demikian halmu, Akan
Ku campakan engkau, jangan sampai ada atasmu kekuasaan lain selain Ku
semata-mata”.
Dengan pendirian yang
demikian, engkau akan melihat segala sesuatu selain Allah itu, dengan
kelainan yang senyata-nyatanya dan berlepas dirilah engkau dari
kesemuanya itu”.
5
H U R U F
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
Huruf dirangkai
menjadi perkataan, dari perkataan menjadi pendapatan; Pendapatan bersama
dengan perkataan akan menjadi bilangan. Pendapatan disatukan dengan
bilangan perkataan, dan bilangan perkataan disatukan dengan bilangan
pendapatan menimbulkan kekuatan magis. Dan atas dasar hukum “Peringatan”
hal yang demikian adalah masuk dalam kekufuran.
Hukum bilangan kata
adalah hukum bantah-membantah (senketa) yang satu berlawanan dengan yang
alin, hal demikian membawa kepada kepiluan dan kecemasan, hal yang
demikian adalah kemustahilan belaka dan menjadikan ketergantungan dan
keguncangan.
Asma’ (nama-nama) dan
sifat-sifat dan Af’al (perbuatan-perbuatan) adalah hijab belaka atas
Zat Ilahiat. Karena sesungguhnya Zat Illahiat itu tidak dapat menerima
pembatasan. Zat Illahiat itu berada pada tingkat ketinggian, sedang
pelepasan (Penanggalan - Tajried) dan Ama’ dan Sifat adalah
urut-urutan yang menurun (Tanazzilat).
Asma’ dengan zat
asmanya berdiri tanpa perbuatan, asma’ dapat berbuat hanya dikarenakan
Zat Allah semata. Dan... sesungguhnya persoalannya berkisar bagaikan
perkakas dan alat-alat. Dan Huruf di dalam Surga adalah merupakan
alat-alat dan perkakas.
Para Malaikat yang
membangun Mahligai-mahligai dan memancarkan sumber-sumber mata air, yang
menciptakan makanan-makanan dan menyediakan minuman-minuman, kesemuanya
adalah huruf. Dan huruf itu adalah Maqam (kedudukan) yang diberikan
kepada para Malaikat, dan pra Malaikat tiada kesanggupan untuk
melampauinya (melangkah lebih dari batas yang ditugaskan padanya).
Adapun manusia, maka
ia memperoleh kesanggupan untuk lewat melalui dan melangkah serta
melampaui lalu keluar daripadanya agar bisa sampai kepada maqam
bersanding “Kedudukan bertetangga dekat” kepada Zat Illahiat sepenuhnya.
Allah berseru kepada hamba-Nya :
“Huruf itu sifatnya lemah, tidak berkesanggupan untuk memberitakan tentang dirinya, apalagi memeberitakan tentang-Ku.
Akulah pencipta huruf dan mahruf – apa yang diberitakan oleh huruf.
Aku jadikan dari
rangkaian huruf itu menjadi Asma, dan susunannya menjadi bahasa dan
bberapa ibarat agar dengannya manusia yang menjadi penghuni alam ini
dapat berbicara. Jangan dilupakan bahwa kesemuanya ini Aku yang
menjadikan dan Aku berada di atas segala.
Apa yang Aku ciptakan
sebagaimana halnya huruf, tidaklah mempunyai kemampuan hukum apapun
atas Ku dan tiada menyentuh sedikit pun atas Zat Ku”.
Telah kukatakan
kepada huruf dengan gaya huruf itu sendiri, maka tiadalah lesan
(penyalur huruf) itu dapat menyaksikan Daku dan tiadalah Aku dikenal
oleh huruf itu.
“Barangsiapa yang
telah kucintai daripada penyanding-penyanding Ku dan pencinta-pecintaKu,
maka Aku pun berkenan berkata-kata kepadanya, kata-kataku tanpa ibarat
(tanpa bahasa dan tanpa rangkaian huruf); Dan orang itu pun akan diajak
bicara oleh batu-batu dan bata-bata, dan bagi orang itu cukup mengatakan
terhadap sesuatu “Jadilah” maka “Jadi”. Andaikan Ku katakan dengan
ibarat, tentu saja ucapan Ku itu akan dikembalikan oleh ibarat kepada
diri ibarat itu tentang apa-apa yang diibaratkan dan dengan apa-apa yang
diibaratkan. Dan pastilah hal yang demikian menjadikan tirai pendinding
karena kembalinya itu dan sekalipun yang mana berarti tiak dapat
berbuat apa-apa”.
Allah berseru kepada seorang bijak (yang sudah mencapai pengenalan sejati) :
“Enyahkan jauh-jauh
dari dirimu segala apa yang engkau lihat, lepaskan dirimu dari daya
tarik apapun dan dari pengaruh yang bagaimanapun juga, terutama dari
rangsangan-rangsangan. Keluarlah engkau dari ilmu pengetahuan,
amal-amalmu, pengenalan ma’rifatmu, bahkan dari dirimu dan namamu
sekalipun. Keluarlah engkau dari huruf dan mahruf.
Lemparkan segala
ibarat ke belakang punggungmu dan campakan arti makna ke belakang
ibarat, dan lemparkan pendapat ke belakang arti makna dan masuklah
engkau seorang diri (tunggal), niscaya engkau akan melihat Aku sendiri. (Itulah kebenaran pandangan matahati)Selanjutnya
untuk mencapai tingkat yang demikian bagi si salik (orang yang berjalan
menuju kepada Allah) memerlukan melepas-bebaskan dirinya dari segala
sesuatu, baik pengetahuannya, ama perbuatannya, sifatnya bahkan diri dan
namanya dalam ari keluar dari kebanggan diri. Janagan hendaknya sampai
terucapkan dari lesan “Aku si anu yang telah mencapai derajat demikian,
aku adalah seorang arif yang bijak, yang berilmu dan yang telah membuat
karangan-karangan”. Bukan hanya itu saja, tetapi ia harus keluar dari
sihirnya, kalimat dan fitnahnya ibarat (ucapan) ... keluar dari tabiat
dan keinginan-keinginan (syahwat)... keluar dari adat istiadatnya, dan
dari kesemuanya itu dikembalikan apapun yang ada pada dirinya kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala (Semata-mata). Ia harus mencuci tangannya
(sebersih-bersihnya) baik dari pangkat dan kejayaannya serta
kekuasaannya.
Itulah
sebenarnya penelenjangan yang sewajibnya untuk dapat masuk ke Hadirat
Illahy, dan itu adalah suatu perjalanan rohani yang tidak dapat dicapai
oelah setiap orang, malainan oleh orang-orang tertentu.
Allah berseru kepada seorang yang Arif :
“Andaikan
perjalananmu berhenti hanya sampai kepada huruf, lalu engkau dikuasainya
sebagaimana tawanan, dan terpengaruhlah oleh rahasia-rahasianya, dan
tergoda oleh teka-tekinya, agar supaya engkau dapat merajalela atas
manusia-manusia, niscaya akan Ku catat engkau dari golongan ahli sihir
yang tidak berjaya, dan dari penyembah-penyembah huruf yang mereka itu
adalah (terang-terangan) berlaku syirik kepada Ku mereka adalah
penyembah-penyembah huruf selain daripada Ku, dan menuntut nama itu dari
selain Ku”.
“(Bila) Aku memberitahukan kepadamu tentang rahasia huruf, maka itu adalah suatu malapetaka yang gawat segawat-gawatnya.
Engkau dapat mengenal rahasia huruf, sedang engkau berada di dalam kemanusiaanmu, niscaya gilalah akal budimu.
Engkau dapat mengenal rahasia Asma (Nama-nama), sedangkan engkau berada di dalam kemanusiaanmu, biscaya gilalah akal budimu.
Hai hamba!! “Tiada
ijin bagimu, kemudian tiada ijin bagimu, kemudian tujuhpuluh kali tiada
ijin bagimu untuk membeberkan terhadap apa yang Daku percayakan kepadamu
dari rahasia-rahasia huruf-Ku dan nama-nama Ku. Dan ... bagaimana
engkau masuk ke dalam khazanah Ku, dan bagaimana engkau mengambil dari
huruf-huruf itu satu huruf dengan keperkasaan Ku dan Kekuasaan Ku,
dan... bagaimana engkau melihat Ku???”
6.
ARTI AYAT : “Dan Bahwa Hanya Kepada Tuhanlah Kesudahan Segala Sesuatu” (Qs. An Najm 53:42)
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Engkau berhasil mendapatkan segala sesuatu daripada Ku, maka dimanakah kekayaanmu???
“Engkau ku luputkan dari segala sesuatu, maka dimanakah kefakiranmu??
“Aku yang melindungi engkau dari api neraka, maka dimana letak ketenengan dirimu??
“Ku menangkan engkau dari Surga, maka dimana pula letak kenikmatanmu??
“Hanya Aku ketenangan
mu, dan di sisi Ku kediamanmu, dan di anatara kedua tangan Ku tempat
berdirimu, andaikan engkau ingin mengetahui”.
“Akulah, kesudahn itu”.
“Dan tiada kebahagiaan tana kesudahan itu”.
“Ku ciptakan engkau
untuk Ku... berada di sanding Ku... supaya engkau menjadi tatapan
pandangan Ku dan Aku menjadi tujuan pandangan mu”.
“Aku tidak rela
engkau hanya berada dalam kedudukan berdzikir saja, atau ibadah saja,
maka Ku dirikan pintu-pintu dan jalan-jalan. Aku sampaikan engkau agar
dapat mencapai untuk melihat Ku, sebagaimana ayat di bawah ini :
“Hai
manusia, sesungguhnya engkau telah bersusah payah dengan kegiatan
kerjamu untuk menuju Tuhan mu, maka pastilah engkau akan menjumpai Nya”
(QS. Al-Insyqaq 84:6).
Tafsiran
dari “Kad khu ilallahi” adalah kerja giat penuh dengan kesungguhan
untuk tujuan menemui “Nya”. Tanpa jumpa dengan DIA, tiadalah arti
ketenangan dan kebahagiaan.
7.
ARTI MAKNA “ISLAM”
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Hendaklah engkau
menyerahkan kepada Ku dengan sepenuh hatimu, dan menyerah kepada
perantara-perantara dengan tubuhnmu; Supaya engkau bersama Ku dengan
kemauan kerasmu, dan bersama selain Ku dengan akal budimu.
Maka engkau
senantiasa menghimpun kemauan kerasmu atas Ku, tiada bagian bagi selain
Ku terhadap dirimu kecuali hanya kehadiranmu bersamanya, dengan akal
budimu saja, maka jangan engkau bersukaria atas karunia yang
dianugrahkan-Nya kepadamu dan jangan cepat-cepat marah kepada orang yang
menyakiti hatimu, jangan pula bermegah karena kejayaanmu dan menepuk
dada menyombongkan ilmu pengetahuanmu.
Waspadalah, jangan
terperdaya terhadap karunia-Ku dan jangan putus harapan karena Ujian dan
cobaan Ku, dan jangan jinak bermanja dengan sesuatu selain Ku”.
“Laksanakan saja apa
yang menjadi perintah Ku tanpa menoleh ke belakang, halmu jika demikian
sama dengan Malaikat Ku yang berkemauan teguh”.
“Bila engkau
berlengah-lengah menanti perintah Ku, sedangkan engkau sudah
menegetahui, maka hal yang demikian terang-terangan engkau melanggar
perintah Ku”.
8.
SEBUTAN “AKU”
“Tidak akan diucapkan
kalmiat “AKU” melainkan oleh orang yang berkawan dengan kelengahan dan
oleh setiap orang yang terhijab oleh hakikat :
Ku, pesona dunia
masih mencengkeram dirimu, masing-masing akan menyambar dirimu dengan
seruan kepada zat dirinya, engkau masih saja dalam kegaiban yang kelam
daripada Ku.
Maka apabila engkau
telah melihat “AKU” dan “Aku” pun telah bernyata di hadapanmu, tetapkan
keteguhanmu, maka tiada Aku lagi malinkan “AKU”.
“Telah ku ciptakan
untukmu dan untuk sesuatu menjadi tujuan, antara lain tujuan itu adalah
“Cintamu kepada dirimu sendiri” itulah tetesan faham (kalimat) yang
engkau warisi, kata-katamu “aku” adalah egomu sendiri (AKU berlepas diri
dari anggapan yang demikian). Dan tidak lain Zat itu melainkan
kepunyaan Ku, dan tidak lain “Aku” itu kecuali untuk Ku semata. AKULAH
yang DIA itu AKU, adapun hakikatmu, bukanlah zat dan bukan pula
persoalan, hanya sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang bersifat
wahami (dugaan), hal ini disebabkan karana caramu berpikir dan
pencapaianmu pada pendakian jiwa dan persoalan.
Engkau dalam setiap
saat terbagi kepada “menyaksikan dan disaksikan”, dua menjadi satu dalam
bentuk penyatuan... jiwa yang mencapai dan persoalan yang dicapai...
adapun hakikatmu sendiri tersembunyi jauh di balik penyatuan ini,
meninggi atasnya, jauh dari segala itu semua. Engkau bukan lagi zat dan
penyatuan, tetapi engkau hanyalah roh dari Roh Ku, tiada nisbah bagimu
melainkan pada-Ku”.
Engkau tidak
mengungkapkan hakikat ini, kecuali di kala terangkat daripadamu tirai
penutup dan engkau memandang Ku, ketika itulah lenyap keadaan dirimu
yang menyatu, penyatuan yang bersifat serba duga (wahami), lalu engkau
menyadari atas hakikat dirimu dan engkau dapati dirimu yang sebenarnya
yang bukan zat dan bukan pula dari persoalan, tetapi hanya
semurni-murninya roh; yang sederhana (Basithah) sutu yang tidak terbagi,
(Jauhar) tunggal, meninggi, tiada nisbah melainkan kepada Ku, maka
engkau tidak lagi mengulangi dan mengatakan “AKU” tetapi mengatakan
“Engkaulah Tuhanku”, dan telah engkau ketahui, bahwa “AKU” adalah untuk
Ku semata, dan bahwa engkau adalah hamba Ku”.
Seruan Allah kepada
para arifin : Jikau engkau sudah tiba kepada melihat Ku, maka tidak akan
ada tuntutan, dan apabila tidak ada tuntutan maka hilanglah sebab, dan
jika sebab telah musnah maka tiada lagi nisbah, sempai di sini sirnalah
hijab”.
9.
ILMU PENGETAHUAN
ILMU
adalah merupakan satu upaya untuk mencapai sesuatu yang terdiri dari
bagian-bagian dalam ulah lingkungannya, dan penempuhannya diperlukan
adanya gerak dan perjalanan disertai tata tertib dan
peraturan-peraturannya yang tertentu yang ada padanya; Yaitu ilmu
pengetahuan yang membahas tentang ketentuan-ketentuan.
- Bilmaqadir = tentang kadar banyaknya.
- Alkammiyat = dan tentang hubungan-hubungannya
- Al
‘ilaqat = Akan tetapi ilmu itu agak lemah terutama untuk mencapai
teka-teki yang memerlukan pemecahan, “Apakah ini dan apakah itu
(Almahiyat), dan pula untuk mencapai hakikat-hakikat yang ada taraf
kesudahannya. Dan ilmu itu dalam persoalan ini kedudukannya tidak lebih
dari alat yang kurang mempunyai kesempurnaan yang malahan kadang-kadang
menyesatkan.
Al Imam An Nafri berkata :
“Ilmu itu sendiri merupakan tirai penutup atas apa yang sudah menjadikan pengetahuannya; yang seyogyanya tidak demikian halnya.
Seorang yang banyak
berilmu (“Ulama) terdinding oleh kesadarannya sendiri, sama halnya
dengan si dungu terdinding oleh kelengahannya. Sungguh pun begitu ilmu
itu mencerai-beraikan akal si alim, disebabkan karena ilmu itu
terpetak-petak dalam beberapa bidang dan arah tujuan pemikiran”.
Ilmu itu sendiri
memiliki jalan-jalan dan saluran-saluran, lalu sampai kepada
cabang-cabang. Tiap-tiap cabang mempunyai jalan keluar sendiri-sendiri,
sampai di sini tidak dapat dielakkan lagi akan terjadinya perselisihan,
dan dari perselisihan menjurus ke arah kesesatan.
Akal, setelah
mengetahui kesemuanya itu, lalu mengadakan penyaringan di antara
pelbagai macam kemungkinan-kemungkinan, maka terperosoklah ia ke dalam
aneka ragam kesimpang-siuran.”.
Dan Allah dalam seruan-Nya menyampaikan :
“Seorang yang berilmu
masih dalam ikatan serba dua “Menyaksikan dan disaksikan”, begitu pula
halnya seorang pengenal (Arifin) ... yang tidak... dan yang lain
halnya... adalah seorang Waqif di Hadirat Ku (orang yang berdiri tegak di tempat penghentian pencapaian),
ia adalah tunggal... karena dia telah sirna (fana) meniadakan
keserba-duaan lagi, menyadari dan kembali pada pribadinya sendiri dalam
kesederhanaan dan kesatuannya (ringan lunglai terlepas dari daya tarik apappun dan senyawa-menyatu)”.
“Maka
seharusnya puncak dari ilmu, akal dan pikiran itu mengembalikan pada
kedudukan asalnya dari segi bagian-bagian dan kenyataan-kenyataan kepada
Yang “SATU” ialah Allah Maha Penciptanya. Dari sini bertolak ke arah
pengenalan (Makrifah) barau dapat disebut orang arif. Tetapi pandang
pengenalan seorang sufi jauh dari kesemuanya ini, lebih tinggi menjulang
dan tidak menilai ilmu, karena pengenalannya kepada Allah semata-mata,
makrifat yang tunggal, mengenal ke Esaan-Nya, dalam sifat-sifat-Nya,
Asma-Nya, Af-al-Nya, Taqdis-Nya dan ke Maha Sucian-Nya”.
Selanjutnya Allah berseru :
Hai hamba yang
berilmu! “Bilamana ilmumu dapat melepaskan engkau dari ilmu mu, maka
engkau akan tiba pada perjalanan pengenalan (Makrifat), tetapi kalau
engkau menyatu dengan ilmu mu, maka ilmu itu akan menjadi penghijab
bagimu; Dudukkan ilmu itu pada tempat yang seyogyanya menjadi penghantar
ke arah makrifat dan bukan engkau yang menyatu dengan ilmu mu”.
“Setelah
engkau tiba di ambang pintu makrifat, dan memasukinya, maka engkau akan
terheran-heran dan menginsafi kebodohanmu di hadapan Zat Illahiat dan
inti mula pertamanya.
(Kunhiha) serta apa
sebenarnya DIA (Manhiat) terungkaplah di sini lunglainya pencapaian,
itulah pencapaian dan kedunguan adalah puncak makrifat, maka terhujamlah
dalam sanubarimu akan arti sebenarnya dari “ Tiada satupun yang
menyamai-Nya”.
Seorang sufi mewejang
: “Kebodohan, kedunguan adalah tirai penutup yang asli dan tak mungkin
tersingkap tentang Zat Ilahiat, kecuali pada Hari Kebangkitan (Kiamat)
kala seorang hamba dikehendaki-Nya untuk memandang dengan pandangan
mata.
Adapun sebelum itu
maka tiadalah mungkin melihat Allah dengan terang-terangan, dan apa yang
dialami seorang abid ialah menyaksikan Allah pada sesuatu yang di
dalamnya terdapat bekas dari tangan pembuatnya, ayat-ayat-Nya,
hikmah-Nya, tadbir-Nya (yang diuraikan-Nya). Dan itu merupakan
penglihatan akal serta matahati atau melihat Nur-Nya.
Adapun Zat, akan tetap tinggal terselubung oleh selimut gaib yang mutlak.
Dan di kala seorang
abid mencapai puncak makrifat, maka ia menyadari akan kebodohannya di
hadapan Zat itu; Dan menyadari pula akan kelemahan semua usaha-usaha dan
cara-cara yang selama ini diandalkan; ia akan memulai perjalanannya
kepada Allah dengan menempuh penyaksian. Maka akan keluarlah ia dari
alam nyata selain Allah. Keluar dari ilmunya, amalnya, makrifatnya,
ifatnya, namanya dan juga kelura huruf dan ibarat, dan apa saja yang
diibaratkan oleh huruf dan oleh ucapan ibarat.
Dengan pelepasan,
penanggalan segalanya itu tadi adalah pintu untuk mencapai “Penglihatan”
serta jalan masuk menuju “Hadirat-Nya” dan penghentian jalan terakhir
dari “penyaksian” maka ia masuk didorong oleh kekuatan cahaya yang
menetap (tidak membiarkan dan tidak meninggalkan).
Yang demikian adalah,
apa yang diuraikan dalam gambaran seorang sufi “Penglihatan hati
(Ru’yah Qolbiah) terhadap Zat yang tertutup terselubung dan terhijab
dengan Nur demi Nur-Nya; dan itu merupakan permulaan disertai kenyataan
yang dikawani oleh poros tempat persembunyian segala sesuatu dan
(dikawani) pula oleh keadaan dari kelenyapan yang sepenuh-penuhnya...
tiada sesuatu... selain Nur itu.
Ketahuilah bahwa Nur
itu bukanlah Zat, tetapi hanyalah suatu ayat (tanda bukti) dari sekian
banyaknya tanda-tanda bukti, dan juga sebagai hijab dari sekian
banyaknya hijab-hijab dan juga isim dari berbagai Asma-Nya
(nama-nama-Nya) dan Asma adalah hijab atas yang bernama dan yang
dinamai.
Dan ini bukanlah
penyaksian pandangan mata. Dalam hal ini penyaksian pandangan mata tidak
mungkin sama sekali selagi di dunia ini, dan tidaklah bagi insan yang
memiliki bentuk jasad insani. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan dari
apa yang terjadi, dan apa yang dialami Nabi Musa As. Yang tidak memiliki
daya kemampuan memandang, hingga jatuh pingsan; dan bukti yang
dijadikan contoh tidak pula memiliki kemampuan tersebut hingga hancur
lumat berbutir-butir,
Di dalam Al Qur’an surat Al A’raf 7:143 :
“Dan
tatkala Musa datang di tempat yang telah ditentukan, dan Tuhannya
berkata-kata dengannya, lalu berkatalah Musa :”Wahai Tuhanku!
Perlihatkanlah diri-Mu padaku supaya aku dapat memandang-Mu”. Ia pun
berfirman : “Tidak sekali-kali engkau dapat melihatk-Ku, tetapi
pandanglah ke bukit itu; jika ia dapat tetap di tempatnya, maka engkau
akan melihat pada-Ku”, Maka tatkala Allah “memperlihatkan diri” kepada
bukit tadi, bukit itupun hancur luluh menjadi lumat dan jatuhlah Musa
dalam keadaan tak sadar diri. Maka tatkala sadar, berkatalah Musa “Maha
Suci Engkau! Aku taubat kepada-Mu, dan aku adalah orang pertama yang
beriman kepada Mu”.
Perhatikan! Musa
tidak jatuh pingsan karena melihat Zat Ilahy, tetapi ia baru melihat
tajallinya Zat atas sesuatu yang lain, yakni bukit itu, baru tajalli-Ny
saja, dapatkah engkau membayangkan betapa mungkin terjadi jika sekiranya
Musa melihat Zat-Nya.
Dalam ilmu
penegtahuan insani terdapat segi tantangan, karenanya setiap sesuatu
tujuan pemikiran diiringi oleh pemikiran akal yang menguraikan
kebalikannya. Demikian juga kejahilan insani, yang di dalam kejahilannya
terdapat tantangan (dari kebalikannya). Tidak demikian halnya dengan
ilmu pengetahuan Rabbani (Ilahy) yang Ladunni (Ilmu yang didapat
langsung dari Alloh), maka ilmu yang demikian, begitu juga kebodohan
yang berupa “pengetahuan ketidaktahuan”, maka ia adalah suatu kejahilan
yang asli, yang tiada tantangan kebalikannya, karena kejahilan terhadap
Zat Ilahiat adalah merupakan sampainya kepada hakikat yang terakhir,
yang berkesudahan (nihaiyah), justru Allah itu Yang Maha Suci (Majhul
al-Hawiyah) yang tak dapat diketahui karena tiada sapun yang
menyerupai-Nya (Dan itulah sifat Zatiyah).
Allah berseru kepada hamba-Nya :
“Keluarlah engkau
dari ilmumu yang kebalikannya adalah kejahilan, keluarlah engkau dari
makrifat yang kebalikannya adalah pengingkaran... niscaya engkauakan
jinak terhadap apa yang engkau ketahui, Ilmu itu berseteru dengan
kejahilan, dan kejahilan itu adalah huruf... kejahilan itu menjadi
seteru ilmu dalam kejahilannya terdapat huruf”.
Keluarlah engkau dari
huruf, niscaya engkau mengetahui ilmu yang tiada seterunya, yaitu Ilmu
Rabbani (jika engkau sudah sampai ke taraf ilmu ini), maka engkau akan
menjahili suatu kejahilan yang tiada lagi berseteru dengan kejahilan
yang berupa pengetahuan. (Al Jahlul Irfani)”.
“Jika engkau telah
mengetahui suatu ilmu yang tiada seteru, dan jika engkau menjahili
kejahilan yang tiada bersetru pula, maka engkau bukan lagi tergolong
dari penduduk bumi dan langit”.
“Jika engkau sudah
bukan lagi menjadi penduduk bumi, maka Aku tidak akan membebani engkau
pekerjaan ahli bumi; Juga kalau engkau tidak lagi menjadi peduduk
langit, maka Akupun tidak lagi membebani engkau menjadi pekerja ahli
langit”.
Pekerjaan-pekerjaan
ahi bumi adalah keserakahan dan kerakusan, kelengahan dan menghambakan
diri pada hawa nafsu dan kepada semua yang nampak di permukaan bumi ini,
yang saling kejar mengejar memperebutkan aneka perhiasan. Sedangkan
pekerjaan ahli langit adalah Zikir dan ta’dziem (membesarkan Nama Tuhan)
dan itulah penghambaan ahli langit terhadap Tuhan, dan itulah yang
menjadikan mereka jinak dengan ketenangan kepada Allah.
Dan penghambaan itu
merupakan hijab yang terdekat, yang mana Aku dari balik-Nya berhijab
pula dengan sifat keperkasaan; dan kelengahan itu pun suatu hijab yang
jauh, yang mana Aku dari baliknya berhijab dengan semua dan apa-apa yang
telah Ku ciptakan dari segala sesuatu saling pengaruh-mempengaruhi.
10
R A H A S I A
As-sir (rahasia),
adalah laksana sesuatu yang terselubung dalam kelembutan dan kehalusan,
yang tersembunyi di dalam diri manusia, halnya seperti keadaan roh, hati
dan matahati.
Kami biasa
mengucapkan : “Naiknya sudah sampai pada pencapaian Rahasia
Tuhan; ucapan ini rumus untuk sebutan maut, yakni keluarnya roh dari
tubuh.
Dan Allah berseru kepada hamba-Nya :
Hai hamba!!” Sirmu yang tersembunyi itu berkekuatan melebihi kekuatan bumi dan langit.
Sermu dapat memandang
tanpa biji mata, mendengar tanpa daun telinga, Sirmu tidak bertempat
tinggal di dalam rumah-rumah dan tidak pula makan buah-buahan”. Sirmu
tidak mengenal malam dan tidak mengembara di siang hari”.
“Sirmu tidak diketahui oleh akal dan pikiran, dan tidak pula berhubungan dengan hukum sebab-akibat.”.
“Sirmu hidup dalam abad demi abad, sedang jasadmu hidup dlam waktu yang ditentukan”.
“Aku berada di
belakang sirmu;.. Pengetahuan sirmu tidak mengetahui akan Daku, dan
isyarat-isyarat sirmu tidak sampai menyaksikan Daku”.
“Bila telah engkau yakin tentang sirmu, maka engkau bukan lagi engkau.... sedangkan engkau-engkau itu adalah tetap engkau”.
“Engkau daripada Ku”.... “Engkau kemudian daripada Ku”
‘Sedangkan segala
sesuatu di alam wujud ini datangnya kemudian daripadamu dapat
mengalahkan engkau asalkan engkau mengenal kedudukanmu dan membiasakan
(melazimi) duduk di dalam maqammu, maka yang demikian itu engkau lebih
kuat dari kandungan huruf dan asma; lebih kuat dari segala apa yang
nyata di dalam dunia dan akhirat”.
“Jika engkau telah
meyakini akan sirmu, maka yakin pulalah engkau akan Daku; daripada Ku
lah adanya segala sesuatu. Akulah yang menyatakan segala sesuatu; Akulah
yang DIA itu AKU”.
“Aku tidak berada di
dalam sesuatu, dan aku berlepas diri dari pada sesuatu, dan tidak pula
Aku berdiam di dalam sesuatu; dan tidaklah Aku di dalam Aku, dan
tidaklah Aku daripada siapa pun, dan Aku tidak terjawab oleh pertanyaan
“Bagaimana?? Dan tidak pula oleh ucapan tanaya “Apa” pun”.
“Aku adalah Yang Maha
Esa, Maha Tunggal dan menjadi kembalinya segala macam pinta (Shomad)
tidak ada yang dapat menyatakan adanya menjadi nyata selain Ku”.
“Aku telah
mendhahirkan alam semesta, yang bersifat teguh-tetap (alam benda) dan
apa bila Aku bernyata niscaya Aku akan melenyapkannya, dan apabila Aku
berkehendak; niscaya Aku mengembalikannya kepada mendahirkannya pula
dengan pakaian-pakaian sementara , serta aneka ragam logam-logam yang
terdapat di mana-mana (Yakni pakaian ruang dan waktu ... masa dan mana).
“Maka peliharalah batasmu antara Ma’nawiyah dan tsabatiyah (yang tidak tetap dan yang tetap) antara roh dan jasad.
“Segala sesuatu akan
dituntut oleh dari mana ia berasal (jasad barasal dari tanah, maka tanah
itu akan menuntut) dan tiadalah Aku dengan sesuatu, maka sesuatu itu
akan berkhusus dengan Ku; Tiadalah Aku ditentukan, dan sesungguhnya Aku
mutlak (bebas)”.
11.
SOPAN SANTUN BERTUTUR KATA BERSAMA ALLAH
Hai hamba !!
Janganlah engkau menentukan dan menguraikan apa-apa yang menjadi
keperluanmu, tetapi hendaklah engkau menyembunyikannya, lalu ucapkanlah :
“YA
Tuhan, tengoklah hambamu ini yang berdatang sembah dalam keadaan
durhaka penuh dosa,... tolonglah akan daku dalam urusanku, dakulah semua
kemalangan itu,,,, hanya Engkaulah yang dapat memilih mana yang baik
untukku; dakulah yang bodoh terhadap masalahku di antara kedua tangan
Mu. Hindarkanlah daripadaku tindak memilih atas-Mu”.
Hai hamba! “Tindak
memohon kepada Ku hendaknya diiringi dengan pernyataan yang bijak...
maka akan ku perlihatkan kepadamu apa yang selama ini engkau sembunyikan
dan apa yang engkau nyatakan ... katakanlah;
“Ya Tuhan! Daku
bersama Mu sahaja, agar tiada satu pun menyambarku dan ditarik mejauh
dari Mu, daku bersama Mu sahaja, agar tidak mengenal selain Mu; ,,,
Jadikanlah daku melihat Mu untuk selama-lamanya; Ku mohon apa yang
Engkau Ridloi...Anugrahkanlah daku kecintaan pada Mu”.
“Ya Tuhan!! Daku
memohon dengan segala kerendahan dan sepenuh hati, dapatlah daku menjadi
hiasan antara kedua tangan Mu; pakaikan untuk ku pakaian indah yang
menjadi hamparan tibanya karunia Mu; Jadikanlah pula daku selalu
memandang Mu menurut kehendak dan kemauan Mu dan menjadi sasaran gairah
cemburu Mu”.
Hai hamba! Ucapkanlah kata-katamu dengan penuh rasa penyesalan!
“Tuhanku yang melihat akan daku, maka bagaimanakah daku melihat selain Nya.
Telah daku lihat pula
daku saksiskan, maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku
bersenang-senang dan bergembira ria, maka sekali-kali daku tidak melihat
Nya; daku murung, daku bersedih, maka sekali-kali daku tidak melihat
Nya; daku lapar dan menanggung derita, maka sekali-kali daku tidak
melihat Nya; daku kenyang tidak juga sekali-kali daku melihat Nya...
daku menyembah pada Nya; maka sekali-kali tidak juga melihat Nya”.
“Oh Tuhanku! Kemanakah seharusnys daku pergi? Sedangkan Engkau yang meakukan segala tindak”.
“Tutur kata siapa
lagi yang hendak daku dengarkan, bukankah setiap lesan mengucapkan tutu
kata Mu? Dengan siapa pula daku menggabungkan diri dalam
himpunan? Sedangkan Engkau berada di setiap himpunan”.
“Tak pelak lagi ya Tuhan, Engkau berada di setiap mata yang melihat”.
12.
DENGARKAN ISI PERJANJIAN PENGANGKATANMU
Aku ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya; lalu ia berseru :
“Tiada kufitrahkan
padamu agar engkau tunduk kepada ilmu pengetahuan, tiada pula Ku didik
engkau agar berdiri di depan pintu-pintu selain pintu Ku; tida pula Aku
mengambil kawan duduk semajelis agar engkau mengajukan permohonan pada
Ku untuk duduk bersama selain Ku. Hendaklah engkau ketahui siapakah
engkau, maka pengetahuanmu tentang dirimu adalah merupakan suatu
peraturan bagimu yang tiada akan roboh, dan suatu ketenangan untuk mu
yang tiada akan lenyap”.
“Engkau adalah hamba K”.
“Engkau hidup dengan
Ku, karena tiupan roh Ku, dan kepada Ku engkau kembali, dan dengan Ku
engkau akan bangkit, dan kepada Ku engkau bernasab. Ku ciptakan engkau
agar engkau menjadi tatapan pandangan Ku, dan engkau akan menjadi
pengurai Nama-nama Ku; Ku ciptakan dunia ini untukmu dan pula Ku
sujudkan kepadamu; dan Ku ciptakan segala sesuatu demi engkau, Ku bentuk
engkau demi Aku supaya engkau menjadi ahli Hadirat Ku; Ku pilih engkau
demi kemuliaan himpunan Ku; Ku gemarkan engkau bersama Ku; Ku fitrahkan
engkau sesuai dengan gambaran Ku”.
Dengarkan perjanjian wilayahmu (Pengankatanmu) :
“Jangan engkau
bertakwil atas Ku dengan menggunakan ilmu pengetahuanmu, taatilah
hukum-hukum Ku tanpa takwil dan tanpa saling berbantah.
Janganlah engkau
menjarak daripada Ku... demi untuk kepentinganmu sendiri... manakala
engkau keluar, hendaklah keluar kepada Ku; dan engkau masuk, hendaklah
mesuk pula kepada Ku; dan engkau tidur, maka tidurlah dalam penyerahan
kepada Ku; dan bila engkau bangun, maka hendaklah engkau bangun penuh
dengan rasa tawakal kepada Ku; dan bila engkau makan hendaklah engkau
menyadari bahwa makananmu itu dari tangan Ku; dan bila engkau minum,
hendaklah engkau menyadari pula bahwa engkau meneguk minuman dari tangan
Ku”.
“Mohonlah pertolongan
dengan berdo’a kepada Ku, agar engkau bisa tegak berdiri di dalam
maqammu di antara kedua tangan Ku... Kalau tidak ... maka diammu itu
menyeru kepadamu tentang apa-apa yang telah diketahui perihal dirimu,
maka waspadalah engkau kepada Ku, jangan sampai diammu itu menjadi
seruan kepada dirimu, sednagkan engkau mengesankan bahwa diammu itu
adalah taqarub (berhampir diri) kepada Ku”.
“Bagaimana engkau
melepaskan pendanganmu ke arah langit dan bumi, matahari dan bulan, dan
kepada segala sesuatu apapun, sedangkan engkau telah mengetahui, bahwa
kesemuanya itu terang dan nyata daripada Ku.
Kesemuanya itu
mensucikan diri Ku dengan menyampaikan puja-pujiannya kepada Ku dan
mengucapkan kata tulus “Laisa Kamitslihi Syai’un... Tiada satu pun yang
menyamai Nya”... Janganlah engkau menyingkir dari patokan pandangan yang
demikian ini, agar tidak dirampas oleh pandangan-pandangan lain.
Dan jangan lupa engkau mengeluarkan sifatmu dari cara memandang yang
demikian, kaena nantinya engkau dirampas oleh sifatmu sendiri”.
“Bila engkau tidak
melepaskan sifatmu keluar dalam pandangan ini, akan ku tan engkau akan
menulis atas dahimu wilayah Ku (pemeliharaan Ku), dan akan engkau
saksikan bahwa sesungguhnya Aku berada bersamamu di mana pun engkau
berada. Dan akan ku dudukan engkau di dalam maqam ishmad (maqam yang
tidak luput dalam penjagaan Ku), dan akan Ku tetapkan engkau dalam sopan
santun dari segala syahwat keinginanmu, dan engkau kan merasakan malu
untuk selalu berada di dalam tata cara adat-isitadatmu”. SesungBahwa
syahwat-syahwat itu menjadi hijab penutup atasmu untuk menguji
kecintaanmu, maka jika engkau menetapkan pilihan kepada Ku dan tidak
memilih keinginan-keinginan lain, niscaya ku ungkapkan untukmu zatmu
sendiri dan tiada lagi Aku menutupi engkau dengan aneka
keinginan-keinginan syahwat. Ketahuilah, bahwa syahwat itu mendatangi
engkau melalui jasad tubuhmu. Adapun zatmu maka Ku ciptakan atas dasar
suci murni tiada condong melainkan hanya kepada Ku sendiri”.
“Katakanlah pada
lubuk hati nuranimu, agar berdiri tegak di anatara kedua tangan Ku,
tiada dengan sesuatu dan tiada pula untuk sesuatu, niscaya Ku bangun
mahligai yang sangat besar di belakangmu, dan kekuasaan agung di bawah
kedua telapak kakimu.
Hendaklah engkau
memohon bantuan hanya dari Ku sahaja, jangan dari Ilmu Ku, dan jangan
pula dari dirimu, dengan demikian engkau menjadi hamba Ku, berada di
sisi Ku dan dapat pengertian perihal Ku.
Hendaklah halmu
menjadi demikian laksana TUHAN YANG HADIR, dalam alam semesta yang gaib
dan pudar. Maka inilah hiasan sifatnya barang siapa yang aku malu
daripadanya”.
13.
PENGLIHATAN
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
Hai hamba!
“Menundukan kepala ke bawah, adalah merupakan lalu-lintas dunia dan
akhirat, dan melepaskan pandangan adalah merupakan penjara dunia dan
akhirat (penglihatan
adalah laksana penjara dunia dan akhirat dalam arti jika penglihatanmu
engkau menjadikan sedemikian rupa, memandang wajah ayu dan cantik, maka
di balik wajah ayu dan cantik terbukalah pintu penjara dan engkau
menjadi budaknya, maka engkau akan luput kehilangan arah dari dunia dan
akhirat)”.
“Orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri sudah tidak layak lagi berjalan bersama Ku (karena dia sudah disibukan oleh pikirannya yang tidak menyatu lagi, sudah bercerai berai dan tidak lagi mendengar kata-kata Ku)”.
Hai hamba ! Perihalah hatimu dari jurusan matamu, kalau tidak, maka engkau tidak lagi dapat memeliharanya untuk selama-lamanya”.
Hai hamaba! Peliharalah matamu, niscaya Ku jaga hatimu (Yakni Ku pelihara hatimu dari ketidaktetapan dan ketidakmantapan)
“Jagalah syahwatmu, niscaya Ku cukupi hajatmu”
“Peliharalah kedua
matamu serta serahkan dan tinggalkan kesemuanya pada Ku... bila telah
engkau pelihara kedua, niscaya terpeliharalah hatimu dalam puri kerajaan
Ku (yakni
sudah tidak lagi terpengaruh oleh perbagai macam yang menarik
perhatianmu, dan tidak lagi tergoda dari ketidaktetapan dan ketidak
mantapan, dan engkau Ku beri kemampuan untuk mengarahkan dan menghimpun
tekad yang kuat dan kemauan yang teguh. Itulah yang Ku maksudkan dengan
puri kerajaan Ku)
Hai hamba! “Jangan
engkau memandang apapun yang Ku perlihatkan padamu dengan pandangan
terpesona yang akan menyerumu kepada rasa kepuasan, dan janganlah engkau
merendahkan diri terhadap pada sesuatu pun. Jika engkau telah terpesona
melihat selain Ku, lalu engkau merasa tergoda, maka katakanlah :
“YA Tuhan... inilah ujian Mu! Maka Aku akan merahmatimu!”
14.
TENTANG “JAUH DAN DEKAT”
Hai hamba! “Berulang
kali Ku perkenalkan diri Ku padamu, tetapi engkau belum juga mengenal
Ku, hal yang demikian berarti engkau menjauhkan diri daripada Ku. Engkau
sudah mendengar tutur-kata Ku dari lubuk hati sanubarimu, tetapi engkau
belum juga mengetahui bahwa itu adalah kata-kata Ku, hal yang demikian
sama halnya engkau telah menjauhkan diri daripada Ku”.
“Engkau dapat melihat dirimu, sedangkan Aku lebih dekat dari dirimu, itulah pengertian menjauh yang sebenarnya”.
Hai hamba! “Engkau
akan tetap tinggal terhijab dengan hijab tabiatmu sendiri; Sekalipun
telah Ku ajarkan padamu, ilmu pengetahuan Ku, dan kerap juga engkau
mendengarkan kata-kata Ku, hingga engkau berpindah kepada kedudukan
bekerja dengan Ku”.
Adapun si Waqif (Yang
berhenti dan berdiri tegak di Hadirat Ku) maka ia telah memasuki tipa
rumah, maka tiada lagi rumah-rumah yang dapat menampungnya; ia sudah
merasakan segala macam minuman tetapi masih tetap merasa dahaga; lai ia
sampai ke pada Ku, dan Aku adalah tempat tinggalnya, dan di sisi Ku
adalah tempat penghentian dan berdirinya.
Al
Waqwah (penghentian untuk berdiri tegak di Hadirat Allah), adalah di
balik apa yang dikatakan, dan makrifat itu adalah puncak yang di
katakan, sedangkan ilmu pengetahuan itu adalah apa yang dapat di
katakan.
“Bila engkau melihat selain Ku, takan dapat lagi enggkau melihat Ku”
“Jangan putusa
harapan daripada Ku... Andaikan engkau datang kepada Ku dengan segala
ucapan dan tutur kata yang buruk, maka ampunan Ku lebih besar lagi. Dan
jangan pula engkau bercanda dan berani pula kepada Ku. Andaikan engkau
mendatangi Ku dengan semua uacapanmu dan tutur katamu yang baik, tentu
hujat Ku lebih utama”.
15.
KHUSUS DAN UMUM
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Bukanlah suruhan Ku
yang berupa ilmu pengetahuan yang Ku tujukan kepadamu, dari jurusan
hatimu, itu untuk memindahkan kedudukanmu dari umum kepada khusus.
Bukan pula di kala
Aku memerintahkan kepadamu untuk membuang segala apa yang Ku berikan
padamu berupa ilmu-ilmu dan pengetahuan-pengetahuan itu demi kegairahan
Ku atasmu. Dan bukan pula supaya Aku memilihmu untuk diri Ku. Itu semua
adalah agar engkau keluar daripada makrifat kepada penyaksian, dan dari
khusus yang tingkat khususnya khusus, supaya negkau utuh untuk Ku,
sebagaimana Aku menjadi untukmu, menjadi sasaran pandanganmu dan engkau
menjadi sasaran pandangan Ku”.
“Tiada lagi antara Ku
dan antaramu batas pemisah sesuatu pun, baik nama-nama Ku, atau
ilmu-ilmu Ku apalagi nama-nama atau ilmu-ilmumu”.
“Hendaklah engkau
titipkan namamu kepada Ku sampai tiba saatnya Aku menjumpaimu dengan
(nama). Jangan ada lagi antara Ku antaramu nama, ilmu dan makrifat yang
membatasai, maka untuk Hadirat Ku telah Ku bentuk engkau bukan untuk
hijjab. Maka pada Hadirat Ku tidak satupun lagi yang mampu menguasaimu,
karena sesungguhnya engkau adalah kemudian daripada Ku, dan sesuatu
apapun yang Ku nyatakan adalah kemudian daripadamu”.
16.
SETIAP YANG BERBEKAL AKAN TERKALAHKAN
Aku ditegakkan
berdiri di atas permukaan laut, maka kulihat bahtera demi bahtera saling
tenggelam, yang tersisa hanya keping-keping papan yang berserakan di
sana-sini” Kemudian tiba saatnya papan-papan itu tenggelam juga. Lalu
Dia berseru kepadaku : “Tiada satupun yang naik di permukaan laut itu
akan selamat, dan setiap yang berbekal akan terkalahkan”.
Ia pun berseru pula : “Barang sapa yang mau menerjunkan dirinya dan tidak mau naik, berarti mau menghadang bahaya”.
Lanjutnya : “Siapa yang naik juga dan tidak mau menempuh bahaya, niscaya akan binasa!”.
Dan kata Nya : “Dalam
menempuh bahaya masih ada sebagian darapan dari keselamatan”. Dan ombak
yang ketika itu datang menggunung menganggkat pula apa-apa yang ada di
bawah permukaan laut dan dihempaskan ke tepi pantai.
Lalu kata Nya :
“Cahaya terang di atas permukan laut tak dapat di capai, dan dasar laut
yang gelap gulita tak dapat dikuasai, dan di antara keduanya ikan-ikan
juga tidak dapat terjamin keselamatannya”.
Dan lanjut Nya pula :
“Jangan engkau naik ke permukaan laut, maka Aku akan menghijabmu dengan
bekal bawaanmu sendiri dan jangan pula terjun ke dalam laut, yang
demikian halnya sama saja; Aku tetap akan menghijab dengannya”.
Lalu kata Nya kepadaku : “Di laut itu ada batas-batas, maka yang mana yang akan mendukungmu?”.
Dan kata Nya : “Bila
engkeu merelakan dirimu pada lautan, lalu engkau terjunkan dirimu ke
dalamnya, tidak yang demikian menjadikan dirimu sama dengan hewan laut”.
Dan kata Nya : “Terperdayalah engkau! Jika Aku menunjukan engkau atas selain Ku!”
Kata Nya pula : “Bila
engkau membinasakan dirimu berkorban untuk selain Ku, maka engkau
adalah bagi siapa yang engkau rela berkorban itu”
Dan kata Nya : “Dunia
itu bagi barangsiapa yang Ku singkairkan jauh daripada dunia, dan bagi
barangsiapa yang Ku singkirkan dunia itu daripada dirinya; Dan akhirat
itu bagi barangsiapa yang Ku datangkan untuk menghadap (mendekat)
kepadanya, dan Ku jadikan pula ia suka menghadap kepada Ku”.
17.
MASUKLAH PADA “KU” SEORANG DIRI
“Hendaklah engkau bekerja tanpa melihat pekerjaan itu :
Hendaklah engkau bersedekah tanpa memandang sedekah itu!
Engkau melihat amal
perbuatanmu walau baik sekalipun, tidak layak bagi Ku untuk meandangnya,
maka janganlah engkau masuk kepada Ku dengannya.
Sesungguhnya jika
engkau datang kepada Ku berbekal amal perbuatanmu, maka akan Ku sambut
dedatanganmu dengan penagihan-penagihan dan perhitungan. Dan jika engkau
mendatangi Ku dengan ilmu pengetahuanmu, maka Ku sambut dengan
tuntutan. Dan jika engkau mendatangiku dengan makrifat, sambutan Ku
adalah Hujat, sedang hujat Ku lebih utama dan lebih seharusnya.
Hendaklah engkau
singkirkan ikhtiar (memilih), niscaya pasti Aku singkirkan tuntutan.
Hendaklah engkau lepaskan ilmu pengetahuanmu, amal perbuatanmu,
makrifatmu, sifatmu, namamu dan dari segala yang nyata, supaya dengan
demikian engkau bertemu dengan Ku seorang diri.
Bila engkau menemui
Ku, dan ada di antara Ku dan antaramu sesuatu dari kenyataan-kenyataan
itu, sedangkan Aku-lah yang menciptakan segala yang yang nyata, Aku
lebih dahulu menyingkirkan daripadanya, demi cinta.. guna mendekatimu,
maka janganlah engkau membawa kenyataan-kenyataan dalam menemui Ku, jika
masih saja demikian halmu, maka tiada kebaikan daripadamu.
Jika engkau
mengethaui di kala engkau masuk kepada Ku, pastilah engkau akan
memisahkan diri dari para Malaikat, sekalipun mereka itu saling
bantu-membantu kepadamu, karena keenggananmu maka hendaknya jangan ada
lagi penolong selain Ku.
Jangan engkau
melangkah ke luar dari rumahmu tanpa mengharapkan keridaan Ku, karena
Aku-lah yang bakal menunggumu dan menjadi petunjukmu.
Temuilah Aku dalam
kesendirianmu, sekali atau dua kali sehabis menyelesaikan shalatmu,
niscaya Ku jaga malam dan siang harimu, Ku jaga pula hatimu, Ku jaga
pula urusanmu, juga kemauan kerasmu.
Tahukah engkau
bagaimana hendaknya engkau datang menjumpai Ku seorang diri? Hendaknya
engkau melihat tibanya Hidayah Ku kepadamu, karena kemurahan Ku bukan
karena amalmu engkau memperoleh pengampunan Ku dan bukan pula oleh ilmu
pengetahauanmu.
Serahkanlah kembali
kepadaku buku-buku ilmu pengetahuan, dan catatan-catatan amalmu, niscaya
Ku buka kedua tangan Ku, Ku terima dan Ku buahkan dengan keberkahan Ku
dan Ku lebihi dengan kemurahan Ku”.
18.
BERDIRI DI ANTARA KEDUA “TANGAN ALLAH”
“Bila engkau
didatangi Kalam (pena), lalu ia mengatakan kepadamu : “Ikutlah aku!
Ketahuilah yang berada di sisi ilmu itu adalah Aku, hendaknya mendengar
daripada Ku, akulah yang menggariskan rahasia-rahasia itu. Hendaklah
engkau menyerahkan diri pada Ku saja, tidaklah engkau dapat melangkahi
Aku dan mencapai Ku, maka katakanlah kepada “Kalam”. Enyahlah daripadaku
hai kalam! Yang menyatakan aku adalah yang menyatakanmu, dan yang
memeperlakukan aku adalah yang memeperlakukan engkau, yang menciptakan
aku adalah yang menciptakanmu. Daripada Nya aku mendengar dan daripada
mu, kepada Nya aku berserah diri, dan bukan kepadamu.
Jika ku dengar
ucapanmu, niscaya aku terhijab, bila ku serahkan diriku padamu, niscaya
aku menjadi lemah, bila aku mengikutimu nicaya akau jatuh di perbatasan
dan menemui beberapa persimpangan yang tidak menetu jurusannya.
“Bila mendatangi
engkau Arasy... dengan serba kemegahannya yang memepesonakan, diiringi
pula oleh para Malaikat yang tak henti-hentinya bertasbih, lalu engkau
di panggil ke arah dirinya, maka sahutilah panggilannya itu “Enyahlah
engkau wahai Arasy! “Perhatianku bukan di sisimu” dan “berdiriku di
sekitarmu!.
. Perhentianku di
sisi Allah yang menciptakan dirimu, dan Ia lebih besar daripadamu di
dalam arena ke Agungan dan Keindahan, lebih memukau dari keindaanmu
dalam tingkatan perhiasan, maka berdirimu karena pertolongan Nya, engkau
berhujat kepada Nya, memerlukan bantuan Nya. Adapin Dia maka Dia
berdiri dengan Zat Nya; Jamal Nya daripada Nya; Keindahan Nya dari pada
Nya. Keagungan Nya daripada Nya, tiada dari selain Nya.
“Bila engkau
berkehendak supaya jangan ada sesuatupun yang melintas kepadamu selain
Ku, dan bila engkau berhasrat ke luar (melepaskan diri) dari segala yang
nyata, maka hendaklah engkau berdiri di dalam ketiadaan (anafi) di
ambang pintu (“LA”) (tiada) Ilaha illallah (Tuhan melainkan Allah) dan
ketahuilah, bahwa “an-nafi” tidak akan tercapai kecuali dengan Ku. Aku
nanti yang akan menafikanmu daripada yang lain-lain dan Ku isbathkan
engkau dengan karunia Ku dalam bertetangga dengan Ku dan di sisi Ku”.
“Hendaklah engkau
berdiri di Hadirat Ku, bukan untuk mendengar daripada Ku, dan bukan
untuk mendapat tahu daripada Ku, dan bukan untuk saling bertutur kata,
tetapi hanyalah untuk saling pandang-memandang, tetapkanlah pendirianmu
dalam pendirian ini hingga tiba saatnya Aku bersabda kepadamu, Maka
apabila Aku bersabda hendaklah engkau menangis, menyesali sabda-sabda Ku
yang termakan oleh usiamu yang telah lanjut berlalu.
“Bila engkau telah
berdiri di Hadirat Ku, jangan hendaknya engkau keluar dari maqammu,
sehingga andaikan engkau dijumpai, di kala menyaksikan Aku, oleh
runtuhnya langit dan hancurnya bumi, engkau akan tetap juga dan tidak
akan pergi menyingkir”.
“Bila engkau telah
mengenal, bagaimana engkau berdiri di antara ke Dua Tangan Ku, demi
untuk Zat Ku dan Wajah Ku semata, bukan untuk keperluan apapun, baik
dari pembicaraan maupun tutur kata Ku, maka sesungguhnya engkau telah
mengenal ka Agungan Hadirat Ku”.
“Dan barang siapa
sudah mengenal akan ke Agungan Hadirat Ku, akan Ku haramkan apapun
selain Ku, dan akan Ku jadikan menjadi ahli pemeliharaan Ku”.
“Bila engkau di
datangi oelh pendatang (A Warid) yaitu Khatir Rabbani (lintasan hati
yang datang dari Tuhan), maka hendaklah engkau ucapkan :
“Yaa man auradal waarida asy hidnii malakuuti birrikafii dzikrika wadziqnii khanaana dzikri kafii isyhaa dika”
“Wahai
Allah yang mendatangkan Al Warid, persaksikan padaku ke Agungan kasih
sayang Mu dalam zikirku kepada Mu, dan anugrahilah padaku rasa kerinduan
dalam zikirku kepada Mu dalam engkau mempersaksikan.
19.
KEGAIBAN, PENGLIHATAN DAN PENYAKSIAN
Kegaiban (ketidak
hadiran) adalah sesuatu kelalaian, hal yang demikian banyak dirasakan
oleh manusia-manusia ahli dunia, disebabkan karena melihat sesuatu pada
zat dirinya, maka yang demikian itu bagaikan membuka peluang untuk
disambar oleh sesuatu-sesuatu itu; dan sesuatu-sesuatu itu saling
panggil-memanggil hingga engkau akan terbagi-bagi di antaranya dan
tercerai-beraikan oleh panggilan masing-masing itu.
Jelas yang demikian
membuatmu gaib daripada Yang Maha Tunggal lagi Berdiri Sendiri. Hanya
dengan Pertolongan Nya engkau dapat tegak berdiri, tetapi engkau alihkan
penglihatanmu untuk segala sesuautu hingga engkau menerjunkan diri
untuk mendapatkan agar memilikinya, atau waspada daripadanya, takut ke
padanya, merendah-rendah membujuk merayunya.
Adapun Penglihatan,
maka ia adalah: ‘Penglihatanmu kepada Allah dan Kekuasaan Nya atas
segala sesuatu itu, menunjukan betapa lemahnya segala sesuatu itu dengan
zat dirinya masing-masing, dan sangat sedikit sekali daya upaya, yang
hanya merupakan suatu pinjaman dari Allah yang membentuknya serta
mendirikannya, maka kesemuanya itu tiada berkemampuan untuk menarikmu
dengan zat-zatnya, dan lemah sekali untuk membagi-bagikan kesan dan
lemah pula untuk mempengaruhimu dengan segi-segi yang mencerai beraikan.
Hanya Allah sajalah Zat Yang Maha Suci yang dapat menghimpun kemauan
kerasmu kepada Nya. Dan menyatakan Nya di balik cela-cela sesuatu itu
yang dapat melenyapkan zat-zatnya dan zat dirinya.
Adapun Penyaksian,
maka ia adalah : “Penghapus leburan segala sesuatu dengan tata laksana
ke dalam Nur Illahiat yang melimpah ruah yang meliputi segala-galanya,
dan itulah yang kami istilahkan “Penyaksian dengan Hati”.
20.
HIJAB HIJAB
Hijab-hijab Zat Ilahiat itu, dala lima :
1. Hijab A ‘yan (A’yan = segala mahluk yang diciptakan oleh Allah).
2. Hijab Ilmu
3. Hijab Huruf
4. Hijab Asma (Nama-nama)
5. Hijab Kejahilan (kebodohan)
Dunia dan akhirat dan
apa yang ada di antara keduanya dari makhluk-makhluk, adalah hijab
A’yan dan setiap “ain (mata) dari kesemuanya itu adalah hijab A’yan atas
dirinya sendiri dan hijab atas selainnya.
Dan Hijab Ilmu
dikembalikan pada hijab a’yan, karena ilmu itu hasil pembahasan
terhadapnya dan terhadap pada peraturan-peraturannya.
Dan hijab huruf adalah hijab hukum...
Dan Asma (nama-nama) adalah hijab atas apa yang dinamai..
Terakhir adalah Hijab Kejahilan (kebodohan) yang mana tidak dapat diungkapkan melainkan pada Hari Kebangkitan (Hari kiamat).
21.
APA-APA YANG DISERUKAN ALLAH KEPADA HAMBA-NYA
1. Hai
hamba “Bila engkau telah menghilangkan (melalaikan) hikmat kebijaksanaan
apa yang telah engkau ketahui, maka apa yang akan ngkau perbuat dengan
ilmu yang tiada engkau ketahui itu ?
2. Hai
hamba! “Kesedihan yang menimpa dirimu, adalah kesedihan yang
sebenar-benarnya, (yakni bilai engkau telah melalaikan Daku, maka
sesungguhnya engkau telah melalaikan sesuatu yang tiada lagi gantinya).
3. Hai
hamba! “Jika bukan karena Shomad Ku (shomad = kesudahan dari semua
pinta), niscaya engkau tidak menemukan tujuan permintaanmu. Dan jika
bukan karena Dawam Ku (dawam = yang terus menerus tanpa hentinya)
niscaya engkau bosan,
4. Hai
hamba! “Aku lebih utama bagimu daripada apa yang Kunyatakan, sedangkan
engkau lebih utama bagi Ku dari apa yang Ku sembunyikan.
5. Tanda ampunanku di dalam suatu ujian, ialah bahwa ujian itu menjadi suatu ilmu pengetahuan bagimu.
6. Siapa
yang Ku bodohkan, Ku beri dalih dengan kejahilan, Aku bermuslihat dengan
ilmu pengetahuan Ku terhadap siapa yang Ku bodohkan.
7. Hai
Hamba! Andaikan Ku beritahukan padamu apa yang terkandung di dalam
penglihatanmu itu, maka pastilah engkau akan merasa sedih masuk ke dalam
surga.
8. Hai
Hamba! Barang siapa yang sudah melihat Ku, maka ia akan dapat melampaui
“ucapan dan diam” dan melangakahi “Ilmu pengetahuan dan kebodohan” dan
melangkahi epmbatasan.
9. Hai
Hamba! Manakala engkau memohon, hendaklah engkau berdiri menghadap
kepada Ku, niscaya engkau Ku beri, Jangan sekali-kali engkau berdiri
menghadap kepada permohonanmu, yang demikian membuatmu terhijab dan Ku
tolak.
10. “Aku sendiri adalah bukti nyata, dan tiada selain Ku yang dapat dijadikan bukti.
11. Tanda-tanda keyakinan adalah keteguhan, dan tanda-tanda keteguhan adalah keamanan dalam menghadapi bahaya.
12. Siapa
yang menyembah kepada Ku demi wajah Ku, niscaya akan kekal. Siapa yang
menymbah pada Ku karena takut siksa Ku, niscaya akan berhenti tanpa
kelanjutan; dan siapa yang menyembah pada Ku karena rakus dalam
kenikmatan Ku, niscaya akan putus.
13. Jika
engkau makan dari uluran tangan Ku, niscaya jasad tubuhmu tidak akan
menaatimu untuk engkau ajak bermaksiat pada Ku.
14. Hai
hamba! Buatlah bendungan di depan pintu hatimu, dan jangan diperkenankan
masuk selain Ku, engkau pun hendaknya menjadi pengawas atas bendungan
itu dan tinggalah sekali di dalamnya, hatimu adalah rumahku, sampai tiba
saatnya saling jumpa dalam pertemuan.
15. Letakkan dosa-dosamu di bawah telapak kakimu, dan letakkan kebaikanmu di bawah dosa-dosamu.
16. Huruf itu
adalah huruf Ku, dan ilmu itu adalah ilmu Ku, sedangkan engkau adalah
hamba Ku, bukan hamba huruf Ku, bukan pula hamba ilmu Ku.
17. Hai
Hamba! Jangan engkau berdiri di persimpangan, niscaya engkau akan
diarahkan ke perbagai jurusan, dan janganlah engkau berdiri di dalam
ilmu, niscaya engkau akan diarahkan ke pelbagai pengetahuan-pengetahuan,
dan janganlah engkau keluar dari Hadirat Ku, niscaya engkau akan
disambar kenyataan-kenyataan.
18. Hai
Hamba! Bila engkau tertawan oleh nama Ku, niscaya engkau akan diserahkan
kepada namamu sendiri, dan bila engkau tertangkap oleh sifat Ku, maka
engkau akan diserahkan kepada sifatmu sendiri, dan bila yang menahanmu
selain dari Ku, niscaya engkau akan dikembalikan kepada dirimu sendiri,
dan bila dirimu sendiri yang mengambilmu maka engkau akan diserahkan
kepada musuh dirimu.
19. Hendaklah
engkau berdiri di Hadirat Ku; jika engkau berkata-kata, maka itulah
tutur kata Ku; jika engkau menghukum, maka Akulah hakim itu.
20. Huruf dan
apa yang diuraikan oleh huruf adalah serambi ilmu, dan ilmu itu adalah
serambi makrifah, dan makrifah adalah serambi nama, dan nama itu adalah
serambi dari apa yang dinamakan.
21. Hai
hamba! Engkau telah menerima baik setiap undangan, mengapa undanganKu
tidak?? Hai hamba! Gantungkanlah ucapanmu kepada Ku, niscaya perbuatanmu
pun akan bergantung padaKu; jika perbuatanmu sudah bergantung pada Ku,
maka akan berkelangsungan pemikiranmu dalam beribadat kepada Ku, dan
akan masygul lah hati dan batin mu. Hai hamba! Meyerahlah kepada Ku,
dengan demikian Ku buka pintu untukmu, agar engkau dapat bergantung pada
Ku.
22. Hai
hamba! Jangan engkau berputus harapan daripada Ku, niscaya engkau
terlepas dari perlindungan Ku; bagaimana engkau berputus asa daripada
Ku, sedangkan dalam hatimu terdapat utusan Ku dan juru bicara Ku.
23. Hai
Hamaba! Penghuni maqam-maqam itu adalah daripada Ku, mereka tidak
menghendaki apapun dan tidak membiasakan apaun dan tidak pula jinak pada
sesuatu apapun.
24. Bila tiba
hari kiamat, maka berdatanganlah jiwa-jiwa menuju kepada Nur Ku.
Apabila di dunia Jiwa ddan Nur Ku telah saling berkaitan, maka
terbukalah hijab, tetapi jika tidak, maka tetaplah sebagaimana adanya
dahulu.
25. Hai
hamba! Jika engkau berada di sisi Ku, tiada satupun di alam semesta ini
yang membekas pada dirimu; engkau tidak girang dengan apa yang engkau
peroleh , dan tiak pula menyesali apa yang luput daripadamu. Engkau
berada di sisi Yang Maha Pencipta Segala, engkau telah cukup kaya, tidak
memerlukan lagi apa-apa yang ada di alam semesta.
26. Hai hamba! Jika dirimu menentagmu, maka laporkan tantangannya kepada Ku.
27. Hai
hamba! Segala sesuatu Ku beri keperkasaan untuk menyambarmu dari dirimu
sendiri, maka jika terjadi hal yang demikian, bermohonlah engkau akan
pertolongan Ku. Maka akan Ku perlihatkan keperkasaan Ku, lalu Ku himpun
engkau dengan keperkasaan Ku.
28. Hai
Hamba! Akulah Allah. Telah Ku jadikan segala sesuatu itu mempunyai
kelemahan (ketidaksanggupan) dan Ku jadikan setiap kelemahan itu
kefakiran.
29. Hamba Ku
yang sebenar-benarnya adalah yang memarahi dirinya sendiri demi Aku, dan
tidak rela pada dirinya sendiri; Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah
yang tetap berzikir kepada Ku tanpa diselingi oleh kealpaan.
30. Hendklah
engkau jadikan terjemahn, tafsiran dan huruf-huruf itu sebagai alat dan
kendaraan untuk sampai kepada Ku yang merupakan untaian kata-kata.
31. Hai
hamba! Janganlah engkau menukarkan Daku dengan sesuatupun, maka tiadalah
sesuatu yang memadai dan menanadingi Ku.
32. Hai
hamba! Jangan hendaknya engkau menyertai yang fana. Hai hamba! Hendaklah
engkau dala segala hal bersama Ku saja, niscaya Ku utus padamu pada
hari Aku bernyata suatu tanda dan alamat yang akan meneguhkanmu, maka
engkau tidak dikenai oleh kengerian dan ketakuatan, dan tiada pula
digemparkan oleh apa yang mendahsyatkan.
33. Hai
hamba! Engkau akan bebas di dlam maqam Hadirat Ku! Tiada satu pun baik
perkataan-perkataan maupun perbuatan-perbuatan yang memanggil dan
menyeru padamu.
34. Hai
hamba! Kosongkanlah hatimu dari kedamaian apapun, niscaya engkau tidak
lagi punya tandingan; Jika engkau menyimpan yang damai, maka apa yang
bertentangan akan menjadi tandinganmu. Yang damai akan mengakibatkan
keselamatan dan yang bertentangan akan mengakibatkan kebinasaan.
35. Hai
hamba! Sekali-kali engkau tidak akan mengenal Ku, sebelum engkau melihat
bagaimana Aku menganugrahkan dunia ini dalam kemwewahan dan kelezatan,
yang mana engkau sendiri telah mengetahui terhadap seseorang yang
durhaka, maka engkaupun akan rela terhadap apa yang Ku jauhkan
daripadamu, dan engkau akan mengetahui akan apa yang Ku palingkan, agar
Ku jauhkan engkau dari hijab Ku. Hai hamba! Ketahuilah bahwa ada suatu
janji antaramu dan antara ahli dunia ini akan lenyap, dan engkau akan
melihat kedudukanmu dan kedudukan ahli dunia ini.
36. Yang
berdiri di anatar kedua tanganKu, tangannya akan menjulang tinggi atas
langit dan bumi, jauh di atas surga dan neraka, maka tidak ia akan
berpaling menoleh kepada kesemuanya ini. Akulah yang mencukupinya...
tiada dasar makrifatnya kecuali di atas landasan Ku; dan tiadalah ilmu
pengetahuan serta renungan hatinya melainkan berkisar antara kedua
tangan Ku.
37. Hai
hamba! Robohkan apa yang telah engkau bangun dengan kedua tanganmu,
sebelum Aku merobohkan dengan kedua tangan Ku.
38. Engkau adalah hamba selama engkau di kuasai.
39. Hai hamba! Bila engkau tidak melihat Ku di dalam sesuatu, maka penglihatanmu adalah kelalaian belaka.
40. Hai
hamba! Bila engkau telah melihat Ku di dalam du hal yang saling
bertentangan dengan sekali pandang, maka sesungguhnya Aku sudah
memilihmu untuk diri Ku.
41. Hai
hamba! Di dalam Aku melemahkan engkau di antara orang-orang yang lemah,
dan menguatkan engkau di antara orang-orang yang kuat, tidaklah engkau
merasakan cinta Ku.
42. Hai
Hamba! Tidaklah dapat dibenarkan saling bertutur kata, melainkan yang
satu berkata dan yang lain diam, tetapi hendaklah engkau diam dan
dengarkan tutur kata Ku.
43. Hai
hamba! Engkau telah membuat rumus dan telah engkau terangkan pula
maksudmu dengan kefasehan lidah, toh kesudahannya kepada Ku Juga.
44. Hai Hamba! Hendaklah engkau perhatikan apa yang dengannya engkau menjadi baik, itulah harga dirimu di sisi Ku.
45. Penglihatan
itu adalah suatu ilmu yang mengekalkan, maka hendaknya terus engkau
ikuti, dengan demikian akan membawa kemenangan bagimu atas dua hal yang
saling berlawanan.
46. Hai
hamba! Jangan hendaknya engkau jinak pada sesuatu selain Ku, lalu engkau
menuju kepada Ku; maka serta merta Aku akan menolakmu dan Ku kembalikan
engkau pada sesuatu itu.
47. Dengan sikap membenci dunia adalah lebih baik daripada beribadah untuk akhirat.
48. Rumahmu di akhirat kelak yang daripada Ku, laksana hatimu sekarang di dunia ini daripada Ku.
49. Hendaklah
engkau tidur, sedang engkau melihat pada Ku, begitulah nanti di kala
Aku mewaafatkan engkau, engkau akan melihat pada Ku.
50. Hendaklah
engkau bangun dari tidurmu, sedangkan engkau melihat pada Ku, begitu
pulalah nanti di kala engkau Ku bangkitkan di Hari Kiamat, engkau akan
melihat pada Ku pula.
51. Hai hamba! Ketahuilah bahwa penyakit dan obat itu bagi orang yang lalai.
52. Salian Ku
tolak engkau dengan pelbagai hijab, kemudian Ku buka untukmu
pintu-pintu dan lorong untuk tobat, yang demikian itu adalah peluang Ku
bagimu agar engkau melintasi hijab itu menuju kesudahan pintu-pintu itu.
53. Hai
hamba! Aku bukannya untuk sesuatu, lalu sesuatu itu akan meliputi Ku,
bukan pula engkau untuk sesuatu lalu sesuatu itu meliputimu; tetapi
sesungguhnya engkau hanyalah untuk Ku dan dengan Ku.
54. Hai
hamba! Jangan dikira setiap yang terbuka itu dapat dilihat. Aku adalah
Raja yang terbuka dengan Kemuliaan, yang berhijab dengan Keperkasaan.
55. Hendaklah
engkau melihat segala sesuatu sedangkan engkau melihat pada Ku, sama
halnya dengan engkau menghukum padanya dan ia tidak dapat menghukum
padamu.
56. Hai
hamba! Engkau ditimpa suatu persoalan, maka katakanlah “Tuhanku!
Tuhanku! Niscaya Ku jawab : Labbaik! Labbaik! Labbaik!!!
57. Bila
engkau melihat Ku, sedangkan engkau tidak melihat apapun yang daripada
Ku, maka sesungguhnya enggkau sudah melihat Ku benar-benar.
58. Hai
hamba! Bila engkau melihat Ku, berarti engkau berada di sisi Ku; bila
engkau tidak melihat Ku, berarti engkau berada di sisimu sendiri. Maka
selayaknya engkau berada di sisi siapa yang datang dengan membawa
kebaikan.
59. Hai
hamba! Aku telah memuliakanmu dan Ku jadikan segala sesuatu itu bersikap
lembut dan lunak kepadamu, maka sekali-kali Aku tidak rela dengan
berhentimu sampai di situ, sangat sekali Ku sayangkan! Demi perhatian
terhadap padamu dan atasmu.
60. Hai hamba! Bila engkau telah melihatku! Tiadalah akan sirna bahaya itu sebelum sirna angan-anganmu.
61. Bila
engkau telah menafikan (meniadakan) apapun selain Ku, niscaya engkau
akan bertemu kepaa Ku dengan sebanyak bilangan dari apa yang telah Ku
ciptakan dari kebaikan-kebaikan itu.
62. Engkau menjadi hamba assiwa selama engkau telah melihat bagi dia bekas.
63. Barangsiapa
telah melihat Ku, niscaya ia akan menyaksikan bahwa sesuatu itu adalah
milik Ku, dan barangsiapa yang sudah menyaksikan bawa sesuatu itu adalah
milik Ku, engganlah ia mengadakan tali hubungan dengannya, dan selama
engau mengikatkan tali hubungan dengan sesuatu, hingga dari satu segi
engkau melihat bahwa sesuatu itu kepunyaanmu dan di segi-segi lain
engkau melihat bahwa sesuatu itu adalah milik Ku, niscaya engkau tidak
akan mengikatkan tali hubungan.
64. Hai hamba! Ucapkanlah : “Labbaika Wasa’adaika Walkhairu Bika Waminka Wailaika Waiyadaika” Artinya : Aku
selalu menaati Mu, Menuruti Seruan Mu, dan kebaikan itu adalah dengan
Mu, daripada Mu, kembali kepada Mu, dan di kedua tangan Mu”.
65. Hai hamba! Hilangkanlah kebiasaanmu berikhtiar (memilih) niscaya akan Ku buang sama sekali tuntutan Ku itu.
66. Hai
hamba! Manakala negkau telah melihat Ku, maka apapun selain Ku (Assiwa)
kesemuanya itu adalah merupakan suatu dosa.
67. Hai
hamba! Aku telah mencintaimu, lalu Aku bermaqam di dlam makrifatmu
terhadap segala sesuatu; lalu engkau mengenal Ku demi segala sesuatu dan
mengingkari segala sesuatu.
Hai hamba! Bila
engkau telah melihatKu, maka hendaklah engkau berada di dalam kegaiban
laksana jembatan yang menjadi tempat lalu lintas segala sesuautu tanpa
hentinya.
68. Hai
hamba! Perselisihan itu disebabkan oelhe pertentangan kebalikannya *Adh
dhiddah), sedangkan melihat pada Ku, tiada satu pun pertentangan maupun
perlawanan.
69. Hai
hamba! Bila engkau telah melihat Ku, sangat Aku rindukan padamu untuk
datang menjumpai Ku diantara kedua tangan Ku. Maka sekali-kali tidaklah
Aku maqamkan engkau dengan selain Ku.
70. Hai
hamba! Puncak kemanjaan Ku padamu ialah, bahwa Aku bertutur kata, yang
mana dengan Firman Ku, Aku perintahkan padamu untuk mengulang baca”. Yang dimaksud adalah (QS. Al Isra’ 17:111).
71. Hai
hamba! Akulah yang membangkitkan keinginan-keinginan, cita-cita, maka
bila engkai didatangi olehnya, hendaklah engkau ucapkan : “Ya Tuhan!
Selamatkanlah kami dari utusan-utusan Mu”.
72. Hai
hamba! “Apabila Aku menjadi terang-cemerlang bagimu, nicaya akan putus
segala sebab musabab, dan apabila engkau telah melihat Ku, niscaya akan
putus segala nisbah.
73. Aku telah menguji engkau antara ilmu Ku dan ilmumu, dan Ku uji pula antara hukum Ku dan hukummu.
74. Pengetahuan-pengetahuan
yang bersumber dari selain Ku, dapat diingkari oleh
pengetahuan-pengetahuan yang berasal daripada Ku.
75. Ucapan segala sesuatu merupakan hijabnya, apabila berkata, maka segala sesuatu terhijab oleh ucapannya sendiri.
76. Makrifat yang bersikap diam dapat menghukum, dan makrifat yang berbicara dapat menyeru.
77. Aku lebih
dekat dari apa yang dirasakan dengan ilmu pengetahuan, dan Aku lebih
jauh untuk dicapai dengan ilmu penegetahuan.
78. Aku
ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia pun mengajukan
pertanyaan : Apakah engkau melihat selain Ku? Kujawab : Tidak.......
Lalu ia berkata pula : Sekali-kali tiadalah engkau dapat melihat Ku
melainkan di antara kedua tangan Ku. Inilah dia! Engkau menyingkir dan
melihat kepada selain Ku, niscaya engkau tidak akan melihat Ku
lagi....... Bila engkau melihatnya (selain Ku), maka janganlah engkau
mengingkari dia; Jagalah wasiat Ku baik-baik, jangan sampai hilang
karena bila hilang, kafirlah kamu... Jika dia berkata padamu dengan
sebutan kata “AKU” maka hendaknya engkau mempercayainya, maka
sesungguhnya Aku telah membenarkan; Dan bila dia mengatakan padamu kata
“dia” maka hendaknya engkau mendustakan dia, karena Aku telah
mendustakan dia.
79. Telah
terungkaplah bagiku wajah segala wajah, kesemuanya kulihat saling
bergantung kepada wajah Nya; kulihat pula jasad, maka kesemuanya
bergantung pada titah Nya, baik perintah maupun larangan Nya, lalu ia
pun berkenan berkata kepadaku : “Pandanglah wajah Ku” lalu ku
pandang.... lalu ia pun berkata lagi : “Bukan selain Ku”.... kujawab :
“Bukan selain Mu”.... Lalu katanya lagi : ‘Lihatlh wajahmu sendiri” Lalu
kulihat wajahku ..... Ia pun berlanjut lagi .... “Bukan lainmu!”....
maka kujawab : Bukan lainku..... maka iapun berkata lagi : “Engkau
adalah seorang faqih, maka hendaklah engkau keluar!....... akupun keluar
dan berusaha mendalami ilmu fiqih, telah sah bagiku “membalik
mata” (Qolbul ‘ain), maka akupun mengikuti dengan cara ilmu fiqih.
Akupun datang kembali dengan membawa bekal ilmu ini, dan ia pun berkata :
“Aku tidak mau melihatmu dengan berbekal bikinan *mashnu)......
(membalik mata ... itu adalah perkataan ... sesuatu yang dikatakan);
bahwa mata sesuautu (ainusy syai’) atau mahiyatnya (apa yang ia nya) dan
zatnya adalah mata Allah (‘ainullah), zat Allah (semata-mata) itu
adalah suatu persoalan yang dibuat-buat (mulaffaq) sama dengan
diada-adakan, yakni uraiannya tersusun dari huruf-huruf (talfieq) yang
memutar balikan kebenaran. Hakikat itu jauh dari huruf dan jauh dari
uraian huruf.... yang mungkin dapat diuraikan dalam maudhu, persoalan
ini ialah “Bahwa zat dari segala sesuautu itu bergantung pada zat Allah,
tetapi jangan salah tafsir bahwa itu adalah mata zat Ilahiat (zat
Allah). Jika tidak maka kami dengan demikian telah membalikkan mata dan
telah memalsu kebenaran (Al Haqiqat). Firman Allah, yang artinya : “Sesungguhnya
Aku hendak menciptakan manusia dari tanah, maka bila ia telah Ku bentuk
dan Ku tiupkan dari sebagian roh Ku dalam dirinya, hendaklah kamu sujud
kepadanya”
(QS. Shad 38:71-72). Ruh anak Adam, adalah dari Ruh Alloh.... ia suatu
tiupan dari ruh Alloh dan berkaitan dengan zat Allah..... tetapi
sesungguhnya ia bukanlah ia..... karena zat Ilahiat tiada satu pun yang
menyamai Nya (Laisa Kamitslihi Syai’un).
80. Hai
hamba! “Kepada kalian Ku sampaikan : “Andaikan benar-benar kalian telah
melihat bahwa Dialah yang berkuasa menyempitkan dan melapangkan, tentu
kalian akan cuci tangan dari nasab keturunanmu yang mulia itu.
81. Hai
hamba! Kehalusan Ku tiada bertara, Akulah yang meneguhkan apa-apa selain
Ku (assiwa), maka lenyaplah apa-apa yang selain Ku.... Dan tiadalah
tandingan keperkasaan Ku, maka segala keperkasaan-keperkasaan akan
lenyap. Aku yang menyirnakan yang selain Ku dan apapun yang
diperlihatkan olehnya”.
82. Hai
hamba! Akulah yang Dhahir, tiada dapat dicapai oleh penglihatan mata;
dan Akulah yang Bathin yang tidak dapat dijangkau oleh prasangka apapun,
dan Akulah yang Daim (terus menerus tanpa kesudahan) tidak dapat
diberitakan oleh abad demi abad, dan Akulah yang tunggal, dan tidak
dapat dimiripi oleh bilangan dan hitungan... Segala sesuatu akan
ditutntut oleh asal mulanya. Dan Akulah Yang Satu, Yang Tunggal dan Yang
Maha Esa.... Aku tidak berasal dari sesuatu. Lalu sesuatu itu akan
berkhusus dengan Ku.
83. Sekali-kali
tidak sampai kemampuanmu untuk mencakup dan melingkupi sifat Ku,
umpamakan saja keindahan (Al Jamal) ini adalah sifatKu, untuk Ku, dan
kepunyaan Ku, karena Aku meliputi segala sesuatu.
84. Semua
ilmu pengetahuan ibarat lorong-lorong ... tiada jalan-jalan dan
lorong-lorong yang sampai kepada makrifat. Makrifat itu adalah induk
segala tujuan dan puncak segala kesudahan.... Bila engkau telah berada
di maqam makrifat, maka akan terungkaplah pandangan tembus (Kasyaf) dan
bagimu mata keyakinan (‘Ainul yaqin) terhadap pada Ku.. pada taraf
ini--- gaiblah makrifatmu dan engkau pun gaib pula pada dirimu sendiri,
inilah hukum makrifat yang berlaku .... Bila makrifatmu tidak dapat
menghukum dirimu, maka Akulah yang tampil menjadi hakim. Sapaimu di
taraf ini berarti engkau sudah mencapai puncak ilmu, dan diwajibkan
pdamu agar engkau berbicara sambil menunggu ijin Ku, maka dengan
bicaramu itu engkau akan menyaksikan murka Ku, manakala engkau diam,
maka hilang pula murka Ku, bila engkau bicara... makrifat itu selalu
disebut dalam Al Kitab... Kedudukannya lebih tinggi, baik nilai maupun
martabatnya dari ilmu pengetahuan, karena makrifat itu adalah hasil
pencapaian terhadap hakikat-hakikat yang menyeluruh, sedang ilmu
pengetahuan itu adalah pencapaian terhadap persoalan-persoalan yang
terbagi-bagi bidangnya. Mengenai “penyaksian” jauh lebih tinggi dari
keduanya, karena penyaksian itu adalah hasil dari kebulatan tekad yang
disertai dengan usaha yang gigih terhadap kebenaran, dengan ikut
sertanya upaya hati dan pengalaman, maka itulah yang menghasilkan
penyaksian, dan penyaksian itu adalah setinggi-tingginya keyakinan.
85. Bagiku....
bahwa memohon keridhaan Nya itu adalah merupakan kemaksiatan pada Nya,
kemudian ia berkata kepadaku : “Hendaklah engkau taat kepada Ku”, Lalu
engkau merasa telah menaati Nya, maka yang demikian engkau sudah bohong
besar, Ia pun melanjutkan L “Engkau tidak mentaati Ku, tida pula Aku
diaati oleh sesuatu pun” .... Baru kalilah aku melihat ke Esaan yang
sebenar-benarnya. Arti ayat : Kepunyaan Nya jua bahtera-bahtera yang
berlayar di lautan dengan layar-layar yang tinggi menjulang )QS. Ar
Rahman 55:25). Perhatikan ayat tersebut di atas, bahwa Allah menyatakan
jika bahtera-bahtera itu adalah milik Nya, sekalipun milik kita pada
lahirnya; Dialah yang membina, sekalipun pada lahirnya kita yang
membuat. Ingat renungkan! Kita membina dengan ilmu Nya, dengan
pengetahuan Nya, peraturan-peraturan Nya, serta ilham Nya, begitu pula
halnya dengan taat, tiada Ia ditaati oleh siapa yang menaatiNya,
melainkan ketaatannya adalah kemurahan Nya... Inilah Tauhid itu.
86. Aku telah
ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia berkata kepada
ku : “Aku tiada rela engkau menjadi utuk sesuatu, dan tidak pula rela
jika semua itu menjadi untukmu... Ku sucikan engkau, Aku bertasbih
padamu. Maka janganlah engkau mentasbihkan Ku. Aku yang membuatmu!
Bagaimana engkau dapat mensucikan Ku?
87. Jangan
engkau duduk di atas jamban-jamban, engkau akan dikerumuni anjing-anjing
dan akan saling menggonggong padamu, hendaklah engkau duduk di atas
mahligai yang kukuh kuat, di suatu tempat yang pintu-pintunya tertutup
rapat, dan jangan ada yang menyertaimu; Jangan menghiraukan apapun, baik
sianr matahari ataupun kicauan burung-burung, maka tutuplah wajah dan
telingamu, karena sesungguhnya bila engkau memandang selain Ku; niscaya
engkau akan menyembahnya, dan jika engkau yang dipandang oleh sesuatu,
maka engkaulah yang akan disembah.
88. “ Kulihat
segala mata terbelalak memandang kepada Nya, tetapi apa yang dilihat?
Segala sesuatu yang terpandang menjadi hijab belaka. Tundukan kepalamu
ke bawah, dan lihatlah ke dalam, niscaya terlihat.
89. Hamba-hamba sahaya berada di dalam surga, sedangkan orang-orang merdeka berada di neraka.
90. Bila tiada kaan bagimu untuk kau ajak duduk bersama, maka Akulah yang menyertaimu.
91. Engkau pasti akan mati, tetapi tidak demikian dengan ingatan Ku padamu.
92. Perhitunganmu meleset, berarti salah dan kesalahan itu berarti tidak benar.
93. Di antara makhluk-makhluk Tuhan, ada di antaranya yang seakan-akan tidak layak menjadi makhluk sama sekali.
94. Engkau didalam segala hal, ibarat baunya baju dengan baju.
- Engkau ibarat arti makna seluruh alam semesta;
- Engkau bagaikan kitab yang menghimpun sedangkan alam semesta merupakan lembaran-lembaran halamannya.
95. Aku ini sangat cemburu padamu, dari sebab itu Aku membuat beberapa larangan untukmu.
96. Katakanlah
kepada orang yang risau hatinya daripada Ku, bahwa kerisauan itu
berpangkal dari dirimu sendiri; karena Aku lebih baik untukmu dari
segala sesuatu.
97. Bila
engkau melihat Ku di dalam dirimu, sebagaimana engkau melihat Ku di
dalam segala sesuatu, niscaya berkuranglah cintamu terhadap dunia.
98. Aku dengan sesuatu tidak akan berhimpun, begitu pula engkau tiak akan berhimpun dengan sesuatu.
99. Hidup yang manakah untukmu di dunia ini setelah Aku bernyata :
- Hari kematian itu adalah hari penyatuan, dan
- Hari yang kekal abadi itu adalah hari kesenangan.
100. Aku telah menggodamu dengan tidak adanya kepercayaanmu sepenuhnya pada umurmu.
101. Antara Ku dan antara mu tidak dapat diketahui. Guna apa lagi dituntut.
102. Aku
ditegakkan berdiri di dalam sifat “Ketunggalan” (Al Wahdaniah), lalu ia
pun berkata kepdaku : “Telah Ku jadikan nyata segala sesuatu saling
menunjuk kepada Ku; dan mengungkapkan perihal Ku. Sebagaimana Aku
menjadikannya di saat yang bersamaan, memanggil kepada dirinya dan
menghijab daripada Ku; maka nasib setiap insan yang dikarenakan
penghijab-penghijab itu seakan-akan menggantungkan dirinya pada
penghijab-penghijab itu. Zikir Ku, Ku khususkan terhadap setiap yang Ku
jadikan nyata, dan zikir Ku adalah pengungkap semisal hijab juga...
“Bila Aku bernyata tiadalah engkau akan melihat apapun di sekelilingmu
lagi”
103. Hendaknya
engkau katakan : “Ilahy! Jangan kiranya Engkau biarkan diriku
diporak-porandakan huruf di dalam makrifatku kepada Mu.
104. Masih
jugkah menyusahkan dirimu, dari segala apa yang datangnya daripadamu?
Maka hal ini akan u ampuni. Jangan kiranya ada yang menyusahkan dirimu.
Segala apa yang datang daripadaku yang menyusahkan dirimu akan Ku
palingkan semua. Bila engkau sanggup melakukan apa yang Ku haruskan
padamu mengatasi keduanya ini, niscaya engkau menjadi seorang Wali.
105. Bila engkau
bukan dari ahli Hadirat (yang selalu bersama Allah), tentu saja khatir
(lintasan hati) itu akan selalu mendatangimu dan semua siwa itu
merupakan khatir; dan tidak akan memberi manfaat malinkan berupa ilmu,
dan ilmu itu sifatnya selalu bertentangan satu sama lain. Maka untuk
menyelamatkan dari pertentangan diperlukan perjuangan. Engkau tidak akan
sanggup melakukan perjuangan tanpa Aku, dan tidak pula ilmu kecuali
dengan Ku, Hendaknya engkau berdiri bersama Ku, maka dengan demikian
barulah engkau menjadi ahli Hadirat Ku.
106. Aku
dihentikan di dalam “ikhtiar” lalu ia berkata : “Kalian akan menderita
sakit” dan dokter akan selalu rajin menjenguk di waktu pagi dan petang,
kata-kata yang diucapkan para dokter itu adalah kata-kata Ku dan mereka
mengimani ilmu kedokteran, tetapi tidak beriman kepada Ku; Si penderita
pun patuh kepada dokter dan menurut berpantang makan, tetapi tidak
berpuasa untuk Ku.
107. Sudah layak
jika Aku “memperkenalkan diri” kepadamu dengan bala (ujian dan cobaan)
Aku tidak akan lenyap dan bala itu berasal daripada Ku.. Pengalamanmu
terhadap bala itu berasal daripada Ku... pengenalanmu terhadap bala
menjadi bala pula ... dan tiada seorang pun dapat melarikan diri dari
bala, karena bala itu daripada Ku”.
108. Aku dihentikan dalam “Perjanjian” dalam keadaan tegak berdiri, Ia pun berkenan bertutur kara padaku :
- Keluarkan dosamu demi ampunan Ku.
- Lemparkan kebaikanmu demi karunia Ku.
- Tanggalkan ilmu mu demi ilmu Ku.
- Singkirkan makrifatmu demi makrifat Ku.
- Tegaklah berdiri bersama Ku saja.
Bila engkau tetap saja berdiri, maka segala sesuatu akan mengarahkan dayanya dan menarik-narik padamu serta menghijab mu.
- Berada di sisi Ku
Maka aku akan bersamamu. Akulah yang akan menghadapi rintangan dan halangan.
109. Bermula
adalah tahap penyaksian (Al musyahadah) dengan menafikan khatir
(lintasan hati) kemudian menafikan makrifat, lalu menafikan dirinya
sendiri yang bermakrifat, terakhir menafikan “aku” (Al ana).
110. Tolonglah
Daku! Niscaya engkau menjadi kawan Ku. Bila Aku sudi engkau kawani, maka
Ku berikan padamu kekuatan dan pertolongan Ku, Dan Ku beri ilmu dari
ilmu Ku.
111. Engkau
mempelajari ilmu itu untuk bermegah-megahan di hadapan para ulama dan
untuk berdebat dengan para jahil, dan untuk engkau jadikan bahan
musyawarah, rapat maupun muktamar, dan.... untuk mengeruk keuntungan
duniawi... neraka... neraka!.
112. Bila engkau
telah keluar dari tabiatmu, keluar dari sifatmu, keluar dari amalmu dan
keluar dari ilmumu, maka keluar pulalah engkau dari namamu; Dan bila
engkau sudah keluar dari namamu, jatuhlah engkau ke dalam nama Ku. Bila
engkau telah jatuh ke dalam nama Ku, akan terlihatlah padamu tanda-tanda
pengingkaran, dan segala sesuatu itu akan serentak mengadakan
perlawanan kepdamu berupa fitnah dan engkaupun memunafikan setiap khatir
hatimu... Nah! Sekarang setiap yang melawanmu akan berhadapan dengan
Ku!.
113. Hendaklah
engkau meneliti dan melihat dengan apa engkau memperoleh ketenangan,
maka sesungguhnya tempat tidurmu adalah kuburan.
114. Di antara
ilmu-ilmu pendekatan (Al Qurb) hendaklah engkau ketahui bagaimana Aku
berhijab dengan suatu sifat yang engkau kenali.
115. Barang
siapa berdiri di maqam makrifat, kemudian ia keluar, sedang ia sudah
mengetahui keberhasilannya mendekati Aku, dan ia tetap tinggal di luar,
akan kunyalakan api untuknya seorang diri.
116. Di antara
ilmu-ilmu yang dapat dijangkau mata, pada satu saat akan engkau lihat
ilmu-ilmu itu akan bungkam di dalam kelemahannya; tetapi lain halnya
dengan ilmu-ilmu hijab, maka ia tetap akan lancar berbicara.
117. Sifat-sifat
yang dapat diungkap oleh tutur kata adalah sifat-sifatmu, dalam arti
dan makna, tetapi sifat-sifat Ku yang tidak dapat diungkap dengan tutur
kata bukanlah sifat-sifatmu dan tidak juga dari sifat-sifatmu.
Bila Aku berbicara
padamu dengan ucapan dan ibarat, tiada wewenang hukum memberikan kunci
pembuka; karena ibarat dan ucapan itu berbalik kepada dirimu sendiri.
Adapun bila Aku berbicara kepadamu tanpa ibarat, niscaya batu-batu dan
bata-bata akan bicara padamu. Dan engkau dalam kedudukan ini tinggal
berkata “Jadilah” maka “jadi”
118. Ibaarat dan
ucapan itu adalah rangkaian huruf, dan tidaklah huruf itu mempunyai
wewenang hukum apapun. Perkenalan Ku kepadamu melalui ibarat dan tutur
kata adalah persiapan untuk perkenalan yang tidak seisertai ibarat.
Pemikiran-pemikiran itu melaui huruf, dan lintasan-lintasan hati itu
dari pemikiran, tetapi ingatan kepada Ku yang murni adalah terpisah di
balik huruf dan pemikiran.
119. Yang nanti akan engkau temui di dalam kematianmu, ialah apa yang engkau alami di kala hidupmu kini : Arti Ayat : “Barangsiapa selagi di dunia ini buta, maka kelak di akhiratpun akan buta dan lebih sesat jalannya” (QS. Al Isra 17:72).
120. Jangan
menanyakan tentang makrifat Ku, dan jangan menanyakan tentang AKU.
Hendaklah engkau ketahui, bahwa tiadalah Aku diserupai oleh sesuatu pun
(Laisa Kamitslihi Syai’un).
121. Jangan
dihiraukan penaggilan selain panggilan Ku, sekalipun ia memanggilmu
berdalih ayat-ayat Ku. Jangan engkau hadiri sekalipun ia datang
mengundangmu dengan ayat-ayat Ku; karena sesungguhnya, segala sesuatu
itu Aku ciptakan memanggil pada diri masing-masing dan menghijab
daripada Ku.
122. Bulatkan tekadmu! Keraskan kemampuanmu paa Ku! Dengan Ku engkau akan kekal, dan putuslah engkau darpadamu : Arti Ayat : Dan kepada Tuhanmulah hendaklah engkau pusatkan kemauanmu (QS. Al Inssyirakh 94:8).
123. Jika engkau serang hatimu, dan hatimu tidak membalas menyerang, maka engkau benar-benar tergolong dari para arifin.
124. Bagaimana
para arifin tidak sedih sedangkan mereka melihat Aku meneropong
perbuatan buruknya dan Ku katakan : “Jadilah gambar agar dilihat oleh
pembuatnya”. Dan juga Ku katakan kepada perbuatan baiknya : “Jadilah
lukisan agar dilihat oleh pelukisnya”
125. Timbanglah makrifatmu sebagaimana engkau menimbang penyesalanmu.
126. Hati orang arif melihat keabadian, sedangkan matanya melihat ketentuan waktu.
127. Katakan
kepada para arifin! : “hendaklah kalian mendengar bukan hanya untuk
mengenal saja; Hendaklah kalian diam, dan bukan hanya untuk mengenal
melulu!; Sesungguhnya Ia mengenalkan diri Nya padamu sebagaimana engkau
bermaqam di sisi Nya.
128. Katakanlah
kepada hati orang-orang arif : Janganlah kalian keluar dari keadaan
kalian, sekalipun kalian sudah memberi petunjuk kepada siapa yang sesat.
Apakah kalian menghendaki kesesatan daripada Ku, lalu memberi petunjuk
kepada Ku??
129. Katakanlah
“Ilahy” Aku memohon kepada Mu, dengan Engkau!.... sekedar kesanggupan
suatu permohonan, aku bermunajat dengan Mu, kepada kemurahan Mu!
130. Wahai yang
saling berselisih! Janganlah engkau mengharapkan (memperoleh) petunjuk
dari yang saling berselisih; Bila ia memberi petunjuk padamu, niscaya
engkau akan berhimpun bersamanya dan memadu satu tujuan; Dan bila ia
tidak memberi petunjuk padamu niscaya engkau akan berserakan terpecah
belah, karena engkau mengikuti perselisihan yang datang dari
segalajurusan.
131. Masih
ketinggalan satu ilmu, berarti masih tinggal satu bahaya; masih tersisa
tambatan hati, berarti masih ditunggu satu bahaya; masih kurang lengkap
suatu akal pikiran, berarti masih ada bahaya yang menanti; masih ada
suatu kemauan keras atau kepiluan, berarti masih diintai bahaya.
132. Huruf itu adalah satu penjuru dari beberapa penjuru iblis;
133. Sesungguhnya engkau sudah melihat keabadian, dan tiadalah keabadian itu dapat diuraikan dan diibaratkan.
· Keabadian itu adalah satu sifat dari sifat-sifat Ku.
· Keabadian itu telah bertasbih (mensucikan) demi untuk Ku.
Dari tasbihnya, maka
Ku ciptakan malam dan siang, dan keadaannya bagaikan tirai penutup yang
membentang bagi setiap hati dan segala rahasia-rahasia. Lalu Ku pilih
engkau, tirai siang Ku buka dan tabir malam Ku singkap supaya engkau
dapat melihat Ku.
Kuberikan padamu
daya, agar engkau mampu melihat terbelahnya langit, dan memandang
bagaimana Ku turunkan perintah Ku yang datangnya dari sisi Ku, laksana
tibanya siang dan datangnya malam”.
134. Engkau
telah mengenal Ku, dan mengenal ayat-ayat Ku. Barangsiapa yang telah
mengenal ayat-ayat Ku, maka ia pun telah bebas lepas dari tanggungan
alasan apapun. Bila engkau sedang duduk, jadikanlah ayat-ayat Ku berdiri
di sekatarmu; dan jangan keluar jika engkau keluar, keluar pulalah
engkau dari benteng Ku. (Yang dimaksud dengan ayat adalah kamimat
Tauhid).
135. Adab sopan
santun para wali-wali itu, ialah mereka tiada mengurusi sesuatu dengan
kemauan keras, sekalipun mereka mengetahui dengan tinjauan akal dan budi
luhurnya.
136. Bila engkau
di datangi oleh panggilan hatimudan engkau lengah tiada melihat Ku,
maka sesungguhnya engkau sudah dilambai oleh lidah api Ku, maka
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali-wali Ku (orang-orang yang
beriman dan bertakwa) niscaya akan Ku perlakukan terhadap padamu
sebagaimana layaknya Aku memperlakukan para wali Ku, maka katakanlah :
“YA
Allah! Inilah malapetaka uji cobaan Mu! Maka ku harapkan kelembutan Mu,
terhadap padaku, dan limpahkanlah kasi sayang Mu, padaku”.
137. Orang yang
berdiri di hadirat Ku, melihat makrifat itu baikan arca-arca, dan
melihat ilmu bagaikan azlam (anak panah peramal nasib).
138. Ilmu yang mantap tak berbeda dengan kejahilan yang mantap.
139. Pembersih
tubuh adalah air, dan pembersih hati adalah menundukan pandangan dari
siwa....... Ketahuilah! Bahwa hati yang tertambat pada siwa adalah
najis, dapat disucikan hanya dengan tobat.
140. Hai hamba!
Ynag membuat siwa hingga dapat nyata adalah Kau; yang memperlakukan dan
yang menggerakan adalah Aku; dia dtang dan pergi dikarenakan Aku.
“Tinggalkan dia! “Tetaplah di sisi Ku”, Kalau tidak! Maka tidak pula aku
memilihmu.... Siwa adalah tempat pertentangan, yang berlawanan, yang
berserakan, berbilang-bilang, bercerai berai..... Hanya Aku lah Yang
Tunggal tanpa lawan tanpa tantangan.
141. Hai hamaba!
Janganlah engkau menjadikan Aku sebagai utusanmu kepada sesuatu, maka
sesuatu itu kana menjadi Tuhna layaknya. Jika sampai terjadi yang
demikian, maka engkau akan ku tulis dari golongan orang-orang yang
berbuat olok-olok pada Ku disertai pengetahun.
142. Hai hamba!
Hendaklah engkau menghentikan “kemauan keras” mu di kala engkau berada
di antara kedua tangan Ku. Bila engkau dapati di anataranya (kemauan
kerasmu) dan antara Ku selain Ku, maka lemparkanlah dia (siwa) dengan
penglihatanmu kepada Ku dari balik belakangnya (siwa). Kalau dia (siwa)
masih tetap ada, maka tatapkan wajahmu kepada Ku, niscaya engkau melihat
bagaimana Ku jadikan dia (siwa), maka ssampaimu di sini tidaklah akan
Ku katakan lagi “Ambilah” atau “tinggalkanlah”.
143. Pelhralah
baik-baik keadaan halmu agar dengan “kemauan keras” mu engkau memandang
Ku. Jangan hendaknya “kemauan keras”mu engkau pandang dalam kemauan
kerasmu, hal yang demikian membuatmu berpandangan kepada dua larangan
dan dua perintah, dan engkau sendiri berada di bawah dua Pemerintahan.
144. Hai hamba!
Bila engkau berdiri untuk melakukan shalat, maka hendaklah engkau
jadikan segala sesuatu berada di bawah kedua telapan kakimu.
145. Hai hamba!
Hendaklah engkau berlindung kepada Ku dari selain Ku, sekalipun selain
Ku itu mendatangimu dengan keridaan Ku.
146. Selama masih ada sesuatu di antara Ku dan antaramu, maka engkau adalah hamba dari sesuatu itu.
147. Hai hamba!
Pilihlah Aku! Aku terbitkan atasmu segala sesuatu dengan kekayaan yang
tiada lagi engkau berhajat apapun lagi; dan jangan selain Ku yang
menjadi pilihanmu, maka Aku pun akan gaib. Kemalangan apa yang akan
menimpamu? Halangan apa yang akan menghadangmu?? Itulah bila aku gaib...
engkau akan terperosok ke lembah hina, dirimu menjadi rendah dalam
perhambaan dan kejahatan terhadap pada sesuatu.
148. Hai hamba!
Jika pembagian itu telah terangkat, akan menjadikan sama, tiada
perbedaan yang menyedihkan dan yang menggembirakan (yakni bila
terangkat hijab) yang memisahkan engkau daripada Ku, niscaya semeua siwa
tiada bernilai lagi, baik yang menyedihkan maupun yang menyenangkan.
149. Pengenalan
akan nama Allah Yang Maha Agung (Ismullahi Al A’dham) adalah
pertama-tamanya fitnah. Bila Aku meniadakan daripadamu tuntutan yang
diajukan nama itu, maka lenyap pulalah tuntutan lawan nama itu.
150. Aku adalah
lebih baik bagimu dari dirimu sendiri; bila engkau lalai Aku yang
mengingatkanmu; bila engkau berpaling Akulah yang mendatangimu;
Seakan-akan Aku membuat bangunan indah anggun penuh kemuliaan karena
ingatan Ku padamu atau merasa senang bersamamu tanpa kegelisaha...
Akulah Yang Maha Kaya, tiada memerlukan daripadamu dan daripada segala
sesuatu.
151. Bila engkau
telah melihat Ku di balik sesuatu, lalu engkau mendurhakai Ku, maka
durhakamu itu adalah atas kesadaran. Barangsiapa mendurhakai Ku atas
kesadaran, maka berarti telah memerangi Ku.
Aku sediakan bagi yang mendurhakai Ku suatu alasan dan..
Aku sediakan pula
bagi yang berperang dengan Ku suatu medan peperangan, dimana akan Ku
biarkan baik engkau maupun yang dengannya engkau memerangi Ku....
Dan perlindungan Ku
datang dari arah belakang, yang mana Aku akan mencerai-beraikanmu; Jika
Aku mencerai-beraikanmu berarti engkau akan Ku lenyapkan.
152. Ilmu yang
menunjuk pada Ku, adalah laksana lorong yang menuju pada Ku... Ilmu yang
tidak menuju pada Ku, ialah suatu hijab yang menggoda.
153. Tidak akan
sampai panggilanmu di belakang hijab, kecuali dengan menyingkirkan hijab
itu; yang demikian adalah keharusan bagi setiap peerkenalan Ku terhadap
siapa yang telah melihat Ku.
154. Aku telah
bersumpah atas diri Ku sendiri, bahwa tiadalah meninggalkan barangsiapa
yang meninggalkan sesuatu demi untuk Ku; melainkan akan Ku berikan
padanya ganti yang lebih baik dari apa yang ditinggalkan itu.
155. Hai hamba!
Mengapa pikiranmu bersimpang siur, den mengapa duka citamu engkau simpan
bermalam hingga sampai pagi belum juga terlepas daripadamu.... Engkau
adalah wali Ku, dan Aku lebih utama bagimu, serahkan saja kepda Ku “Zat
rahasiamu” maka Akulah yang menghadapi segala kesimpang siuran dan Aku
lebih mengetahui daripadamu. Sebagian sifat dari seorang wali ialah :
Tiadanya merasa heran atas sesuatu dan berpantang meminta apapun.
Bagaimana tidak demikian dia sudah melihat Ku – apa yang layak
diherankan lagi sedang ia melihat Allah, dan apa yang akan diminta?
Sedang ia melihat Allah.
156. Sesungguhnya
mereka yang bangun di malam hari, ialah mereka yang menuju pada Ku,
bukan untuk wirid yang ditentukan maupun bacaan yang dipahami... di
sanalah .... Ku sambut kedatangannya dengan wajah Ku, maka ia pun
berdiri dengan Qoyyumiati (berdiri Ku sendiri) tiada pinta dan tiada
apapun yang diajukan pada Ku. Bila Aku hendak bicara padanya, akan Ku
laksanakan; bila Aku hendak memberi pengertian, Ku tanamkan pengertian.
Hai hamba! Ahli wirid manakala telah sampai ke tujuannya, mereka akan
berhenti dan menyingkir, dan ahli juzu’ (membaca Al Qur’an yang sudah
sampai pada batasnya) setelah dipelajari, juga akan berhenti dan
menyingkir. Tidak demikian halnya dengan dengan “Ahli Ku” karena baginya
“tiada batas lagi” Maka, bagaimanakah mereka akan menyingkir?
157. Hai hamba!
Bila engkau telah melihat Ku, lalu engkau menetap dalam suasana “melihat
Ku”, maka akan Ku tuanggkan malapetaka guna mengujimu, dan Ku berikan
keteguhan hati padamu agar kau tetap tinggal dalam maqammu.... tetapi
bila engkau lepas dari “melihat Ku” maka Ku timpa padamu sebagian dari
malapetaka dan Aku lemahkan engkau untuk menghadapinya, lalu engkau akan
mengalami rasa “menjauh” karena kelemahanmu Ku gerakan engkau berhasrat
untuk memohon pertolongan pada Ku, maka kasih sayang Ku akan menarikmu
dan mengangkatmu kembali ke maqam “melihat Ku”
158. Hai hamba!
Ketahuilah benar-benar bahwa segala sesuatu itu adalah milik Ku, maka
janganlah engkau mencoba-coba merebut kepunyaan Ku.
159. Hai hamba!
Hendaklah lesanmu senada denngan suara hatimu, dimana Aku bernyata dalam
hatimu... jika tidak, maka Aku akan berhijab daripadamu dengan
dirimu.... resapilah nasihat Ku ini ke seluruh jangatmu dan dalamilah
hingga ke tulang belulangmu.
160. Hai hamba! Bila engkau telah mengenal keabadian, maka engkau telah melihat satu sifat As Shumud. (Ash
Shumud ialah tempat bergantung pada Yang Maha Kekal, dan tempat meminta
dari yang bergantung pada Nya segala sesuatu, baik yang dimaksud maupun
yang disengaja ataupun yang dituju yang kekal tanpa kesudahan).
161. Hai hamba!
Apa yang telah Ku ungkapkan bagimu tentang keabadian, Ku iringi pula
dengan penutup kepadamu tentang hukum-hukum manusiawi sesuai dengan apa
yang telah Ku-ungkapkan untukmu itu.
162. Hai hamba!
Jika malam harimu engkau khusukan untuk Ku, dan siang harimu engkau
gunakan untuk ilmu Ku, maka engkau akan menjadi seorang besar dari
pembesar-pembesar para hamba Ku.
163. Pangkal keteguhan dan kekuatan itu ialah : “Meninggalkan larangan”.
164. Makin luasnya penglihatan, makin menyempitnya ibarat.
165. Barangsaiapa
yang selalu ingat pada Ku dan sudah terbiasa serta menjadi tabiatnya
pula, maka berarti ia telah membuat suatu perjanjian di sisi Ku guna
keselamatan dirinya.
166. Mereka yang
membenarkan Aku dengan kegaiban dan beriman pada Ku tanpa melihat Ku,
maka Aku akan menyertainya pada hari dihimpun, dan akan Ku kawani di
dalam suasana yang mengerikan, dan Ku kirim kepadanya keteguhan dalam
menghadapi kegoncangan, lalu akan Ku teguhkan atas apa pun yang dialami,
sebagaimana mereka telah mengawani Aku di balik tirai penutup itu.
167. Hai hamba!
Jangan hendaknya engkau menjadi orang yang terhijab hanya karena apa
yang cocok dengan seleramu atau dengan kemampuan.
168. Hai hamba!
Siapa yang mengenal Ku dengan Ku, berarti mengenal dengan satu
perkenalan yang tidak dapat diingkari lagi kemudian hari sama sekali.
169. Hai hamba! Aku tidak dapat dikenal oleh siapapun tanpa Aku memperkenalkan diri Ku padanya.
170. Hai hamba!
Bila engkau melihat Aku menyingkirkan siwa daripadamu, tetap Aku tidak
menyingkirkan engkau daripadanya; maka halmu yang demikian tanyakan
kepada orang yang alim dan bahkan kepada yang jahil sekalipun tentang
Ku, maka engkau akan melalui jalan yang aman dan jalan berbahaya. Hai
hamba! Bila engkau melihat Aku menyingkirkan siwa daripadamu, sedang Aku
tidak menyingkirkan engkau daripadanya, maka cepat-cepatlah engkau lari
kepada Ku dari fitnah Ku sambil memohon perlindungan Ku daripada makar
Ku.
171. Aku ibarat
tamu bagi kekasih-kekasih Ku yang mulia, bila mereka menjumpai Ku segera
membeberkan rahasia-rahasianya dan dengan penuh khidmat menguraikan
ikhtiarnya kepada Ku.
172. Tidak
berlaku atasmu hukum di dalam tidurmu, melainkan apa yang telah
mengiringi engkau dengan tidurmu, dan tidak lupa berlaku atasmu hukum di
dalam kematianmu, melainkan apa yang telah mengiringi engkau dengan
kematianmu.
173. Bila Aku
tidak gaib dikala engkau makan, niscaya Ku putuskan agar engkau tidak
lagi berpayah-payah untuk mencari makan.
174. Hamba Ku
yang berada di dalam “Hadirat Ku” ia dapat melihat “nama” itu tidak
memiliki kekuatan hukum apapun selain Ku .... itulah maqam yang
mengejutkan (Al Buhut) maqam terakhir, yang mana semua hati berhenti di
situ.
175. Bila engkau
menafikan “nam” (al ism), maka tibalah engkau pada “wusul” artinya :
telah sampai .... Bila tiada terlintas padamu “nam”, maka tibalah engkau
pada “ittisal” artinya : hubungan.... Bila engkau dalam “hubungan”,
maka engkaupun “Berkehendak dan berkemauan” seakan-akan engkau menafikan
“nam” itu, dan tidak lagi terlintas “nam” itu; disebebkan karena
sangatnya tarikan kuat (Al Wajdu Bilmusamma) dari yang dinamai....
Itulah tingkat yang tinggi, derajat paling atas tentang kecintaan
terhadap Zat Ilahiat.
176. Engkau yang hilang dalam kelenyapan, dan Aku lah yang mendapati dan menemukan, cukup kiranya engkau untuk Ku......
177. Engkau yang
dicari dan Aku lah yang menemukan; Akulah yang dicari dan engkau yang
menemukan. Bukan dari kita siapa yang gaib!
- Bila selain Ku yang engkau temukan, semoga engkau memenangkan peperangan.
- Bila
Aku yang engkau temukan, engkaupun akan bingung tanpa bersama Ku, dan
akan terheran-heran kecuali di sisi Ku.
178. Jika engkau tidak melihat Ku, janganlah engkau meninggalkan nama Ku.
- Bila engkau tidak melihat Ku di balik dua tantangan dengan sekaligus, maka engkau tidak akan mengenal Ku.
- Bila engkau sudah tidak dapat melihat Ku ditambah pula dengan kelengahan, maka itulah puncak hawa nafsu.
- Aku tidaklah berkesudahan hingga dapat dilihat di balik segala sesuatu.
179. Perjuangan pertama menuju pada Ku, hendaknya engkau memandang pada Ku tanpa berkedip sekejap pun.
180. Hendaklah
engkau mengatasi urusan dan persoalanmu dengan penuh rasa takut, niscaya
Aku teguhkan hatimu dengan kemauan kerasmu; Jangan hendaknya engkau
mengatasi dengan harapan dan angan-angan, niscaya akan Ku bongkar
manakala sudah hampir mencapai penyelesaian.
181. Bila selain
Ku yang engkau jadikan penuntunmu, niscaya engkau syirik kepada Ku,
maka hendaklah engkau lari ke arah ddua pelarian, satu pelarian ke arah
langgananmu, dan satu pelarian dari tangan Ku.
182. Bila engkau
tidak melazimkan zikir... menyebut dan mengingat nama-nama Ku,
sifat-sifat Ku dan pujian-pujian untuk Ku, niscaya yang seharusnya
zikir itu untuk Ku... berbalik pada dirimu sendiri, dari sifat Ku
menjadi sifatmu.
183. Nama itu
memisahkan antara yang bernama dan yang dinamai, dan memisahkan pula
antara yang dinamai dan arti nama itu sendiri.
184. Lazimilah
berbaik sangka, niscaya akan engkau lampaui hujat Ku (dalil Ku) dan
barang siapa yang sudah melintasi hujat Ku, sampailah kepada Ku.
185. Tengoklah
kepada Ku, bagaimana Aku mencabut kemashgulanmu terhadap selain Ku....
sati di antara dua! Aku cemburu atasmu atau Ku campakan engkau!
186. Sebelum
perjuangan (mujahadah), mulailah terlebih dahulu menyingkirkan dengan
“perjuangan”, maka Aku lah yang tampil dengan api kekerasan.... cintamu
kepada siwa adalah siwa pula, dan api itupun siwa juga. Tugas api adalah
membumbung naik menjulang ke atas hati, akan terlihatlah siwa dan apa
yang daripadanya, saling bergabung dan berkaitan.
187. Singkirkan alasan-alasanmu, niscaya terlihat olehmu Aku bertahta tanpa keraguan.
188. Pencinta-pecinta Ku adalah mereka yang sudah tiak mempnyai pendapat lagi.
189. Andaikan engkau bisa menjadi baik untuk sesuatu, niscaya tidaklah Aku menyatakan wajah Ku bagimu.
- Satu
kebajikan berbanding sepuluh; Hal ini bagi orang yang tidak melihat
wajah Ku; Tetapi bagi yang sudah melihat wajah Ku, satu kebajikan itu
sendiri merupakan dosa. Kebaikan orang-orang yang berbakti adalah
merupakan dosa bagi orang yang didekatkan.
190. Bila siwa itu menjadi khatir yang tercela, niscaya runtuhlah surga dan neraka.
191. Mohonlah ampunan Ku atas amal perbuatan hati, akan Ku teguhkan engkau dari berbolak-baliknya hatimu.
192. Aku jadikan
engkau jelek terhadap segala sesuatu, yang demikian agar engkau
terhijab dari antaramu dan antara Nya; jangan dilobangi hijab itu untuk
maksud perkenalan, bila terjadi yang demikian Ku kirim kepadamu
kehina-dinaan.
193. Al Wahdaniah (ketunggalan) adalah satu sifat dari sifat-sifat (Adz dzatiah)nya Zat.
194. Benar itu ialah tidak berdustanya lisan.
- Ash
Shidq – itu ialah larangan lisan untuk berdusta, dan Ash Shiddiqiah –
adalah larangan bagi hati untuk berdusta.
- Kedustaan hati mengikat janji tanpa perbuatan.
- Pendustaan hati ialah mendengarkan pada kedustaan itu.
- Kedustaan hati adalah menginginkan keinginan-keinginan.
- Pendusta itu adalah bahasa yang menguraikan selain Ku, dan Al Haq dan Al Haqiqi adalah bahasa Ku.
195. Hati yang sudah melihat Ku adalah bejana malapetaka.
196. Aku telah
bersumpah, bahwa tiadalah Aku didapati melainkan di dalam shalat; Aku
yang menenggelamkan malam dan membentangkan siang.
197. Bila engkau
berdiri berhadap-hadapan di antara kedua tangan Ku, semua akan
berteriak memanggilmu, maka waspadalah, jangan di dengar walau dengan
hatimu, kalau engkau dengar, sama halnya engkau menerima panggilannya.
- Bila
Ilm yang memanggilmu dengan himpunan segala macam isinya di waktu
engkau melakukan shalat lalu engkau jawab dengan mengiakan, maka jelas
engkau telah terpisah daripada Ku.
198. Hai hamba! Hendaklah engkau keluar dari kemauan yang menjadi kepentingamu, niscaya engkau akan keluar di atas batasmu.
199. Ia berkata
kepadaku.. “ Di dalam surga itu segala apa yang mungkin terlintas dalan
ingatan dan pemikiran... sedangkan kenyataannya kesemuanya itu jauh
lebih bessar lagi, dan di dalam neraka itu juga segala apa yang mungkin
terlintas dalam engatan dan pemikiran.... sedangkan kenyataannya
kesemuanya itu jauh lebih besar lagi.
- Aku lah yang berada di balik kenikmatan surga itu.
- Andaikan
kenikmatan surga itu telah mengenal Ku, niscaya ia akan putus dari
menghidangkan kelezatan-kelezatannya.
- Barangsiapa
yang telah mengenal kenikmatan memandang wajah Ku serta kenikmatan
berada di Hadirat Ku, niscaya ia akan menyesali apa yang telah hilang
selama berada dalam kelezatan surgawi, yang hanya kelezatan indra dan
jasmani, dan ia akan rindu dan duka selama luput dari berpandangan
kepada wajah Ku.
200. Yang menjadi penghalangmu daripada Ku di dunia ini, itu jugalah yang akan menjadi penghalangmu di akhirat kelak.
201. Hai hamba!
Kawanilah Aku dengan sirmu (rahasia hatimu), niscaya Aku menemanimu
dalam kehidupanmu!..... Kawanilah Aku dalam kesendirianmu! Niscaya Aku
menemanimu dalam pergaulan.... Kawanilah Aku dalam khalwatmu! Niscaya
Aku menemanimu dalam himpunanmu!.
202. Hai hamba!
Pemisah antara Ku dan antaramu adalah cintamu pada dirimu, maka
enyakanlah dan jangan hendaknya menjadi hijab pnutup dirimu.
203. Hai hamba!
Telah syirik siapa yang dihentikan oleh tutur kata..... dan ikhlaslah
barangsiapa yang dihentikan oleh yang bertutur kata.
204. Ucapkanlah :
“MAULAYA WAJJIHNI BIWAJHIKA LIWAJHIKA” “Wahai pelindung diriku,
arahkanlah diriku dengan wajah Mu untuk menatap Zat Wajahmu”
205. Hai hamba!
Bila engkau bersandar kepada sesuatu, maka engkau akan berpegang teguh
pada sandaranmu, berarti engkau telah berpegang teguh pada selain Ku;
Dan akan Ku tulis engkau sebagai orang yang musyrik.
206. Hai hamba!
Telah Ku ciptakan segala sesuatu semuanya untukmu, sedangkan Aku jauh
lebih dari segala sesuatu itu, Akulah yang mempunyai karunia-karunia
itu, maka belakangilah sesuatu-sesuatu itu di punggungmu dan
palingkanlah wajahmu menghadap pada Ku.
22.
SAMPAI KEPADA ALLAH
Tuhan ku berseru
kepada ku : Hendaklah engkau berjalan menuju kepada Ku, dan Akulah yang
menjadi pandu penuntunmu. Maka akupun berjalan... kulihat diriku
sendiri; Ia pun berseru lagi :
Lalui semuanya!
Arahkan tujuanmu kepada Ku saja. Sungguhpun bila engkau berhenti bersama
dirimu yang tercela, niscaya engkau akan binasa, dan bila engkau
berhenti dengan dirimu yang terpuji, niscaya engkau terhijab.
Sungguh, bila engkau
telah terhijab dengan panggilan-panggilan yang terpuji itu, maka engkau
akan didatangi oleh panggilan-panggilan yang tercela, dan dengan paksa
engkau akan di tawan, penyebabnya tak lain karena engkau terhijab.
Aku pun melanjutkan
perjalanan, maka kulihat akal pikiranku. Sambung Nya : Lalui saja dan
jangan diperdulikan, tetapkan tujuanmu pada Ku! Bila akal yang datang
akan disusul oleh hikmat kebijaksanaan; dan bila ia pergi maka ia pun
akan melihat dirinya. Bila ia membawamu masuk ke dalam hikmat
kebijaksanaan, ia pun akan berkata kepadamu “Ikutlah aku”, maka
kekuasaan sudah berada di tangannya.
Bila ia datang, maka
engkaupun akan menyertainya kepada hikmat kebijaksanaan; Bila ia pergi
engkaupun akan mengikutinya menuju kepada hijab. Langkahi saja
siapa-siapa yang datang dan siap-siapa yang pergi. Aku teruskan
perjalanan... ujarNya pula : Engkau telh melewati bahaya itu!... kulihat
kerajaan duniawi seluruhnya dengan sekali pandang; Berkata pula Tuhan
kepadaku : Lalui dan langkahi apa-apa yang berada di dalamnya! Maka
kesemuanya itu adalah kesenangan nafsumu dan impian-impiannya.
Kemudina kulihat
kerajaan-kerajaan semuanya dengan sekali pandang; Kata Nya pula : “Lalui
dan langkahi apa-apa yang berada di dalamnya! Maka kesemuanya itu
adalah kesenangan akal budimu dan rumahnya. ..... Aku pun melalui,
kemudian kulihat hikmah kebijaksanaan menyambut.
Kedatanganku dan
membukakan pintu-pintu, dan di balik pintu-pintu itu terdapat
pintu-pintu lagi, yang di dalamnya terdapat khazanah-khazanah, dan
khazanah-khazanah itu berisi pula harta-harta kekayaan, lalu akupun
didatangi oleh akal, jiwa, ilmu dan makrifat, semuanya serempak
mendatangiku; maka Tuhan pun berkenan berkata padaku : engkau sudah
menjalani segala sesuatu!..
Lemparkan himat
kebijaksanaan kepada orang-orangnya dan buatlah perjanjian dengan
mereka, supaya mereka membangun gedung-gedung dan rumah-rumahnya; inilah
apa yang mereka tuju, mereka menginginkan agar engkau bercerai, dan
mereka menceraikan engkau. Tetap sajalah engkau berjalan menuju pada Ku!
Dan kesemuanya itu tidak layak bagimu utuk engkau tempati, engkaupun
bukan penghuni yang herus menetap untuk selama-lamanya di sana!
Kembali aku berjalan
lagi, kulihat orang-orang lalu lalang dan mereka yang berjalan, kulihat
pula para ulama dan para zahid dan para muttaqien. Lalu berkatalah Tuhan
padaku : Orang-orang yang lalu lalang akan sejurus dengan arah
tujuannya; dan sekali-kali tiadalah orang yang lalu-lalang itu akan
mengajakmu kecuali kepada maqam dan iqamahnya, dimana mereka berada;
Maka bila engkau tertarik oleh orang alim atau ulama, engkau akan
diundang kepada ilmu penegtahuannya; bila engkau menyukai orang arif,
engkaupun akan dilambai kepada makrifat; lintasi saja mereka itu semua.
Kesemuanya itu adalah lalu-lintasmu dan bukan tujuanmu, juga bukan
tempatmu untuk tinggal...
Aku melanjutkan
berjalan lagi ... ku lihat segala sesuatu, kulihat wajah di balik
wajahnya, dan apa yang berada di balik arti dan makna, kesemuanya
menawarkan diri padaku dan berlomba menariku dengan berbagai usaha agar
aku berpaling padanya. Tuhan pun berkata lagi : Segala sesuatu itu
menawarkan diri melalui penglihatanmu yang memandang, dan mengaitkan
akan arti dan makn dengan selera penggembaraanmu itu; waspadalah pada
pandanganmu, jangan menengok kepada sesuatu agar mereka jemu dan menutup
lesannya supaya tidak lagi menawarkan apa-apa padamu; Simpanlah kemauan
kerasmu dari segala arti dan makna, dan himpunlah atas Ku. Sungguh jika
mereka itu tidak melihat engkau berkemauan keras, niscaya mereka tidak
menawarkan dan menarik-narimu.... Akupun menahan pandanganku dan
menaggalkan kemauan kerasku. Dengan nada gembira Ia pun berseru :
Marhaban!! Terhadap hati hamba Ku yang sunyi dari segala sesuatu. Lalu
Ia pun bersabda : Engkau telah lulus! Engkau sudah melewati alam semesta
(Al Kauniah) dan sekarang tiba dalam perjumpaan dengan Pencipta Alam
Semesta (Al Mukawwin).
Di saat itu aku
mendengar Sabda-Nya : KUN (jadilah) disusul pula oleh sabda Nya : Jangan
engkau berhenti dalam pesona “KUN” Lalui! Lewati! Walaupun “Kun” itu
sumber pokok alam semesta; Jangan engkau dibawa-bawa hingga turun ke
bawah lagi dari maqammu. Kulalui “Kun” dengan merendah-rendah; Sabdanya
pula : Akulah Allah.... Ku sahuti : “Engkaulah Allah” Engkau pelindung
ku (Maulaya) yang menfitrahkan daku untuk berdiri di antara kedua tangan
Mu yang menjadi persai untukku dari sambaran perintah dan larangan Mu.
23.
PENGLIHATAN YANG AGUNG
Tuhan bertutur kata
kepadaku : Pertama hijab adalah hijab bagi penglihatan (Ar Ru’yah) dari
penglihatan beralih ke hijab Pendengaran... engkau mendengar demi untuk
Allah; Dan pendengaran itupun bertingkat-tingkat ... dari pendengaran
demi untuk Allah ,... beralih ke hijab. Diam untuk Allah dan diam itupun
bertingkat-tingkat pula.
Tutur katanya pula :
Bagaimana hingga engkau diam membisu? Mengapa tidak engkau pikirkan?
Mengapa engkau tidak berkemauan? Akupun menjawab : Maluaya
(pelindungku)! Bagaimana aku tidak memikir? Maliaya, bagaimana aku tidak
berkemauan?
Dian pun membalas :
Bila sudah jelas bagimu bahwa Aku lah pelaksana segala sesuatu, untuk
apa pula engkau memikir? Jika sudah terlihat segala sesuatu adalah
perbuatan Ku, sedang engkau telah memikirkan, niscaya jiwamu akan datang
kepadamu memberi jawaban: Yang ini perbuatan Nya dan yang ini perbuatan
mu.
Bila engkau
dihadapkan pada pemisahan, sebenarnya tidak ada pemisahan... Niscaya
akan berpisahlah engkau.... Bila engkau diperlihatkan tercerainya...
tiada perceraian yang sebenarnya.... niscaya engkau bercerai pula....
Bila terputus kaitan oleh perceraian, engkau akan datang kepa Ku dengan
mempersiapkan pengaduan dan perbantahan serta meu merebut apa yang Ku
punyai.... Ketahuilah, engkau telah melihat kepada Ku, bahwa Aku lah
pelaksana merangkap pelaku atas segala sesuatu, jangan dengan ilmu untuk
mengetahui pelaksana dan pelaku segala sesuatu....dengan demikian
engkau akan membisu demi untuk Ku, dan tidak lagi engkau akan
memikirkan. Sesungguhnya pembahasan mendalam dalam ilmu pengetahuan
itulah yang menyebabkan terbersit engkau agar berfikir.
Tuhan berkata pula
padaku : Bila telah tertangkap olehmu antara perbuatan dan yang
melakukan dari balik punggungmu, bukan di anatar kedua tanganmu ... dan
engkau telah melihat tiada antara Ku dan antaramu “engkau” dan tiada di
antara Ku dan antaramu perbuatan, niscaya tiadalah engkau berkemauan
keras.
Tuhan menyambung lagi
kata Nya : Aku mempunyai perkataan-perkataan suatu pandangan berupa
“kata”; dan Aku mempunyai perbuatan-perbuatan suatu pandangan berupa
“Pelaksanaan” dan Aku mempunyai ilmu-ilmu suatu pandangan berupa
“Ilmiah” dan terhadap segaala sesuatu pandangan berupa “Berdirinya”
(Qoyyumiah). Dan setiap yang memandang berkisar pada siapa yang
melihatnya, apa yang dilihatnya (Pandangan berupa ucapan kata).
Dan pandangan berupa
ilmu, ialah alim ulama yang mengatakan dalam suatu ketika... “Aku merasa
bahwa Allah mengilhami” diriku dengan ungkapan yang demikian,,,; maka
ia seakan-akan melihat Allah dalam ilmunya.
Dian Ia bertuturkata
lagi kepadaku : Orang yang sudah memiliki “penglihatan” dalam
berkata-kata, ia melihat Ku bila ia berkata, dan ia di atas sesuatu
bahaya; juga para alim yang sudah “melihat Ku” tahu benar adanya bahaya.
Akupun bertanya
kepada Nya : Maulaya, apakah gerangan bahaya itu ??? IA menjawab :
Ucapan dan tutur katanya tidaklah terus menerus baginya dan tidak
berkekalan, maka apabila ia berpisah dengan penyebab yang ia dapat
melihat, niscaya ia akan berpisah dengan penglihatan itu, maka inilah
bahaya itu... berpisah dengan tutur kata niscaya ia akan berpisah dengan
penglihatan, berpisah dengan ilmu niscaya ia akan berpisah dengan
penglihatan.
Katanya pula : Yang
mempunyai penglihatan berupa kata-kata, ia melihat Ku bila ia berkata,
dan tiada melihat Ku manakala ia diam, maka berarti penglihatannya yang
sebenarnya dalam tutur katanya. ... tetapi sebesar-besar melihat adalah
dalam diam bukan dalam ucapannya.... dan engkau dapat melihat yang
demikian itu sedangkan ia tidak dapat melihatnya, karena sesungguhnya
engkau melihat Ku tidak dalam tutur kata, melihat Ku tidak dalam
perbuatan, melihat Ku tidak ilmu dan melihat Ku tidak dalam amal, maka
engkau sudah memiliki “Penglihatan Yang Agung”, engka melihat Allah
dalam segala sesuatu, dalam diam dan dalam ucapan, engkau melihat Nya
tanpa dinding penutup antaramu dan antara Nya.
Perktaan itu dinding
penutup dari penglihatan.... begitu juga halnya ilmu dan amal,
sesungguhnya Aku mempunyai hamba-hamba yang sanggup melihat dari balik
tirai hijab, maka bila engkau telah melihat Ku bukan dari bawah tirai,
bukan juga dari bawah nama, maka sesungguhnya engkau telah melihat Ku
dengan “Penglihatan Yang Agung”. Aku mempunyai hamba-hamba yang tidak
membesar-besarkan penglihatan ini, karena telah tersingkap nyata dan
tidak Ku ijinkan tirai penutup bagi mereka, telah Ku angkat pula nama
dari mereka, sudah tidak Ku ijinkan lagi nama menjadi penghalang
baginya.
Lalu ku ajukan
pertanyaan manja kepada Nya : Maulaya, apakah tabir penutup itu? Dan
apakah nama itu? Ia pun menjawab : Tabir penutup dan nama itu adalah
perkataan yang mana di dalamnya, kesedihan dan ketakutan, ia melihat Ku
di dalamnya, dan apabila ia telah “melihat Ku” dan sudah tidak melihat
tabir pnutup dan tidak melihat nama di antara Ku dan antaranya, niscaya
ia tercengang dan akan disngkap oleh keheran-heranan (Al Buhtu wal
buhut).
Dan ia berkata
kepadaku : Hai yang memiliki “Penglihatan Yang Agung” engkau dapat
melihat orang yang dapat melihat, orang yang beramal, orang yang berdiri
tegak, engkau dapat melihat pada penglihatan mereka, dan dikala mereka
keluar dari penglihatan mereka. Dan kata Nya : Tiada saling duduk
bersama semajlis, kecuali yang sudah di tahap “Penglihatan Yang Agung”
dan lanjut Nya : Yang saling berkawan duduk adalah mereka yang di ambang
penglihatan dan di belakang dari kanan kiri ambang pintu itu diddapati
Ba’ussifah (Yang sudah keluar dari sifat manusiawi ketika mereka sudah
berada di ambang pintu).
Yang mempunyai
penglihatan itu ada dua : Pertama yang mempunyai Asma’ dan tabir
penutup, dan itulah seorang kawan duduk yang berbahaya; Karena bukanlah
kawan duduk yang mengakui Aku sebagai Tuhannya yang dapat ia melihat
pada Ku di dalam hijab, maka ia adalah kawan duduk bagi apa-apa yang ia
melihat Ku di dalamnya dan bukanlah ia kawan duduk Ku;
Kdua : Yang berpisah dari nama-nama serta dari tabir penutup... ia akan tercengang, ia akan melihat Aku dalam keheran-heranan.
Perkenankanlah ku
ajukan pertanyaan ini : Maulaya; Apakah Al Buhut (keheran-heranan) itu?
Jawabnya : Keheran-heranan itu adalah hendaknya ia keluar dari
nama-nama dan tabir penutup, lalu ia melihat Aku, maka ia akan merasakan
ketenangan dengan penglihatannya, dan di ssaat itu tidak sepatah
ucapanku dan juga tidak sepatah pun ucapan dari padanya.
24.
SOPAN SANTUN BERMAJELIS
(1)
· ang membeberkan hajat kebutuhan dan keluh kesah kepada Ku, telah jelas terlontar dari lisannya jalan pelarian
· Simpanlah
hajat kebutuhanmu dalam hatimu dan jangan engkau beberkan, niscaya Aku
menjadi tempat pelarianmu dan bukan lisanmu.
· Sesorang
yang tenang tenteram, ialah siapa yang menjadikan Aku tempat
pelariannya, bukan lisannya; lisan-lisan itu tidak mendapat perlindungan
Ku, dan kata-kata pun tidak pula mendapat pertolongan Ku. Hendaklah
engkau menutup lisanmu agar diam, dan engkau sajalah yang berdYiri di
antara kedua tangan Ku
(2)
· Yang membeberkan hajat kebutuhan dan keluh kesah kepada Ku, telah jelas terlontar dari lisannya jalan pelarian
· Simpanlah
hajat kebutuhanmu dalam hatimu dan jangan engkau beberkan, niscaya Aku
menjadi tempat pelarianmu dan bukan lisanmu.
· Sesorang
yang tenang tenteram, ialah siapa yang menjadikan Aku tempat
pelariannya, bukan lisannya; lisan-lisan itu tidak mendapat perlindungan
Ku, dan kata-kata pun tidak pula mendapat pertolongan Ku. Hendaklah
engkau menutup lisanmu agar diam, dan engkau sajalah yang berdiri di
antara kedua tangan Ku
(3)
· Bila engkau
melihat Ku, jangan hendaknya engkau menjadi kawan duduk Ku; Penglihatan
itu jangan diartikan izin untuk berkawan semajelis, melainkan bila
penglihatan itu adalah “Penglihatan Yang Agung” yang dengannya engkau
melihat Ku dalam segala sesuatu dan pada setiap waktu.
· Duka cita
itu adalah sifat hamba Ku. Barang siapa yang menghambakan diri pada Ku,
akan memperoleh kesedihan hingga sampai ke tahap “Milhat Ku” dan yang
sudah melihat Ku akan bersedih pula sebelum sampai pada “Berkawan duduk
semajelis” Dan barang siapa yang “Berkawan duduk semajelis” dengan Ku
disusul pula oleh kesedihan “Luput daripada Ku”. Karena Aku yang akan
meluputkan . Keluputan itu aalah sifat Ku, karenanya, duka cita dan
kesedihan itu akan selalu menyertainya. Sesungguhnya yang menyertainya
itu adalah jru bicara dari lisan-lisan di bawah pemeliharaan Ku. Adapun
“Berita gembira” (Al Busyra) adalah juru bicara dari lisan-lisan
keridhaan Ku; Jangan hendaknya engkau berhenti, baik dalam duka maupun
suka, berdirilah hanya untuk Ku, sebagaimana layaknya para “Kawan duduk
semajelis” dengan Ku, berdiri di anatara kedua tangan Ku. Baru tahap
inilah Nur Cahaya Ku akan memancar, menyinar, menjulang naik ke lubuk
hatimu.
(4)
· Di dalam
kawan duduk semajelis, sudah tiadalagi zikir, dan tiada pula berzikir,
dalam ia memandang tidak berbalik kembali pandangannya, paham..... tiada
ucap pemahamannya.
(5)
· Sudah
berkesudahan keteguhann ilmu-ilmu pada ketenangan makrifat, telah
berkesudahan ketentuan makrifat pada budi pekerti penglihatan, telah
berkesudahan budi pekerti penglihatan pada budi pekerti kawan duduk
semajelis. Kesemuanya telah berlalu, kesemuanya sudah dikenal dan
dialami, maka ia pun akan melihat Ku antara hati dan kemauan kerasnya,
dan antara lidah dan tutur katanya.
Maka berserulah Ia
kepda Ku “Seorang” kawan duduk semajelis” sudah tidak lagi memohon fatwa
dan tidak pula memohon perkenan, tidak juga pertolongan apalagi
minta-minta, ungkapan pun juga tidak..
Bila fatwa yang
diminta, maka ia pun menurun kepada ilmu, bila yang diminta perkenan,
balik lagi ia kepada makrifat, jika pertolongan yang diharapkan,
turunlah ia ke hajat, dan jika ia masih minta-minta, jelas dia turun ke
kefakiran, jika ungkapan yang diharapkan ia turun ke berpaling.
IA pun melanjutkan
tutur kata Nya : Di sini, kawan duduk semajelis, baginya dari setiap
sesuatu itu berupa ilmu, dan dari setiap ilmu itu adalah zikir, itulah
sebenar-benar hamba Ku yang sudah sepenuhnya melingkupi segala himpunan.
Selanjutnya : Pandanglah apa yang dilihat “Kawan duduk Ku” ia sudah
melihat takdir-takdir, dan melihat bagaimana Aku menghalau takdir demi
takdir, dan melihat bagaimana Aku mengulangi takdir-takdir itu dengan
aneka cara yang Ku kehendaki; karena sesungguhnya Akulah yang memulai
penciptaan kemudian mengulanginya (Al Mubdi-u wal Mu’ied). Keyakinannya
itu terlihat merupakan Nur antara kedua tangan Ku... Nur, cahaya berpadu
cahaya yang bermakrifat. Dan ia melihat Ku, sebagaimana Aku
menjulangkan Nur demi Nur ... Cahaya demi cahaya...atas siapa yang Ku
kehendaki.... tampak semua itu, terlihat semua ilmu dan semua kejahilan,
sehingga tampaklah “Duka dan waham; Terlihat jelas bagaiana cara Ku
menimpakan “Dua dan waham” dengan apa dan kepada siapa yang Ku
kehendaki. Hati demi hati terlihat jinak dan tenang manakala duduk
bersama Ku semajelis.
Disambung pula kata
Ny : Seorang yang sudah Ku jadikan “Kawan duduk semajelis” tidak lagi ke
derajat ilmu dan makrifat, kecuali dalam keadaan mendesak, kalaupun
mendatangninya juga, maka datangnya dengan penuh cara yang sopan, begitu
selesai apa yang diperlukan, ia pun surut ke tempat asalnya.
Mendatangi dengan
cara yang demikian, niscaya derajat ilmu dan makrifatnya tetap diperoleh
tanpa kehilangan derajatnya yang semula. Ia akan “Dimiliki” dan tidak
akan dilepaskan dan tidak memperoleh kemenangan.
(6)
· Bila engkau
duduk di antara kedua tangan Ku, dan masih ada padamu ilmu dan makrifat
yang saling berkaitan pada dirimu, niscaya Aku akan mengeluarkan engkau
dari majelis Ku untuk kembali masuk ke dalam ilmu dan makrifat, dan Ku
serahkan padamu menentukan pilihan untuk mengambil keputusan dan hukum
antaranya dan antaramu.
Bila putusanmu duduk
dalam ilmu, maka ilmu itu tidak mendatangimu dengan kepuasan, lalu
engkau pindah kepada makrifat, maka makrifat itu tidak mendatangimu
dengan kepuasan; Kedudukan saja engkau di antara kedua tangan Ku. Dalam
Majelis Ku tidak akan dimasuki oleh langganan-langganan. Kawan duduk Ku
tidak akan menoleh ke belakang dan tiada lisan yang akan mengajak
bicara.
(7)
· Kawan
dudu Ku itu sudah melihat pada Ku, bagaimana Aku memegang segala
sesuatu dan bagaimana sesuatu-sesuatu itu tidak dapat saling berpegang
tanpa Aku, sedangkan ia sudah melihat bahwa segala sesuatu adalah buatan
Ku, tidak dapat berdiri tegak melainkan dengan Ku. Tiada juga
dikecualikan “duka cita dan waham”, tiada pula benih-benih buah buahan
yang berserakan di jalan-jalan, tidak juga batu merah tembok bangunan,
semua, semua... Maka segala sesuatu itu dalam genggaman Ku. Jika telah
fana kawan duduk Ku, baru Ku ungkapkan tirai hijab, dan lumatlah
langit-langit dan bumi-bumi demi kerinduan kepada mereka agar mereka
menjadi kawan duduk dan dekat bersanding dalam majelis Ku yang baru.
25.
KESABARAN
Pintu yang terdekat
dengan pintu Ku adalah pintu kesabaran. Demikianlah kata Tuhan kepadaku:
Tiada pintu lagi antar Ku dan antaranya, dan pintu-pintu lain berada di
belakang pintu sabar. Setiap pintu satu hijab, dan pintu kesabaran
tidaklah berhijab, maka hendaklah engkau iqamah di dalamnya.
Engkau menginginkan Tuhanmu?
Hendaklah engkau memandang kepada Nya dan bersabar, hingga Dia yang mendahuli!
Engkau menginginkan Tuhan mu?
Hendaklah engkau memandang kepada Nya dengan kekhusukan, sampai Dia yangmengajakmu!
Tutur Tuhan kepadaku :
Bila engkau menjadi seorang yang mulaia dengan kesabaran atas Ku dan
kesabaran atas Ku itu menjadikan engkau mulia; Karena sesungguhnya
engkau telah berdiri di Gerbang Kesabaran, berarti engkau berdiri di
kemuliaan, maka ucapkanlah kalimat-kalimat kesabaran. Dan kata Nya :
Kalimat-kalimat pintu kesabaran ialah : Ya... Tuhan ku! Engkaulah yang
berkuasa berbuat atas segala sesuatu”.
IA telah mendatangi
hamba Nya dengan suruhan : Hendaklah engkau mengerjakan sesuatu ini dan
itu!! I mendatangi hamba Nya dengan membawa hijab, agar hamba Nya tidak
melihat amal perbuatannya!
Ia pula yang menguji.
Ia pula yang mencoba.
Hamba itu telah termakan fitnah oleh amal perbuatannya.
Lalu apa yang dikerjakan oleh si hamba itu?
Ia harus bersabar demi tuhannya, ia harus bersabar atas Tuhannya, hingga tiba saatnya “Keyakinan” mendatanginya.
Bila ia diserang dengan tebasan pedang hendaklah ia maju menghadapinya.
Arti Ayat : Bukanlah kamu yang membunuh mereka, tetapi Allah-lah yang membunuh mereka (QS. Al Anfal 8:17).
Maka inilah ungkapan
hakikat, Dialah yang membunuh kuffar itu ... satu persamaan yang
terjasdi, pada dhahirnya ... Kaum Mislimin telah bersabar! Penuh
ketabahan serta gigih mempertahankan ... mereka diserang oleh pedang
mereka, malahan maju dan tetap melakukan perlawanan. Bila mengatakan
“Hendaklah kalian melakukan peperangan dan saling bunuh membunuhlah!
Lakukanlah! Laksanakan! Dan berjihadlah dengan penuh perasaan mengetahui
akan kebenaran, bahwa Dia lah yang membunuh dan Dia lah yang
melaksanakan segala sesuatu.
Dan Ia bertutur kata
kepadaku : Bila aku telah datang kepadamu dalam penglihatanmu kepada Ku,
maka sudah tidak ada lagi kemuliaan”. Kemuliaan telah tunduk kepada
Yang Maha Mulia, dan Yang Maha Mulia telah mendatangi hamba-Nya.
Aku telah
mendatangkan engkau kepada Ku, dalam penglihatan Mu itu engkau telah
berada di maqam kemuliaan. Bila engkau berpaling, maka Aku lah yang
meluruskan. Bila engkau menoleh, Aku lah yang mengembalikan.
Seru Nya Pula : Pintu Hadirat Ku, ialah pintu kesabaran atas Ku.
Dan kata Nya : Di dalam pintu kesabaran atas Ku engkau akan dapat mengetahui siapa engkau dan siapa namamu di sisi Ku.
Dan kata Nya : Ilmu
itu tangga naik menuju makrifat, setelah itu ia akan melihat dirinya dan
tiada lagi terlihat makrifat... makrifat itu tangga naik menuju
penghentian (Al Waqwah) penghentian itu tangga naik menuju rahasia (As
Sir), setelah itu akan terlihat penghentian dan tidak lagi terlihat
“rahasia” Dan setelah itu tidak terlihat lagi selain Nya.
Lalu Ia bertutur kata
padaku : Sesungguhnya engkau telah melihat segala sesuautu, dan engkau
akan melihatnya apapbila ia naik, apa yang terlihat adalah dirinya
sendiri; maka engkau jangan naik kepada sesuatu sekalipun ia
mengungkapkan tentang dirinya kepadamu. Jangan pula engkau bersembunyi
di kala sesuatu itu mendatangi untuk mengikutimu, tetapi bersembunyilah
manakala ia mengajakmu berbicara.
26.
SIAPA PELINDUNGKU DARI HAWA NAFSU
Aku dihentikan di
ilmu Nya, maka kulihat bagaimana ulah Nya membuat derita. Dan Dia
membuat kebahagiaan oleh sesuatu sebab, yang mana sebab itu adalah Dia
sendiri.
Kulihat pula tiadalah
Ia mendhahirkan ilmu itu. Kulihat pula cara-cara Nya memalingkan
kekufuran dan memalingkan keimnanan. Akupun menjerit memohon pertolongan
... Hai ilmu! Tolonglah kau! Ilmu menjawab : Tempat kembaliku adalah
ilmu Nya... aku menoleh ke makrifat : Hai makrifat! Tolonglah aku!
Jawabnya : Tempat kembaliku kepada ilmu Nya!... Aku takut! Kengerianku
menjawab : Aku tidak bisa menolongmu. Akupun berdo’a “Ya Tuhan ku” Ia
menjawab L “Labbaika” Kusahuti :Labbaika w Sa’daika.... Ia berkata : Apa
pintamu? Teguhkan aku; Selamatkan daku dari hawa nafsu:
Ketahuilah! Tutur
Nya... “Hawa nafsu itu adalah utusan dari utusan-utusan keperkasaan Ku
yang teguh, yang telah Ku kirimkan kepadamu, dan didalam hawa nafsu itu
terdapat api-Ku, apabila hawa nafsu itu datang, niscaya api-Ku datang
pula, maka masukilah! “Bagaimana caraku memasukinya?... Jangan engkau
memohon pertolongan dengan ilmu dan jangan dengan makrifat, keduanya
jika engkau minta pertolongan, maka engkaulah beserta ilmu dan makrifat
yang menjadi tawanan hawa nafsu”.
“Dan ketahuilah...
tiada penolong dari hawa nafsu itu kecuali Allah.... Dan sekali-kali
tiadalah engkau dapat keluar dari “Api hawa Nafsu” dengan lmumu dan
tidak juga dengan makrifatmu. Dan api itu akan membakar bagian-bagian
dirimu yang sudah minta tolong pada ilmu dan makrifat, bila telah
selesai membakar, maka engkau akan suci bersih dan enggkau sudah
mencapai... “Bahwa tiada penolong selain Ku” ... lalu engkau akan
menjerit pada Ku, Aku pun segera mendatangimu, lalu Ku singkirkan api
Ku, maka tidak lagi akan kembali padamu.
27.
PERTIMBANGAN AMAL DAN PERTIMBANGAN IMAN
Tuhan berkata
kepadaku : “Aku telah menimbang amal perbuatan para orang yang beramal,
maka kesemuanya tidak dapat menandingi sekurang-kurangnya makrifat para
arifin yang paling sedikit.
Dan Allah melanjutkan
: “Bahwa amah sholeh apabila dilakukan oleh selian para arifin “Bilah”
akan berkesudahan sia-sia, gugur atau hapus sama sekali, maka amal
tersebut bagaikan abu yang ditiup angin dengan keras pada Hari Badai,...
maka tumpukan amal yang membukit tidak dapat menandingi zarrah dari
iman, karena tiadalah pembuat amal itu dalam hakekatnya kecuali Allah...
dan tiada yang berbuat perbuatan selain Nya.
Sehingga ada orang yang mengakui bahwa di sampingnya suatu perbuatan.. lalu ia mengatakan “Aku telah mengamalkan”
Perhatikanlah : Bahwa hanya dengan maktifat orang dapat beramal, dan bukan dengan amal orang dapat bermakrifat.
28.
AKAL BUDI
Akal budi itu
menjelaskan kepadaku : Kediamanku di dalam hikmat kebijaksanaan, rumah
hikmat kebijaksanaan tiada berpintu, dan tiada pagar, mudah dimasuki ...
kebenaran dan kebatilan tiada berbeda, yang indah dan yang buruk dapat
memasukinya.
Sluruh rumah dipenuhi
dengan pintu-pintu dan itulah rumah tanpa atap tanpa naungan, tiada
juga tanah untuk dasar rumah itu, segala sesuatu bebas masuk ke dalam,
segala sesuatu boleh berkata sesuka hati, pengaduan apapun ku terima,
boleh saja aku dimusuhi dan aku berada di setiap kemauan.
Engkau telah memasuki
Hadirat itu dan engkau telah meninggalkan aku dengan Nur cahaya
maqammu, tetapi aku tetap bersamamu, aku tidak akan meninggalkan engkau,
karena maqamku itu ada di dalammu, maka tiada ku terima pemberitahuan
apappun daripadamu dan aku pun tidak mengerti sikapmu... demikianlah
penjelasan akal.
(Akal
budi itu suatu alat untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, serta
menjadi tali penghubung pula, dan kesudahannya ia dapat mencapai hikmat
kebijaksanaan untuk membina dan menyusun dengan satu perhitungan yang
tepat. Dan inilah batas-batasnya serta melangkahi dengan berupaya menuju
kepada Nur Cahaya Hadirat... dan di dalam Nur Cahaya Hadirat itu sang
akal budi tidak memahami apapun karena sudah bukan maqamnya lagi).
29.
JALAN LALU DAN PENYEBERANGAN
Seorang wali yang
melazimi di maqam Hadirat berkata : Makrifatku terhadap segala sesuatu
merupakan makrifat yang pulang pergi, maka tiadalah maqam bagiku dalam
ilmu dan tidak pula dalam makrifat.
Aku hanya melewati jalan lalu saja.
Bagaimana engkau dapat melalui ilmu-ilmu itu dan bagaimana pula engkau melewati makrifat-makrifat itu”
Hendaknya engkau
jangan mendengar, agar tidak menjawab.. jangan pula menoleh agar tidak
berpisah... Maka Allah itu berada di depan segala sesuatu.
(Dalam sebuah hadits Nabawi yang mulia)
“Hendaknya engkau hidup di dunia ini bagaikan pendatang asing yang lewat di jalan lalu”
(Arti
dan makna Hadist di atas ialah, hendaknya seorang abid itu menghimpun
kemauan kerasnya kepada Allah meskipun dikelilingi oleh daya tarik dan
rangsangan-rangsangan duniawi yang menawan, walaupun
rangsangan-rangsangan itu berupa ilmu-ilmu dan majkrifap-makrifat. Bagi
seorang abid hendaknya – Walau memasuki – tetap dalam tujuan dan hanya
lewat dan lalu menuju yang lebih tinggi... yaitu kepada Allah semata,
yang nampak di depan untuk selama-lamanya yang juga menjadi sasaran ilmu
dan makrifat).
Bila engkau memasuki
ilmu-ilmu, maka masukilah sebagai musafir lalu.... anggaplah jalan lalu
dari sebuah lorong, maka jangan sekali-kali berhenti supaya tidak
didatangi oleh para pembinanya yang akan merangsangmu dengan rumah-rumah
indah karyanya, maka akan terlihatlah padamu Nur Cahaya Ku telah
menggunakan tenaganya memancar di atas rumah-rumah mereka. Engkaupun
akan tinggal di dalamnya rumah-rumah mereka dengan nyaman dan gembira
tidak lepas dari Nur Cahaya Ku yang yang telah memancarkan menjulang
naik, maka engkau tidak berhenti berdiri kecuali atas Ku. Engkau tinggal
bersma mereka, yang sebenarnya aalah engkau tinggal bersama Ku, tidak
bersama mereka.
Bila engkau
menghendaki Aku naik atasmu dengan Nur Cahaya Ku, niscaya Aku naik; Dan
jika engkau kehendaki Aku mengutusmu kepada Nur Cahaya Ku, niscaya Ku
utus.
30.
PENGLIHATAN “KUN”
Hendaklah engkau terbang menuju kepada Ku “Wahai hamba Ku! Jika engkau tidak sanggup maka “Menyebranglah” Wahai yang lemah.
Jika kedua cara di
atas tidak mampu engkau lakukan, maka cara terakhir adalah menjeritlah
kepada Ku”. Wahai yang karam! Hingga engkau tiba di maqam tempatmu
berdiri pada Ku, agar dengan demikian Ku angkat engkau ke tempat
penghentian sebelum “KUN” (jadilah).
Baik yang engkau
lihat maupun yang engkau dengar di tempat penghentian, itu semua adalah
ilmu Ku, tidak dapat engkau mengetahui dalam maqam mu yang rendah.
Yang sudah engkau
ketahui adalah giliranmu yang pertama, yaitu kehidupanmu di dunia ini,
hal ini jangan hendaknya engkau datang pada Ku dengan sesuatu dari
apa-apa yang telah terungkap padamu. Dan sesungguhnya, Aku akan
mengeluarkan engkau kepada kekuasaan kerajaan Ku dalam kehidupan di
akhirat.
Adapun giliran mu
yang ke dua, adalah dari apa yang tidak engkau ketahui dan tidak akan Ku
beritahukan padamu dalam maqam yang sekarang ini, dan “kata pasti” yang
berlaku untukmu.
Dalam sebuah Hadis Syarif, Rasulullah Saw. Bersabda :
“Tidak seorang pun dari padamu yang dapat masuk surga dengan amal perbuatannya, hanya dengan Karunia dan Rahmat Allah juga”
Maka, temuilah Aku,
dan jangan membawa serta amal perbuatan, lemparkan semua itu! Jangan
engkau mengucapkan “Aku telah mengamalkan” “Aku telah beramal”
Hendaklah engkau masuk pada Ku tanpa daya tanpa upaya, tanpa tenaga
tanpa kekuatan, kecualai dengan Ku, Dengan demikian engkau benar-benar
menjadi seorang Arif.
31.
ANGAN BERBANTAH MENGENAI HUKUM-HUKUM KU
Bahwasanay Aku
mempunyai hamba-hamba bila Ku ajak bicara mereka tidak mengajukan
pertanyaan sesuatupun untuk pengertiannya; Dan bila Aku berkata kepada
mereka pun tidak membaantah, bila Ku perintahkan sesuatu, tidak juga
bersedih.
Mengapa mereka harus murung?
Barangsiapa yang
bersedih hatinya dalam sesuatu persoalan, niscaya ia akan jatuh antara
maju dan mundur, Dan siapa yang mengajukan pertanyaan untuk mencari
pengertian dalam pembicaraan, niscaya akan jatuh antara kemantapan dan
kebimbangan.
Hanya hamba Ku yang
sebenar-benaranya yang langsung bertindak untuk segera melakukan dan
melaksanakan perintah Ku.... tiada ia menyanyakan untuk pengertian dan
tiada juga membantah atau bersedih. Keadaannya laksana Malaikat yang
berhati teguh. (Orang yahudi suka berbantah seperti yang terkandung di
QS. Al Baqarah 67 -71).
Jika engkau membantah
perihal hukum-hukum Ku, maka engkau menganggap dirimu seakan-akan Tuhan
dan engkau sependirian dengan lawan Ku, dan itu adalah suatu kekufuran
semata-mata dan tidaklah hal yang sedemikian itu memperoleh pemberian
apa-apa, selagi negkau tetap menjadikan dirimu sebagai tuhan lawan Tuhan
mu, maka jangan menanti pemberian Nya, penuhilah hajat kebutuhan dirimu
sendiri.
Pemberian itu hanya
Ku peruntukan bagi hamba Ku yang melazimi pendirian sebagai layaknya
seorang hamba dari ke Maha Agungan Tuhan .. Allah berfirman, yang
tafsirnya :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku (QS. Adz-Dzariah 51 -56).
32.
N A F S U
Aku telah ditegakkan
berdiri di hadapan nafsu, maka kulihat kekuasaan serta kerajaan
keseluruhannya, lengkap disertai dengan bangunan-bangunan,
mahligai-mahligai dan ku lihat di samping nasfu “ilmu” seluruhnya,
“Makrifat” semuanya, “Akal budi” dengan kecerdasannya, kesemuanya itu
sebagai pelayan-pelayannya, nama-nama, huruf sebagai tentaranya dan
pembantu-pembantunya.
Dan Tuhan bertutur
kata kepadaku : Nafsu itu adalah musuhmu! Maka jangan mengajak
berbicara! Ajakan bicaramu akan disertai ilmu, sesungguhnya tiadalah
engkau dapat mengajaknya bicara melainkan dengan ilmu, sedangkan ilmu
itu bala tentaranya dan akal budi itu pelayan-pelayannya, nafsu itu
tidak putus-putusnya berbicara, Ia tidak dapat diam lalu mendengarkan
dengan baik; Bila engkau ajak bicara ia pura-pura mendengarkan,
sedangkan ia hanya mau mendengarkan kata dan suara hatinya, serta
keinginan-keinginannya sendiri saja.
Dan Tuhan melanjutkan
tutur kata Nya : Bila engkau mau menaklukkan nafsu itu dan menguasai
raumah-rumahnya, bila engkau mau menundukan nafsu, maka jangan
sekali-kali mengajaknya berbicara, dan sembunyikan laparnya, sebagaimana
ia menyembunyikan kenyangnya. Sembunyikan di balik belakang di mana ia
memanggilnya serta merta meninggalkan tentaranya dan meninggalkan
mahligai-mahligainya, dan balik kembali membawa persoalan yang sama,
yaitu mengajakmu bicara tentang persoalan lapar, bukan persoalan yang
lain, maka jangan disahuti bicaranya dan jangan pula menyambutnya,
karena sesungguhnya bila engkau melayaninya bicara atau menjawab
bagaikan engkau memberi peluang padanya untuk menarikmu dan
merangsangmu, lalu ia akan berani-berani mengeluarkanmu dari pada apa
yang selama ini engkau rahasiakan dan sembunyikan.
Dan bila ia telah
berhasil mengeluarkan mu daripada apa yang engkau rahasiakan dan
sembunyikan, niscaya ia akan memperoleh kemenangan. Dan andaikan engkau
mengajaknya bicara dengan ilmu, niscaya ia akan mengalahkanmu, karena
ilmu dan makrifat itu adalah bala tentaranya.
Itulah perumpamaan
tentang nafsu, ibarat engkau mengejar-ngejar musuhmu yang berada di
hadapan antara kedua tanganmu, sehingga apabila engkau dapat menduduki
dan menguasai rumah-rumahnya niscaya ia akan keluar menyelonong dari
belakang punggung mu. Maka hendaklah engkau merahasiakan dan
menyembunyikan laparnya nafsu dan hendaklah engkau tetap berteguh
merahasiakan dan menyembunyikan, sebaliknya jangan engkau merahasiakan
dan menyembunyikan kedudukan dan kemauan nafsu itu, karena dengan
demikian engkau akan keluar dari merahasiakan (laparnya) kepada
merahasiakan, dan menyembunyikan kepada menyembunyikan.
Maka setelah
kesemuanya itu engkau sembunyikan dan engkau merahasiakan, maka
keluarlah dari nafsu itu satu persatu, dari segala ilmu, dari segala
makrifat, dari segala kekuasaan kerajaan dan tinggalah ia (nafsu) itu
berdiri di depan pintu “penyembunyian dan merahasiakan”. Dengan tak
bosan-bosannya iapun menyajikan acara yang diulang-ulang, yakni
mengajakmu bicara tentang lapar dan berusaha mengeluarkan aku
daripadanya, tetapi aku tinggal tetap teguh dan waspada merahasiakan dan
meneyembunyikan.
Maka tiadalah ia
menuntutku kecuali kepadanya, maka akupun tinggal tetap bertahan, karena
sesungguhnya itu adalah benteng pertahananku yang kokoh yang tiada ia
dapat mengajakku bicara tentangnya. Dan tiadalah ia akan sampai kepadaku
elainkan dari pintunya.
33.
PENGHENTIAN MEMANDANG WAJAH-NYA
Ak”Penghentian
Memandang Wajah-Nya” kemudian Ia bertutur kata kepadaku : “Turunlah
sejenak ke bawah dan lihatlah segala sesuatu! Lepaskan pandanganmu ke
padanya, kemudian berbalik lagi kepada Ku!; Akupun turun diiringi Nur
Vaha Nya; maka kulihat “segala sesuatu” aku tidak lagi melihat keindahan
dan tidak juga keburukan; tiada lagi ada jarak, mana yang jauh dan mana
yang dekat, tidak lagi ku lihat pertentangan, tidak pula yang berpadu,
tetapi “ku lihat hikmah kebijaksanaan”, ku lihat pekerjaan yang
sebenarnya, ku lihat peraturan dan takdir, kesemuanya merupa dalam
bentuk yang sebenarnya. (Sebab
pandangan kita selama ini hanya melihat dari segi sebagian sudut ilmu
yng sangat terbatas; Bila kita meiluhat bersuluh obor Nur Allah, niscaya
iab itu merupa sifat keharusan yang layak untuk dipakaikan kepada
makhluk, dan segala kekuranagn itu sebagai suatu “Hikmat kebijaksanaan”
dan kita akan mengiyakan sesuatu hukum, bahwa tiada kemungkinan lebih
indah dari adanya yang sudah ada).
Dan kulihat Allah di depan dan di belakang apa yang ku lihat, dan aku melihat Nya di dalam segala yang ku lihat.
Tutur katanya pula :
Engkau telah melihat Al Haqm telah memandang Al Haq; Kemudian aku di
bawa naik kepada Nya dan bersamaku Nur Cahaya Nya, lelu akau berhenti di
maqamku dimana aku dapat melihat Nya sendiri yang berbuat dan tiada
yang berbuat selain Nya (Al Haq Allah).
Tutur katanya pula :
Pandang baik-baik siapa yang mendatangimu! Maka “akal budi” yang datang
kepada ku sambil menanyakan nama-nama dari apa yang sudah ku lihat dan
ditanyakan pula akan arti dan makna nama-nama tadi.
Langusng Tuhan
menegurku : Jangan di jawab, jika engkau jawab, maka engkau akan turun
kepadanya”. Segera ia pun menyingkir; “Tunjukan jalan kepdanya agar dia
masuk ke lorong dan melihat dengan Nur apa yang telah engkau lihat;
Barulah ia nanti akan beriman dan tidak meragukan lagi; Bagaimana ia
akan ragu, sedangkan ia melihat Ku? Yang meragu itu hanyalah
mereka-meraka yang terhijab; Aku dian tiada menjawab: Ia pun menyerah
kepada ku dan menunduk kan mukanya.
Tidak lama ia kembali
lagi dan menyingkir lagi, balik lagi datang, padahal ia dalam
perjalanan menyingkir, dia diliputi ingkar dan penolakan dari apa yang
sudah diketahui dan atas apa yang sudah diserahkan; Ia menyeru
sekuat-kuatnya “Hai bantahan!!! ... Hai Sanggahan!!!.... Hai di
mana!!.... Hai mengapa!!>.... maka ia (akal budi) telah dijumpai
segala sesuatu, kecuali “Hikmat Kebijaksanaan”.
34.
SIFAT RAGU (WAS - WAS)
Tuhan berseru kepada ku :
“Bila engkau di
datangi keraguan, maka ia akan mendatangimu dengan berbekal “Bagaimana”
dan itulah juru bicaranya dan itu adalah tanda tanyanya, agar engkau
berbalik pada ilmu pengetahuan. Bila engkau masuk ke dalam ilmu, maka
jatuhlah engkau di antara dan dan perginya “Akal budi”. Bila engkau
masuk kepda makrifat, maka ia tidak mendatangimu dengan “Bagimana”
karena baginya sudah tiada “Bagaimana” lagi. Katakanlah kepada was-was
itu : “Dengan DIA, aku telah mengenal sifat Nya, dan bukan sifat Nya aku
mengenal DIA; Dengan DIA aku dapat mengenal Ilmu pengetahuan, dan bukan
dengan ilmu pengetahuan aku mengenal DIA; Dengan DIA aku mengenal
makrifat, dan bukan dengan makrifat akau mengenal DIA.
“Bagimana” itu
berdiri di antara kedua tangan Nya, dan dikirim oleh Nya kepada siapa
yang dikehendaki Nya; “Bagaimana” itu batu ujian tentang Dia, dan
menjadi rangsangan untuk menambah pengetahuan makrifat kepada Nya.
Dan “Bagaimana” itu
ku lihat dikirim juga kepada para alim ulama dan kepada arif bijaksana,
dan diberitahukan kepada mereka bahwa “Bagimana” itu suatu bentuk
keragu-raguan dan was-was. Dan tiadalah dengan penglihatan mereka kepada
Nya, mereka akan terlindungi dari rangsangan “Bagimana”.
Dai berbuat yang
demikian agar mereka itu menyaksikan Maha Kaya Nya dari makrifat mereka
kepada Nya dengan sejelas-jelasnya dan seterang-terangnya, supaya mereka
menyaksikan pula Maha Perkasa Nya dan Kodrat Nya dengan jelas, serta
mengetahui bahwa apa yang dianugrahkan kepada mereka daripada Nya dengan
seterang-terangnya.
Dan Dia berkata
kepada ku : Bila was-was itu telah mendatangimu, maka katakanlah
kepadanya “inilah perbuatan itu yang sudah terang dan jelas tanpa
keraguan; perbuatan itu adalah sesuatu yang dibuat, yang berbuat sudah
jelas dan terang tidak perlu diragukan dan diawas-awasi karena
sesungguhnya Dia-lah yang berbuat; Dan inilah sifat yang berbuat, maka
tentang itu aku mengajukan pertanyaan dan aku telah ragu dan was-was;
Dia telah memberitahukan kepadaku tentang sifat Nya senantiasa berdiri
bersama Nya”.
35.
BUKTI NYATA
Tuhan ku berseru kepadaku :
( 1 )
Ilmu Ku itu
menceraikanmu daripada Ku, dan karunia Ku memalingkanmu daripada Ku;
Hendaklah engkau menjadi dengan Ku (bukan dengan ilmu Ku dan bukan
dengan karunia Ku); Ku nyatakan ini padamu tanpa sebab yang menghukum,
yang mana hukum itu telah nyata dalam segala sebab, Engkaupun akan
memikul segala sesuatu yang mana segala sesuatu itu tiada sanggup
memikulmu, dan engkau akan meliputi segala yang nyata tidak dapat
meliputi engkau.
( 2 )
“Bukti
nyata” Bukanlah suatu perkataan, dan ia dalam perkataan; bukan pula
ilmu dan ia dalam ilmu, bukan pula makrifat, tetapi ia di dalam
makrifat.
( 3 )
“Bukti nyata” itu,
ialah yang dapat dengannya engkau mengenal dalam engkau melihat dengan
penglihatanmu pada Ku, dan makrifat itu ialah apa yang dengannya engkau
dapat mengenal dalam kegaiban Ku; Makrifat itu juru bicara Ku untuk
bukti Ku yang nyata, sedang “Bukti nyata” itu jru bicara ‘Berdiri Ku
sendiri (Qoyyumiati); Dan “Diam” itu, ialah hukum dari “Bukti nyata” dan
“Ucapan” itu dari hukum-hukum makrifat.
( 4 )
Bukan sembarang yang
melihat Ku dapat melihat Wajah Ku, tetapi yang telah melihat Wajah Ku
itulah yang sungguh-sungguh telah melihat Ku; Jika engkau melihat Ku
dalam suasana kenikmatan, berarti engkau sudah melihat Wajah Ku, dan
siapa melihat Ku tidak dalam kenikmatan berarti tidak melihat Wajah Ku,
tidak ghalib atasnya melihat Ku, dan siapa yang melihat Wajah Ku ghalib
atasnya melihat Ku.
Sekali-kali engkau
tidaklah dapat melihat Ku, sehingga engkau melihat Aku berbuat, dan
tidaklah engkau dapat melihat perbuatan Ku hingga engkau menyerah pada
Ku
( 5 )
Bila engkau melihat
Ku dalam kejadian malapetaka, maka Aku telah dilihat oleh umum, dan bila
engkau melihat Ku dalam suasana kenikmatan niscaya engkau akan menjadi
baik untuk selama-lamanya, dan tiada engkau akan gaib dengan apa-apa
yang nyata.
Bila engkau telah
melihat Ku, tiadalah engkau dapat diselamatkan melainkan oleh
penglihatanmu kepada Ku itu; Dan bila engkau tidak dapat melihat Ku,
tiadalah engkau dapat diselamatkan kecuali oelh keikhlasanmu kepada Ku;
Bila engkau telah melihat Ku; niscaya engkau akan dapat melihat apa
yang berasal dari tanah serupa dengan tanah itu pula.
Apabila engkau
mengajak berbicara, maka bicaralah menurut asal mula kejadiannya (Yakni,
hendaklah engkau berbicara kepada tanah, niscaya engkau akan selamat
dari rangsangannya).
( 6 )
Sesungguhnya engkau
telah melihat Kusebelum sesuatu, maka hendaknya engkau melihat Ku dalam
kedatangan sesuatu, maka hendaknya engkau menjadi pengganti Ku atas
sesuatu itu; Jika tidak, maka sesuatu itu akan menjadikanmu sebagai
pengganti atas sesuatu itu.
( 7 )
Aku telah bersumppah
atas Diri Ku, tiada bertetangga dengan Ku kecuali siapa-siapa yang telah
mendapatkan dengan Ku, atau dengan apa yang daripada Ku.
Inilah sifat “Ahli
naungan yang terhampar” maka hendaklah engkau melihat dirimu! Termasuk
golongan yang tersingkir daripada Nya; atau golongan yang disampaikan
kepada Nya.
Hendaklah engkau
menjadi “Ahli Nya” dalam kehidupanmu, niscaya engkau mengalami
kesejukanmu, niscaya engkau mengalami kesejukannya dan kedamaian Nya di
saat kematianmu.
Bila engkau tidak menjadi “Ahli Nya” dalam kehidupanmu kini, maka tidaklah engkau menjadi baik dalam kematianmu kelask.
( 8 )
Siapa yang tidak mau
menyerahkan kepada Ku apa yang telah diketahui, niscaya akan Ku buka apa
yang telah diketahui, niscaya akan Ku buka baginya pintu-pintu pendapat
tentang hal yang berkaitan dengan pengetahuan, lalu ia condong
memasukinya, dan akan Ku dorong masuk ke dalamnya, maka terhijablah ia.
( 9 )
Jika
keterbatasan-keterbatasan itu memberikan kepadamu, maka kumpulkanlah,
dan jika Aku yang memberikan kepadamu, maka jangan dikumpulkan.
( 10 )
Jangan engkau
berpisah dari pendapat yang bermaksud hanya tertuju kepada Ku
semata-mata, hendaklah lisan keadaanmu selalu dan selamanya atas...
Ilahi Hanya Engkaulah maksud tujuanku; Dengan demikian engkau akan
memenangkan dengan sesuatu kekuatan yang tak terkalahkan, bahkan dirimu
sendiri akan menaatimu.
( 11 )
Jika engkau telah
mengetahui dan meyakini sepenuh keyakinan, maka hindarkan dirimu dari
menghukum dan serahkanlah hukum itu kepada Ilmu Ku karena sesungguhnya
tiada hukum melainkan Kepunyaan Ku.
36.
MERANTAU
Bila engkau ditimpa
kemurungan karena panggilan-panggilan dirimu, hendaklah engkau bertenang
dengan istrimu, jika masih juga belum hilang, datangilah orang seilmu
denganmu, kalaupun belum juga hilang pergilah ke ahli makrifat,
orang-orang saleh, jika masih juga belum hilang kemurunganmu,
merantaulah di muka bumi,
Jika dengan
perantauanmu masih juga hilang kemurunganmu, maka lazimilah berdiri di
depan Pintu Ku, jika belum juga hilang, maka bersabarlah... Jika belum
juga hilang, maka bersabarlah,, jika belum juga hilang, maka
bersabarlah, niscaya akan terbuka Nur-Nya bagimu dan tiadalah engkau
akan keluar darpada Nya atas sesuatu yang memurungkan.... sekali lagi
bersabarlah dan nantikan... (dengan kesabaran).
37.
SIFAT BERDIRI SENDIRI
Aku dihentikan oleh-Nya di tempat “Sifat Berdiri Sendiri”
(Al Quyyumiah) lalu iapun berseru kepadaku :
“Aku telah mendahului
bagian-bagian, maka dengan Ku telah terbagi-bagi bukan dengan
pembatasan, dan Aku telah mendahului pembatasan maka dengan Ku telah
terbatas bukan dengan ruang; Aku telah mendahului ruang maka dengan Ku
telah teguh bukan dengan jarak; Aku telah mendahului jarak, maka dengan
Ku telah berjarak bukan dengan udara; Aku mendahului udara, maka dengan
Ku berudara bukan dengan hawa; Aku telah mendahului hawa, maka dengan Ku
ada hawa, dan juga debu, maka dengan Ku ada debu..
(Allah berfirman yang tafsirnya, sebagai berikut : )
Ia lah yang Awal dan Yang Akhir, Yang Dahir dan Yang Bathin, dan Ia Maha Mengetahui tiap sesuatu.
Yang
awal tiada permulaan, Yang Akhir tiada kesudahan, Yang Dahir nyata
segala kekuasaan Nya, Yang Bathin tak terlihat oleh mata, karena yang
bisa dilihat oleh mata tiada lain, melainkan makhluk seperti kita).
38.
HAK ITU UNTUK SIAPA?
Ilmu itu menetapkan bagimu suatu hak, dan bagi Allah suatu Hak pula.
Sedangkan makrifat itu pada umumnya menetapkan semua hak bagi Allah.
Dan tiada ia
(makrifat) menjadikan bagimu suatu hak apapun. Dalam kekhususannya,
makrifat itu tidak menjadikan bagi dan atasmu suatu hak, karena ia
memperkenalkan padamu “mula pertama” dan “Pengulangan kembali dalam
hukum Ketunggalan Ilahiat”. Dan menghapus daripadamu apa-apa yang
nantinya akan kembali kepada arti dan makna dirimu, maka tiadalah
menjadikan atasmu suatu hak, karena engkau bukan lagi dengan engkau,
juga bukan untukmu karena engkau bukan daripadamu.
Dan ini adalah suatu
“maqam pengguguran” segala peraturan dan urusan (Lemparkan semua ikhtiar
dan segala tuntutan). Ini adalah derajat dalam lingkungan makrifat yang
menuju dalan masuk Al-Waqwah (berdiri tegak). Dan mula pertamanya
memasuki Al Waqwah ialah meniadakan siwa (selain Allah) sebagai
pendamping.
“Hanya sesungguhnya Al Waqwah itu dengan Al Haq (Allah) dimana “Tiada Tuhan Selain Allah” dan “Tiada selain Nya”
Inilah maqam yang berkesudahan padanya nasib yang menguntungkan jiwa.
“Maqam “ Dan tiadalah aku melakukan itu dari kemauanku sendiri”
(Qs. Al-Kahf 18 : 82)
Kalimat yang
diucapkan Sayidina Al Khidr dalam Al Qur’an dikala ia “Melobangi perahu”
“Membunh seorang pemuda” dan “ Membangun tembok” tanpa alasan-alasan
yang terang.
Dan inilah maqam-maqam :
“Tiadalah antara Ku dan antaramu antara”.
“Tiadalah antara Ku dan antaramu ‘Engkau”.
“Tiadalah antara Ku dan antaramu .. perbuatan apapun”.
“Dan tiadalah engkau yang melempar ketika engkau melempar, malainkan Allah-lah yang melempar “ (Qs. Al-Anfal 8:17).
“Dan bukanlah engkau yang membunuh mereka, tetapi Allah-lah yang membunuh mereka”. (Qs. Al-Anfal 8 : 17)
39.
DAN KAMI LEBIH DEKAT PADANYA DARI URAT LEHERNYA
Setelah aku
ditegakkan berdiri dalam “Penglihatan”, Ia pun berkata kepadaku : “ Pada
... Penglihatan... sudah tiadalagi ucapan, tiada juga perkataan, ibarat
dan isyarat juga tiada, ilmu dan makrifat, pendengaran dan kepekaan,
ungkapan dan hijab, kesemuanya sudah tiada”
Iapun melanjutkan : “ Pintu “Penglihatan” itu, ialah jalan keluar dari “Siwa” dan “Siwa” itu seluruhnya berhimpun dalam huruf.
Makrifat itu
merupakan pintu gerbang yang tiada dapat dimasuki, kecuali para arifin;
dan bagi setiap arif satu tanda, yang dengannya (tanda itu) akan merasa
tenang dan tenteram; dan barang siapa yang dengannya merasa tenang, maka
ia pun akan berhenti di dalamnya”.
Kata Nya :
“kesemuanya itu mengarahkan tujuannya ke gerbang itu, dan untuk
mencapainya diperlukan “kendaraan” dan setiap kendaraan ada tali
pengikatnya”.
Katanya pula : “kendaraan makrifat itu ialah ilmu dan tali pengikatnya ialah huruf”.
Lanjut Nya :
“Hendaklah engkau turun dari kendaraan, keluar dari huruf dan keluar
pulalah dari makrifat.... dengan demikian Ku hapus tanda hijab dan akan
Ku teguhkan engkau dengan “Tanda Ku”, maka tiada lagi engkau dikusai
oleh huruf yang menghijab.
Kata Nya Pula :
“Menyingkirlah dari nama-nama huruf dan engkau akan menyingkir pula dari
arti maknanya. Jika kesemuanya itu telah engkau singkirkan berulah “Aku
akan lebih dekat dari urat leher”.
Belum! Belum tiba di
tujuan! Menyingkirlah dari leher itu, dan urat leher itu, menyingkirlah
dari “dekat” ke yang lebih dekat... niscaya engkau melihat “Lafaz Aku
(Lafdhiat Ana).
Bila engkau telah
pergi dari “Lafaz” itu, maka Aku lah Yang Dahir dan Aku lah Yang Bathin
dan Aku lah terhadap segala sesuatu Maha Mengetahui...
Ia pun menegaskan
sekali lagi : “Huruf dan segala sangkut pautnya adalah hijab yang
berpintu, di dalamnya tempat pulang balik dan tempat membagi-bagi,
keduanya merupakan dua pintu di belakang huruf; Menetapkan dan
menghapuskan, adalah dua pintu hijab di balik yang pulang pergi dan
membagi-bagi. Yang pulang pergi dan membagi-bagi adalah pintu masuk
menuju penghentian (Al-Waqwah) dan “Penetapan serta penghapusan” adalah
pintu masuk menuju “Penglihatan” (Ar Ru’yah).
Tabir hijab telah terungkap sudah.....
Bagi para setia kawan arifin Nya....
Segera mereka dapat memandang Nya.....
Tanpa ibarat tanpa huruf.... tanpa abjad.
40.
BEBAS DARI BENTUK GAMBAR/LUKISAN
Hai hamba! “Tiadalah
Aku menjadikan bagimu bentuk gambar-gambar dan lukisan-lukisan itu
supaya engkau tunduk merendah kepadsanya.
Dan tiada pula Aku mengadakan bentuk gambar-gambar dan lukisan-lukisan itu supaya engkau berlindung padanya....!
Hai hamba! “Akulah
pencemburu yang mengazab dengan siksa.... Telah Ku ciptakan bentuk
gambar lukisan itu untukmu, dan engkau Ku ciptakan untuk Ku, maka
mengapa engkau meninggalkan apa yang sebenarnya engkau untuk Nya. Dan
untuk apa pula engkau membuang-buang waktu terhadap apa yang Ku tundukan
untukmu.... Aku cemburu atas hidupmu yang engkau gunakan untuk yang
tidak layak dan derajatnya lebih rendah dari martabatmu yang mulia itu”
Tafsir Ayat : Sungguh telah Kami muliakan anak-anak Adam” (QS. Bani Asrail 17:70).
Hai hamba : “ Aku
mempunyai di balik bentuk gambar lukisan, ilmu-ilmu gambar lukisan dan
apa yang berkaitan dengan gambar lukisan, bagaimanapun bentuk gambar
lukisan itu... suatu nama yang tak dapat dilawan oleh bentuk
gambar-gambar dan ukisan-lukisan, dan suatu ilmu yang takkan tetap di
depannya ilmu gambar-gambar dan lukisan-lukisan.
Hai hamba : “ Ia
adalah suatu nama yang telah Ku sebut dengan dirinya untuk diri Ku,
tidak utuk siapa yang mendengar, Ku simpan suatu ilmu untuk Ku, bukan Ku
sebar di alam semesta, hanya Aku patrikan dengannya kepada barang siapa
yang Ku kehendaki
Arti ayat : Alangkah
nikmatnya tempat kesudahan itu”..... Alangkah nikmatnya tujuan akhir
(surga) yang abadi .... Alangkah baiknya balasan akhirat ... Alangkah
baiknya tempat kesudahan itu” (QS. Ar-Rad 13:24).
Dan Ku singkirkan siapa yang Ku kehendaki :
Dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman”
Hai hamba!
Kehadiranmu berlainan dengan kehadiran yang lain, maka jangan
dibelanjakan sembarang belanja dari apa yang dapat dilihat ... wajhmu
tidak seperti yang lain, maka jangan kau bawa berhina dengan membawa ke
lembah dina.
41.
PANJATAN PUJA PUJI PARA ARIFIN
Puja puji atas kenikmatan, itu adalah umum.
Puja puji mensyukuri atas nikmatnya, itu adalah khusus.
Puja-puji melihat kelemahan diri untuk dapat mensyukuri atas nikmat Nya, adalah lebih dari khusus.
Puja Puji atas suka dan duka, lapang dan sempit, adalah lebih dari khusus.
Puja Puji atas perkenalan Allah kepada hamba Nya, itu lebih dari khusus.
Puja puji untuk Wajah
Al Hak Allah Ta’ala, tanpa sebab dan dari sebab, hanya dengan Nya dan
daripada Nya, itu adalah puncak ilmu-ilmu para pemuja dan pemuji dan
sudah berkesudahan khususnya-khusus.
Puja puji itu akan
menjadi sah bila datangnya dari orang yang alim dengan Nya, tetapi sah
manakala tibanya dari seorang yang karam dalam kerinduan pada Nya, maka
apabila kerinduannya telah terjalin, niscaya akan melihat Nya, mka
apabila telah melihat Nya, niscaya penglihatannya itu akan menggerakan
lisannya untuk bicara, manakala sudah terucapkan, hapuslah bekas maksud
dan tujuan karena ucapannya itu, dan terhapus pulalah ciri-ciri
kecondongan dan akan menjadi keikhlasan sebenar-benarnya; Puja puji itu
hanya untuk Wajah Al Haq Allah Ta’ala; Dan semacam puja puji ini membuka
bagi orangnya tentang lisan berdiri Nya sendiri (Al Qoyyumiah), maka
segala makrifat-makrifat itu akan mengucapkan pada Nya dengan
ketunggalan, barulah hilang kemurungan dari bilangan-bilangan dan akan
terhimpun baginya semua bilangan dan tidak lagi terbagi-bagi saru antara
lain.
42.
BILA BERTEMUNYA DUA PERTENTANGAN DALAM SATU PENDAPAT
Yang emikian itu
tiada akan terjadi melainkan di kala engkau melihat kesan pulang
perginya sesuatu yang engkau cintai itu, maka pada hari ini baginya
suatu nama; sifat dan tabiat, dan esok harinya ada baginya nama, sifat
dan tabiat, maka hasil kejadiannya akan pergi daripadamu hukumnya, dan
akan menjadi sama dalam kecintaanmu wujudnya dan lenyapnya sesuatu yang
engkau cinntai itu.... dan inilah akhir kesudahan sesuatu itu dalam
cinta kasih.
Seorang Abid,
tidaklah layak baginya sessuatu pun untuk dicintai. Dan inilah taraf
dari persamaan pertentangan-pertentangan itu di dalam cinta kasih, yang
demikian itu agar engkau menyaksikan arti makna yang dengannya air
menjadi panas, dan dengannya pula menjadi dinginmembeku.
Bila penglihatanmu
telah sampai di sini, akan menjadi samalah hilangnya sessuatu atau
adanya sesuatu itu. Dan tidak mungkin mencapai derajat dengan ilmu
pengetahuan... akan tetapi hanyalah dengan perjuangan.
43.
KEMANA PANDANGAN ATAS PARA ARIFIN
Bila engkau melihat Ku, di dalam sesuatu kenikmatan, niscaya engkau tidak akan gaib daripada Ku di dlam selain Ku.
Dan apabila engkau
tidak melihat Ku di dalam suatu kenikmatan itu atasmu.... Dan bila
kenikmatan itu menang atasmu, niscaya segala sesuatu akan ikut juga
memperoleh kemenangan dan bila engkau melihat Ku di dalamnya
(kenikmatan), niscaya engkaulah yang menang atas segala sesuatu.
Engkau sama sekali
tidak akan melihat Ku, baik di dlam kenikmatan maupun dalam malapetaka,
sampai engkau melihat dalam keduanya adalah “perbutan Ku sendiri”.
Engkau tidak akan
melihat suatu “Perbuatan Ku sendiri” hingga engkau tidak melihat sesuatu
dari sebab dan hingga engkau selamat dari waham sebab (tidak engkau
tersentuh dingin oleh penyebab dingin melainkan kesemuanya itu perbuatan
Allah).
Aku tidak akan
menyata sebelum Ku sirnakan “Kesenangan berpendapat dengan selain Ku”
dan tidak Ku sirnakan sebelum Ku saksikan bahwa “ tiada hukum baginya”
dan tiada Ku saksikan sebelum Ku angkat apa yang bergantung dengannya
daripadamu.
Ia bertutur kepadaku :
“Berdirilah dengan tegak di alam semesta ini dengan “Hukum pengetahuan”
yang meniadakan alam semesta. Dengan demikian engkau Ku angkat dari
“Hukum alam semesta”
YA Tuhan ku!
Engkaulah yang menciptakan segala dan yang mengurus serta memimpinnya;
Engkau Maha Mengetahui segala dan yang mengajarinya; Yang mengenal
segala dan yang memperkenalkannya, kepada Mu semua akan kembali, dan
daripada Mu musnah, dan dengan izin Mu dapat berdiri dan kepada Mu akan
kembali dan dengan Mu akan tetap tegak.
Siapa kiranya dapat membawa untuk ku..
Seseorang kawan yang arif yang bijaksana
Yang berhenti bajak bak tabir hijab
Yang tiada diperbudak oleh siapa
Bukan abdi mata yang fatamorgana
Yang bila alam semesta membangun
Tiada terlihat bangunan melainkan kehancuran
Kehancuran yang di bangun di atas kehancuran
Kebinasaan yang di bangun di atas kebinasaan
Kemusnahan yang di bangun di atas kemusnahan
Kerobohan yang dibangun di atas kerobohan.
44.
SUATU PENGHENTIAN DIMANA HATI-HATI PARA ARIFIN DIBUAT TERHERAN-HERAN
Aku dihentikan
berdiri tegak dalam keyakinan yang sebenarnya, lalu Ia berkata kepadaku :
“Dalam keyakinan itu adalah sauatu rahasia, bila engkau telah
mengenalnya, amak tida lagi Aku menjadi samar atasmu.
Bila Kau menyamar,
niscaya penyamaran Ku akan menambah makrifat padamu, tetapi bagi mereka
yang tidak mengenal rahasia keyakinan itu, pastilah menjadi
pengingkaran. Sesungguhnya Aku lah Allah yang tidak dapat direka-reka
oleh perkenalan pada Ku, dan tak dapat dimuat oleh hati-hati itu dengan
sepenuh muatan makrifat kepada Ku. Bagi Ku ada suatu makrifat yang
tunggal yang mana tiada Ku fitrahkan kepada hati seorang hamba dan tiak
juga kepada para Malaikat.
Bila makrifat itu
tiba, niscaya tiba pulalah pengingkaran, maka setiap orang Arif akan
mengingkari segala apa yang telah dikenal.
Dan apabila telah
tiba pengingkaran itu, maka ketahuilah bahwa Aku lah yang menyamar
dengan makrifat Ku yang Tunggal itu, maka hendaklah engkau jangan
menginggkari Daku dan jangan memohon suatu makrifat, yang dengannya
engkau dapat mengenal Ku, dan katakanlah ... Engkau .... Engkau.... yang
dapat memperkenalkan diri Mu sebagai yang Engkau kehendaki, dan
menyamar menurut apa yang Engkau kehendaki. Maka teguhkanlah daku
dengan penyamaran Ketunggalan Mu (Wahdaniatik) dan tetapkanlah daku
dengan pendengaran dan ketaatan pada Mu dalam apa yang diri Mu engkau
perkenalkan.
Dan bila engkau
menyamar, maka jadikanlah daku tergolong dari orang-orang yang
mengetahui, bahwa Engkaulah yang menyamar.... Dan bila
Engkau Memperkenalkan diri, maka jadikanlah daku tergolong dari
orang-orang yang mengetahui, bahwa Engkaulah yang memperkenalkan diri.
45.
YANG TERUNGKAP SERBA SUCI
“Bagi Nya wajah tanpa rupa;
“Bagi Nya mata tanpa kedip;
“Bangi Nya ucap tanpa huruf;
“Baginya ilmu tanpa halaman;
“Bagi Nya dekat tanpa mana;
“Bagi Nya jauh tanpa hingga;
46.
D O ‘ A
“ YA Tuhanku !
Denganku daku hina; Dengan Mu daku mulia;
Denganku aku papa; Dengan Mu aku kaya;
Denganku daku lemah; Dengan Mu daku perkasa.
Tiada yang dapat mengetahui kehinaanku, kepapanku, dan kelemahanku selain Mu.
Maulaya! Makrifat
dalam hati menuntut demi untuk Mu atas diriku, sedangkan daku khusuk di
ambang gerbang pintu Mu, bersujud di dalam lapangan Mu nan luas, ku
datang menghampiri Mu dengan penuh noda dan dosa, Ku mohon maaf ampunan
Mu serta kemurahan Mu, ku minta tersingkapnya tabir penutup untuk
bertobat dan kembali pada Mu.
Malulaya! Andaikan
Engkau pikulkan atas pundakku beban dosaku.... tidaklah bumi dapat
mengangkatku, tiada pula langit dapat menaungiku, tiada satupun selain
Engkau yang dapat memikul berat dosaku, dan tiada satu lisan selain dari
lisan-lisan kemaafan Mu yang sanggup memberi alasan... terhadap
kessalahan-kesalahan ku, tiada satupun dari makhluk-makhluk Mu yang
sanggup melihat padaku karena buruknya rupa yang dipenuhi oleh daki-daki
dosaku.
Tiada makrifat dari
sekian banyak makrifat makhluk-makhluk Mu yang sanggup mengajukan uzur
untukku kepada Mu, lagi pula ia melihat dosaku dalam makrifat Mu.
Maka, tiadalah demi
Kemulian Mu, sekali lagi tiadalah demi Kemulian Mu yang dapat
menyelematkan diriku daripada Mu, Kecuali Engkau, tiada pula daku dapat
menghindarkan diri dari Kemurakaan Mu melainkang Engkau, tiada daku
mempunyai alasan perihalku kecuali Engkau.
Maulaya! Daku memohon
kepada Mu dengan Rahmat Mu! Daku meminta pada Mu dengan Nur Cahaya Mu;
Daku ajukan pintaku pada Mu dengan kebagusan Mu; Daku harapharapkan pada
Mu dengan Keindahan Mu; Daku rindukan pada Mu dengan Zat Mu; Dengan
Wajah Mu; Dengan Diri Mu; Dengan Samping Mu; Dengan Tangan Mu; Dengan
Roh Mu; Dengan mata penglihatan Mu; Dengan Rumah Mu; Dengan Somadiat Mu;
Dengan seluruh Sifat-sifat Mu; Dengan ke-Agungan di dalam
meng-Agung-agungkan Mu; Daku memohon maaf dan ampunan serta kemurahan
dan kuminta tabir penutup untuk dosa-dosaku dengan tobat dan kembali
pada Mu.
47.
SAKSI MAHA TUNGGALNYA DALAM SESUATU
Bukti-bukti
ketunggalan dalam sesuatu-sesuatu itu, bahwa kesemuanya itu adalah
buatan dari sisi Yang Maha Tunggal; Seluruh sifat buatan Nya adalah
satu, yaitu ulang mengulangi dan kemusnahan; Bentuk semua buatan Nya
adalah satu, yaitu dalam keterbatasan, Tanda-tanda buatan Nya satu,
yaitu kodrat; dan pengetahuan semua butan Nya satu, yaitu kodrat; dan
pengetahun buatan Nya satu, yaitu ikrar (pengakuan), dan semua ikrar Nya
satu, yaitu kebodohan, dan jenis mata semua buatan Nya satu, yaitu
wujud ini, maka kelangsungan wujud buatan Nya saling hancur
menghancurkan, hingga tiada tinggal satu wujud pun.
Seluruh
terjemahan-terjemahan buatan Nya adalah satu, yaitu memberi penjelasan;
Ketenangan seluruh buatan Nya adalah satu, yaitu ketertiban; Gerakan
seluruh buatan Nya adalah satu, yaitu penyusunan; Hukum hukum buatan Nya
adalah satu, yaitu kemauan; Perbuatan-perbuatan semua buatan Nya adalah
satu, yaitu yang dimaksudkan; Kesmapaian semua buatan Nya adalah satu,
yaitu ketidaksanggupan; Dan diamnya semua apa yang dibuat oleh Nya
adalah satu, yaitu tempat; Dan kelemahan semua buatan Nya adalah satu,
yaitu Baharu (Haditsah) (Lawan Qadim).
49.
HURUF DAN LINTASAN-LINTASAN HATI
Huruf itu terdiri
atas bentuknya, dan bentuknya terdiri atas tasrifnya (Perubahan bentuk
kata), dan tasrifnya terdiri atas ilmu-ilmunya, dan ilmu-ilmunya terdiri
atas hukum-hukumnya.
Huruf itu merupakan
maqam hijab; Menghimpun huruf adalah maqam penyusunan; Menyusun dan
mencerai beraikan huruf itu adalah maqam pemusnahan.
Huruf itu merupakan unsur benda bagi “siwa” (Selain Allah) seerta unsur benda bagi perbagai “Lintasan hati”.
Tiada terlintas
padamu suatu lintasan hati, lalu engkau tiada menafikan, maka bukanlah
engkau daripada Ku, dan bukanlah Aku daripadamu.
Bila terlintas padamu
suatu lintasan hati lalu engkau meniadakan... niscaya engkau daripada
Ku atas hukum apa yang engkau meniadakan; Sedangkan engkau daripada
lintasan hati itu atas hukum yang menahanmu.
Bila sudah tidak terlintas padamu suatu lintasan hati, niscaya engkau daripada Ku dan Aku daripadamu.
Bila terlintas padamu
suatu lintasan hati, dan engkau menyambutnya dengan baik, kemudian
engkau meniadakan, maka engkau daripadanya.
Bila terlintasa
padamu lintasan hati, lalu engkau meniadakan seketika itu, maka ia tidak
denganmu, den engkau tidak pula dengannya.
Ia berkata kepada ku :
“Bila engkau makan dengan sesuatu, niscaya engkau minum pula dengannya;
Bila engkau minum dengannya sesuatu, maka engkaupun akan mambok
dengannya.
Ia pun melanjutkan : “
Hendaklah engkau jangan makam dengan siwa, yang mana nantinya engkau
akan minum dengannya, dan jangan pula engkau minum dengan siwa, agar
engkau tidak mabuk dengannya.
Bila engkau makan
dengannya, engkaupun akan bersandar padanya atas asal usulnya; Dan bila
engkau minum dengannya, engkaupun akan condong kepada ilmu-ilmunya.
Iapun menyambung : “
Bila engkau tidak makan dan tidak minum dengan siwa, niscaya ucapanmu
adalah kata-kata yang benar dan tepat, engkaupun ikhlas melaksanakan,
dan perkataan serta perbuatanmu akan datang kepada Ku tanpa hijab, dan
akan Ku tetapkan kata-katamu dalam kitab Ku, dan Ku tetapkan
perbuatanmu dalam beribadah kepada Ku.
Dan kata Nya : “ Hai
hamba! Bila puji-pujimu kepada Ku dengan puji-puji huruf, niscaya engkau
akkan lengah dengan kelengahan huruf itu’
Hai hamba! : “ Bila
engkau bertobat dengan lisan huruf, niscaya engkau urungkan dengan
lisan huruf.... bila engkau taat dengan lisan huruf, nsicaya akan
bermaksiat dengan lisan huru.
Hai hamba! : “
Sucikanlah puji-pujimu kepada Ku daripada huruf dan berlebih-lebihannya,
dan sucikanlah taqdismu kepada Ku dari berlebih-lebihan serta
bertingkat-tingkatnya huruf itu, niscaya Ku tulis tasbihmu dengan tangan
Ku ats naungan Ku, dan Ku jadikan engkau dari ahli keluarga Ku... bila
tiba “Saat pertemuan”.
49.
YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN HIASAN
Hai hamba! Akulah
pengetahuanmu itu, bila tidak, maka tiada pula pengetahuan bagimu, dan
Aku lah pendapatmu itu, bila tidak, maka tiada pendapatan bagimu, dan
Aku lah pendengaranmu itu, dan Aku lah penglihatanmu, maka bila tidak,
tidak pula bagimu penglihatan.
Hai hamba! Aku
menghijab dengan kenikmatan-kenikmatan duniawi, maka itulah kenikmatan
yang menghijab, dan Aku pun telah mengungkap kenikmatan-kenikmatan
ukhrawi, maka itulah kenikmatan-kenikmatan yang mengungkap.
Hai hamba! Pandanglah
hiasan yang dibangun oleh karya tangan-tangan pendurhaka di dunia ini,
dan pandanglah susunan-susunan buah tangan karangan para pemikir yang
lalai; maka dengan kketaatan mereka tidak terlihat berupa keindahan
walau dihias dengan apapun juga, dan tiada dengan pengetahuan mereka
hasil yang elok dari buah karangan mereka walau disusunsedemikian rupa.
Hai hamba! Hendaklah
engkau menengok hati-hati mereka yang telah berikrar kepada Ku, namun
tidak mereka penuhi; Dan lihatlah pada lisan-lisan yang telah berikrar
untuk Ku tetapi tidak dilaksanakan... Akan terlihat olehmu apa-apa yang
telah diucapkan itu tidak berbekas menjadi kenyataan, dan akan terlihat
olehmu apa yang mereka perbuat tidak memncerminkan cita-cita sifatnya.
50.
SAMPAI KEPADA ALLAH
Ilahi ! Engkau maha
mengetahui akan ilmu, tetapi ilmu itu tidak mengetahui Mu, dan Engkau
Maha mengenal akan makrifat, tetapi makrifat tidak mengenal Mu.
Ilahi ! Perlihatkan
padaku dalam Engkau membolak balik, dan saksikanlah padaku dalam Engkau
mencurahkan asuhan, dan mewujudkan daku dengan Mu dikala Engkau
memperlihatkan , sehingga jangan menjadi atasku selian Mu “Ketuhanan
hukum” (Rabbabiatul Hukum) dan “Arti makna Nama (Ma’nawiyatul Isim).
Ilahi ! Engkau Maha
Mengetahui terhadap diriku, untuk apa daku Engkau ciptakan? Ddan Engkau
Maha Mengetahui tentang panggilan-panggilan diriku, untuk apa Engkau
jadikan aku” Dan Engkaulah Maulaya! Nan Maha Kaya dan tidak memerlukan
daku, bagaimana Engkau memperlakukan daku sedangkan Engkau
Tuhanku! Engkaulah Maha Penyayang dari segala penyayang, bagaimana
Engkau membolak balikan daku?
Ilahi , Gusarkanlah
daku dari segala sesuatu yang membuatku jinak terhadap
kenikmatan-kenikmatan Mu, tunjukan daku dalam semua kenikmatan Mu
wajah-wajah para pengenal-pengenal Mu, pimpinlah daku dalam Makrifat Mu,
dengan ilmu-ilmu Ketuhanan Mu, dan perlihatkan padaku Nur Cahaya Mu,
dengan bimbingan petunjuk Mu.
Ilahi ! Telah
berkuasa dan Mulia sifat-sifat Mu atas huruf para pengucap, da meninggi
zikir-zikir taqdis Mu atas pikiran-pikiran para pendiam, maka tiadalah
makhluk-makhluk yang dapat mentasbihkan Mu melainkan Tasbih Mu jua yang
lebih besar, dan tiada jangkauan khayal untuk memuja dan memuji Mu,
melainkan pujian Mu jua yang lebih Agung.
Ilahi ! Engkaulah
bukti dari seluruh pembuktian-pembuktian Mu, dan Engkaulah penerang atas
segala penerang-penerang Mu, serta ayat-ayat Mu.
Ilahi ! Telah surut
kembli segala makrifat-makrifat di hadapan makrifat Mu dengan
keheran-heranan, dan kembalilah segala penglihatan-penglihatan hati di
hadapan keindahan ke Agungan Mu dengan keletihan dan kepayahan.
51.
DDO’A PARA ARIFIN
Ya Allah ! Aku
berlindung dengan Mu daripada mengetahui suatu ilmu, melainkan demi pada
Mu, atau menginginkan suatu ilmu demi untuk Mu, atau melakukan suatu
amal melainkan demi untuk wajah Mu, atau menuju suatu jurusan kecuali
demi dalam ketaatan pada Mu.
Ya Allah ! Sungguh
aku berlindung dengan Mu daripada berusaha, kecuali dalam keridhaan Mu,
atau di kala aku membolak-balikan badanku di atas pembaringan, kecuali
dengan penuh rasa takut pada Mu, atau juga ku buka mataku, kecuali untuk
melihat ayat-ayat Mu, atau mengarahkan telingaku, melainkan guna
menyimak peringatan Mu.
Ya Allah ! Sungguh
aku berlindung dengan Mu daripada menggunakan pikiran, kecualli dalam
takut kepada Mu, atau melaksanakan suat kemauan keras, kecuali di jalan
lorong Mu atau mengorbankan jiwaku, kecuali demi dalam hak Mu.
52.
D I A
HUA = dia lelaki, dan
HIA = dia perempuan, keduanya tidak mencapai untuk mengibaratkan
tentang Ny, menurut harfiah (Karena Allah bukan lelaki dan bukan
perempuan).
Tiada mungkin huruf itu mengibaratkan tentang Allah Yang Maha Suci, karena huruf itu tergolong dari makhluk-makhluk Nya.
Huruf itu laksana
Suradiq = debu, atau apa yang menjulang, yang meliputi sesuatu untuk
membuat bentuk terhadap apa yang dinyatakan oleh Allah dari segi
kebendaan. Dan suradiq itu berada di maqar = tempat, dan maqar itu di
iqrar = ikrar, dan itu di qarar = tempat yang tetap, dan qarar itu di
tamkin = kedudukan di tempat yang teguh, dn tamkin itu rangkaian huruf
dan huruf-huruf Nya.
Huruf itu menghijab arti makna, sedangkan arti makna menghijab mahiyat (keadaan).
Huruf itu merupakan
hijab yang tidak dpat ditembus oleh penembus-penembus dan tidak dapat
dimasuki oleh para penempuh kecuali dengan izin Ku.
Huruf yang paling
tinggi adalah Nama Ku, dan hruf pertengahan adalah Kemauan Ku, dan semua
huruf itu adalah Bahasa Ku dan lisan-lisan Ku, Malaikat itu berkenan
melapangkan Nama itu, karena itu adalah pintunya, dan Jin melapangkan
kemauan keras, karena itu adalah pintunya, dan insan melapangkan semua
huruf karena itu adalah pintunya.
53.
PARA ARIF DAN PARA ABID
Ia berkata kepada ku :
“Hai Arif! Imanmu sebanding dengan iman para makhluk, malah lebih baik;
Dan maksiatmu seimbang dengan maksiat para makhluk, malah lebih bessar.
Ia berkata : “Jika
bukan karena Arifin, niscaya sudah Ku sekap semuanya”. Selanjutnya :
“Para Abidin merupakan tonggak bumi dan para Arifin merupakan
pasak-pasak zikir.
Ia berkata : “Seorang
abid, ibarat air yang menyirami bumi, tetapi ia tidak merasakan
buah-buahan yang tumbuh; sedangkan seoran arif ibarat ayat-ayat yang
mempercepat zikir, tetapi ia tidak ikut meneguk dengan cangkir-cangkir.
Ia berkata : “Seorang
arif mengalir dalam zikir, tetapi tidak ikut serta minum, laksana yang
naik di atas lautan dengan berjalan tetapi tidak menghirup, bila engkau
makan dengan sesuatu niscaya engkau iringi minum dengannya, bila engkau
minum denga sesuatu, maka engkaupun mabuk dengannya.
Janganlah engkau mabuk, dengan selain Ku, niscaya engkau menjadi ARIF.
54.
MAQAM-MAQAM MEREKA YANG TELAH SAMPAI DAN MARTABAT MARTABATNYA
Mula pertama karunia
Allah bagi seorang muried (Yang berhasrat menempuh), ialah ajakan
berbicara sebagai pembuka perkenalan, kemudian berkenalan dan saling
kenal-mengenal (arif); Setelah itu berikhlas hati untuk semua amal
perbuatannya kemudian berbaik niat, lalu bersabar diri, naik ke rida
dengan hukum Nya.
Setelah itu sang arif dianugrahi penyaksiann menyaksikan Nya.
Dan penyaksian,
meningkatkan keteguhan hati, bila hati telah teguh diulurkan perjanjian
kewaliaan, setelah itu dipilih oleh Nya. Jika terpilih maka diserahi
amanat, setelah itu diungkapkan kepadanya khazanah rahasia-rahasia Nya,
Setelah kesemuanya ini dilalui, menjadilah ia seorang khalil (kawan
setia). Khalil atau Al Khullah (sahabat yang akrab).
Sahabat yang akrab
ini adalah dari maqam Al Mahabbah (Maqam Cinta) maqam ini adalah suatu
maqam bukan dari maqam, itu adalah maqam Sayyidina Muhammad, s.a.w.
Di dalam maqam cinta,
sang abid berpindah ke “Berdiri tegak memandang” (Mauqifil ithla) terus
ke “ Berdiri tegak nan tenang” (Mauqifis Sukun).
Dengan demikian, maqam-maqam itu dari tahap ke tahap menjulang dengan kesimpulan :
Al muhadatsah (Ajakan berbicara).
At ta’aruuf (memperkenalkan, ajakan berkenalan)
Al makrifah (perkenalan)
Al isyhad (mempersaksikan, memperlihatkan)
At tatsbiet (keteguhan hati, ketapan)
At tamkin (penetapan berteguh)
AL wilayah (kewalian)
Al ishtifa’ (seleksi, dipilih)
Al i’timaan (diserahi amanat)
Al kasyf (tersingkap, terungkap)
AL khulaf (kawan setia, sahabat yang akrab)
Al mahabbah (cinta)
Al ithla’ (memandang)
Al qath’ ( memutuskan)
As sukun (tenang).
Pendekatan itu baginya
Tanda cinta
Bila sudah nyata
Maka tergulunglah semua antara
Segera terhapuslah
Warna dawat dan segala nama.
55.
YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN HIASAN
Ilmu itu adalah bukti Ku; Makrifah adalah jalan Ku; Waqwah adalah tempat bicaraku dan Rukyah adalah wajah Ku.
“Maka
ke mana pun kamu menghadap, di situlah Wajah Allah, sungguh Allah itu
Maha Luas dan Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah 2 :115)
Ilmu itu nyata bagi
hukum-hukumnya yang menyangkut kejiwaan, sedangkan makrifat itu
menyembunyikan di dalamnya hukum-hukum kejiwaan. (Makrifat itu menghapus
keinginan-keinginan nafsu, dan segala apa yang ada hubungannya dari
hukum-hukum yang berupa keinginan-keinginan yang berada di dalam hati).
Ahli ilmu itu adalah
ahli air dan naungan; Ahli makrifat itu adalah ahli hadiah-hadiah dan
kemuliaan; Dan ahli Waqwah itu adalah ahli gembira dan saling berkata;
Ahli Ru’yah itu adalah ahli rahasia-rahasia dan kawan duduk semajelis.
Waqwah itu adalah
pintu bagi Ru’yah, tidak akan sampai kepadanya kecuali dari situ;
Makrifah itu adalah pintu waqwah; tidak akan sampai kepadanya kecuali
dari situ; Al Minnah (karunia) itu adalah pintu bagi makrifah, tidak
akan sampai kepadanya kecuali dari situ, dan ilmu itu adalah bukti Ku
kepada makrifah.
Makrifah-makrifah itu mengalir di dalam waqwah bagikan mengalirnya air di daratan tanah.
Waqwah itu adalah naungan Ku, makrifah itu adalah naungan Arasy Ku dan ilmu itu adalah naungan surga Ku.
Dunia dan akhirat
telah tenggelam ke dalam huruf, huruf tenggelam ke dalam makrifah,
makrifah tenggelam ke dalam waqwah, dan waqwah tenggelam ke dalam
ru’yah, dan ru’yah berkekalan terhadap ahlinya dan mereka tinggal di
dalamnya untuk selma-lamanya, mereka telah mengucapkan dengan ucapan
tentangnya, maka mereka utusan-utusan bagi para duta dan
penguasa-penguasa bagi para bangsawan.
Tiada di dalam Ru’yah
itu waqwah dan tidak pula ibarat. Maka maqam ru’yah adalah maqam Fana
(kelenyapan) segala sesuatu ... tiada lagi apapun, yang ada hanyalah
Wajah Nya Yang Maha Suci, dan tiada yang kekal selain wajah Nya Yang
Maha Muia.
Ia berkata kepada Ku :
“Hanya Aku, tiada sesuatu yang dapat berdiri sendiri di ssamping Ku,
tiada sesuatu yang kekal bersama Ku, dan tiada sesuatu yang jadi atas
Ku.
Maka siapa yang Ku
tegakkan berdiri di dalam “Berdiri Ku sendiri” (Waqwati) atau Ku
saksikan penglihatan Ku, niscaya Ku kekalkan sebagaimana yang Ku
kehendaki agar supaya Kehidupan atau Kegaiban sesuak apa yang Ku
kehendaki demi keselamatannya dari kebinasaan.
Ia pun melanjutkan :
“Seorang waqif (yang berdiri di waqwah), tiada alam semesta
menjengkelkannya, tiada pula diganggu oleh kejadian-kejadian. Bila ia
pergi di malam hari, maka ia dalam lindungan Ku dan alangkah baiknya
perlindungan itu, bila ia tinggal berdiam seorang diri, Akulah
penjaganya! Alangkah baiknya penjagaan itu.
Kawan waqwah
merupakan pembawa berita gembira dan pemberi kabar penakut (Basyiron wa
Nadziro), dan kawan Ru’yah adalah pemberi syafaat dan jaminan (Tiada
suatu hal – keadaan yang setara dengan keadaan mereka).
56.
SABDA ALLAH TERHADAP LANGIT DAN BUMI
Dekat tak dapat
dikatakan, jauh tak dapat diuraikan. Dekat, tetapi tidak dapat dikatakan
dekat Nya (Maka Ia lebih dekat dari urat leher) Jaug, tidak dapat
diuraikan akan Jauh Nya (fa huwal muta’al), maka Dia lah Yang Maha
Tinggi. Nyata, tak dapat dicapai kenyataan Nya. Bathin, tidak dapat
diungkap hijab Nya, karena “Tiada satupun yang menyerupai Nya (Laisa
Kamitslihi Syai’un). (Asy Syura 42 : 8).
Langit-langit dan bumi diadakan Nya dan ditegakkan dengan hukum Nya dan tibalah Sabda Firman Nya :
“Datanglah
kamu keduanya menurut perintah Ku dengan patuh atau terpaksa” Keduanya
menjawab “Kami datang dengan penuh kepatuhan” (QS. Fush Shilat 41:11).
Dengan Nya keduanya dapat mendengar, dan dengan Nya keduanya dapat menjawab dan dengan Nya keduanya dapat taat dan patuh.
Tiada penyaksian kecuali dengan DIA.
Tiada hijab melainkan dengan DIA.
Siapa yang tehijab bagi selan DIA.
Niscaya akan nyata bagi selain DIA.
57.
TENTANG HIJAB
Aku ditegakkan bediri
di hadapan Nya, kemudian Ia pun berkata pada ku : “Hijabmu adalah
segala apa yang Ku nyatakan, hijabmu adalah segala apa yang Ku
rahasiakan, hijabmu adalah segala apa yang Ku hapuskan, hijabmu adalah
segala apa yang Ku ungkapkan, dan juga segala apa yang Ku tutup.
Ila engkau keluar
dari padanya, keluar pulalah engkau dari hijab; bila engkau dihijab
olehnya, niscaya engkau dikerumuni oleh hijab dari sekian banyak
hijab-hijab.
Ia pun menyambung
pula : “Tidak, engkau tidak akan dapat keluar dari dirimu, melainkan
dengan Nur Cahaya Ku, Nur Cahaya Ku yang mampu menghanguskan hijab itu,
lalu engkau dapat melihat bagaimana caranya ia (Nur itu) dapat
menghijab. Selanjutnya : “Barangsiapa telah melihat Ku, dan telah
menyaksikan maqam Ku, akan diharamkan atasnya makanan yang halal selama
engkau berada dalam hijab.
Ia pun melanjutkan :
“Jangan engkau berhenti di dalam hijab, dan jangan pula berdiri di dalam
hijab, karena segala hijab akan bertolak pinggang membantahmu tentang
Ku, hendaklah engkau iqomah di sisi Ku, niscaya Aku akan membelamu dan
membantah tentang dirimu.
Lanjutnya : “Bila
engkau telah melihat Ku dan tinggal di sisi Ku, maka engkau dari Ku, dan
engkau dengan Ku, dapat berdiri di bawah naungan Ku dan tergolong dari
orang yang bersyafaat terhadap siapa yang Ku kehendaki dari
makhluk-makhluk Ku”.
Lanjutnya : “Bila
engkau telah melihat Ku, dan tinggal di sisi Ku, maka engkau dengan Ku,
dan engkau dari Ku, berdiri di dalam kasih sayang Ku dan mengharap
besarnya anugrah dan ampunan Ku.
58.
PEMBAHASAN TENTANG TABIAT HATI
Dengan fitrah yang
ada, hati itu tidak diciptakan baik maupun jahat..... tetapi mempunyai
kesediaan untuk berperangai dan berbudi pekerti, berwatak dan bertabiat,
yang mana dari dasar segi baik dan jahat, ia dapat pulang balik antara
keduanya atas segi ikhtiar dan kemauan.
Hati itu dapat patuh
mendengar sesuatu, atau mendengar lawan swssuatu, walaupun simpang siur
bahasanya. Andaikan ia diajak bicara oleh alam semesta dengan apa yang
ada padanya ia dapat mendengar dengan satu pendengaran, begitu juka jika
ia menjawab, ia menjawab dengan satu jawaban.
Mengenai akal, ia
dapat memandang seluruh pemandangan-pemandangan yang bercabang-cabang
aneka ragamnya sekali pandang...... Adapun Jiwa dan tabiat,
masing-masing dari keduanya tidak berdaya dan berkesanggupan kecuali
untuk mengikuti satu pandang demi satu pandang yang terpisah
sendiri-sendiri, apabia ia bergantung dengan salah satunya, berpisahlah
ia dari yang lain. Kebalikannya, akal, ia tidak dapat dipotong oleh
satu pemdangan selama ia berada setingkat ilmu, apabila ia berpisah dari
ilmu ke pendapatan, bergantunglah ia kepada pemandangan dan berpisahlah
ia dengan memasang teinga kepadanya dari yang lain.
Bagitu juga halnya
dengan hati, ia tidak dapat dipotong oelh satu pendengaran dari sekin
banyak pendengaran, selama ia dalam tingkat ilmu, apabila ia berhasil
tertegun oleh satu pendengaran, berpisahlah ia dari lainnya.
Maka ilmu itu pun
merantau dan meluaskan gema pendengaran dan penglihatan, sedngkan
pendapatan mengepungnya untuk meringkus ke satu titik dan satu
persoalan. Dan alam semesta keseluruhannya merupakan lintasan hati
sepanjang masa di dalam hati dan akal.
Sesungguhnya hati itu
terkhusus dengan lintasan-lintasan, karena hukumnya daam hati yang
lebih kuat; Ajakan alam semesta untuk berbicara terhadap hati, adalah
menjadi pemisah dari yang lain. Dan akal itu memandang alam semesta,
begitu juga, alam semesta memandang kepadanya. Ada kalanya ia masuk
dalam pembicaraan bersama alam semesta, dan hukum pembicaraan itu lebih
berpengaruh dari hukum pandangan yang tanpa pembicaraan.
Hati itu merupakan
tempat bermukim lintasan-lintasan yang berada di dalamnya. Dana akal
itu merupakan jalan lintasan-lintasan hati yang berlalu di dalamnya
serta melewatinya.
Banyak sekali ragam
lintasan-lintasan hati itu. Dan bercabang-cabang pula; Ada yang bersifat
“keiblisan” (iblisiah), ada pula yang bersifat “kemalaikatan”
(malakiah), “kerajaan langit” (malakutiah) dan “kerajaan duniawi”
(mulkiah).
Lintsan hati
“keiblisan” itu ialah lintasan-lintasan hati yang membuat keraguan )Asy
Syakiah) dan “menyukutan Tuhan” (Asy Syirkiah) dan “kebid’ahan lawan
sunnah Nabi” (Al Bid’ah) dan “mengingkari kebenaran” (Al Jukhdiha),.
Adapun lintasa yang membawa keraguan dan kemusrikan itu, lalu lalang di
halaman lintasan malakutiah. Mengenai lintasan hati pembawa bid’ah dan
pengingkaran, itu pulang pergi di jalaman mulkiah – kerajaan duniawi.
Lintasan-lintsan hati
itu adalah ilmu, hukum dan suruhannya, maka apabila si pendengar
menyimak kepadanya dan meneguk isi piala ilmunya, hukumnya dan
suruhannya, jatuhlah ia ke jurang pelanggaran dan larangan. Itulah yang
dibangkitkan oleh lintasan-lintasan itu. Jika tidak dihiraukan dengan
ditanggapi was-wasnya, kembalilah ia ke tampat asala mulanya dengan apa
yang ada padanya dari ilmu, amal, hukum dan suruhannya.
Alamat bergantungnya
hati kepada Tuhan, ialah terungkapnya perasaan di kala bisikan-bisikan
lintasan hati itu menghadapi apa yang dipilihkan oleh Tuhan kepadanya
dalam keadaan yang sulit diuraikan dan tidak dapat dibeberkan oleh
terjemahan, maka apabila diletakkan perasaan ini ke dalam hati sang
hamba, ddipisahkanlah ia dari penyirnaan lintasan hati yang jahat
itu.... dan apabila hati itu kehilangan perasaan ini, maka berdatanglah
serangan lisan-lisan lintasan itu, lalu diraih dan dicengkeramnya.
Sang Abid menguraikan
perasaan yang demikian ini dengan ucapan “.....Oh!!!! Sesungguhnya
kurasakan betapa antaraku dan antara Tuhan adalah “Kemakmuran”
(‘amamr)... dan kemakmuran inilah yang menjadi perisai diriku dari
tergelincir dalam kesalahan.
59
APA YANG DIKATAKAN ALLAH KEPADA HAMBANYA
( 1 )
Telah Ku ciptakan
makhluk-makhluk, maka hendaknya engkau menjunjung tinggi ciptaan Ku.
Jangan berlaku kejam terhadap ciptaan Ku, bagaimana kiranya jika
diperlakukan yang demikian menimpa pada dirimu? Jka demikian perilakumu,
Aku lah yang akan bertindak kejam atasmu.
(2)
Jangan hendaknya
engkau berlaku kejam atas siapa pun dengan zat dirimu. Ingatlah!!
Keperkasaan itu bukan kepunyaanmu; Keperkasaan itu adalah milik Ku
sendiri.
(3)
Aku ditegakkan
berdiri di dalam sesuatu, maka oleh Nya aku di bawah kepada ‘nama-nama’,
akupun ditegakkan berdiri dalam nama-nama itu, lalu aku dibawa pula ke
“arti mankna-arti makna” itu, setelah itu aku dibawa pula ke “arti
makna-arti makna” itu, setelah itu aku dibawa kepada “diriku” dan
ditegakkan berdiri pula di dalamnya.
Dari “diriku” aku
dibawa ke “dunia” akupun ditegakkan berdiri pula di dalamnya, dari
“dunia” aku dibawa ke “syirik dan kufur” Dan kata Nya : “ Bila
kemauna-kemauanmu berkisar dalam lingkaran itu, jangan diharap engkau
dapat masuk ke Hadirat Ku.... dan Ia berkata “Tengoklah kepada “kemauan
keras-kemauan keras” itu! Maka kulihat “kemauan keras” yang tidak
berdiri di antara kedua tangan ya, akan berdiri di antara kdua tangan
iblis.... mau ataupun tidak.... dan aku lihat iblis melambai sambil
menyeru kepada “kemauan-kemauan keras” itu kepada ddirinya
masing-masing.
Lambaian itu pun disetujui, maka berdirilah di anatara kedua tangannya dalam keadaan terhijab dengan diri dirinya sendiri.
Ia berkata kepadaku :
“Aku yang memanggil “kemauan-kemauan keras” itu kepada Ku bukan kepada
dirinya masing-msing, maka janganlah engkau masuk ke Hadirat Ku kecuali
bila “kemauan-kemauan keras” itu keluar dari diri dirinya.
Ia bertuturkata
kepada Ku : “Seorang Wali itu, ialah mereka yang berdiri tegak di antara
kedua tangan Ku, tiada beranjak tiada pula beringsut.
(4)
Aku telah diteguhkan
berdiri tegak di dalam “kesempurnaan” maka aku melihat di dalamnya
berhimpunan “Ke Maha Besaran) (Al Jalal) dan “Ke Maha Indahan: (Al
Jamal)
· Sifat-sifat Al Jamal, pada Allah, dapat engkau temui dalam :
Ar Ra’uf – Maha Penyayang dan Maha Pengasih.
Al Wadud – Maha Mencintai
Al Khaliem – Maha tetap dapat menahan amarah.
Al Kariem – Yang melimpahkan Karunia kepada makhluk-makhluk tanpa diminta sebelumnya.
Al Afu-wu – Maha memberi maaf.
Al Ghaffar – Maha menutupi kesalahan hamba-hamba Nya dengan pengampunan dosa mereka.
Al Mannan – Maha pemberi Karunia.
Al Khannan – Maha Kasih Sayang.
Ash Shobur - Maha sabar
Asy Syakur – Maha pembalas jasa hamba Nya.
Ar Rozzaq – Maha pemberi Rizki.
Dan Sifat-sifat Al Jalal pada Allah, dapat engkau temui dalam :
Al Jabbar – Yang perkasa memaksa akan kehendaknya.
Al Muntaqiem – Maha kuasa menindak dengan siksa.
Al Aziz – Maha kaut tak terkalahkan oleh apapun
Al Muta’al – Yang mencapai puncak ketinggian
Al Muatakabbir – Yang patut dipuja karena ke Agungann Nya
Al Muahimin – Maha menaungi hamba-hambanya
Al Jalil – Yang mempunyai sifat kebenaran
Al Adhiem – Maha Luhur
Al Kabier – Maha Besar
Al Muiz – Yang meninggikan derajat siapa yang dikehendaki
Al Qibidh – Maha kuasa menyempitkan
Al Khofidz – Maha kuasa merendahkan
Dana Maha
Kesempurnaan Allah, adalah di dalam himpunan antara Maha Santin (Al
Khulum) dan Maha Memiliki Kekuasaan ( Al Jabbarut), berkait antara dua
sifat yang saling berlawanan menjadi dalam satu ketunggalan, hingga
tiada ada pada Nya berlawanan dan tiada pula tebagi-bagi.
Maka Dia Yang Maha Sejahtera (As Salam) yang pada Nya tiada perlawanan dan perselisihan.
( 5 )
Bila engkau telah
mengenal Daku dengan Ku, tidak lagi perkenalan dengan Ku itu akan dapat
ditambah oleh sesuatu (Karena Aku lah yang membawamu sampai kepada
puncak makrifat, yang dikemudiannya tiada lagi tambahan).
( 6 )
Engkau sendiri yang
Ku maukan dari sekian banyak apa yang telah Ku Ciptakan, maka hendaknya
engkau pun demikian juga!. Hanya kepada Ku sendiri arahkan kehendakmu,
bukan mengarah ke lain dari Ciptaan Ku.
(7)
Batas yang dapat
dicapai oleh penglihatan mata hatii, ialah mengenal apa yang dikehendaki
oleh Nya (Nabi Musa .as. menyanggah tindakan-tindakan Al Khidr di saat
melobangi perahu (Qs. Al Kahfi 18:71) karena ia tidak diberi penglihatan
mata hati seperti halnya Al Khidr, yang mana penglihatannya sudah
mencapai apa yang dikehendaki Nya dan memahami maksud dan persoalan raja
yang main rampas perahu secara paksa).
(8)
Mengerutkan kekuasaan
bagi Allah SWT, adalah satu cara lisan mencari jalan keluar bila engkau
telah mencapai makrifat, dan telah engkau ketahui hak kekuasaan
penguasa itu adalah milik Allah semata, maka engkaupun akan angkat
tangan dari ikut campur tangan dan akan gugur segala kepengurusan).
(9)
Menziarahi para orang
yang sudah “mendapat” sedangkan pada dirinya tiada mendapatkan, itu
berarti suatu pelanggaran (berkumpulnya seorang ahli tasauf tanpa ada
padanya “zauqiah) (hal-hal yang menyangkut rasa dalam hal ikhwal mereka,
adalah merupakan suatu pelanggaran)).
(10)
Tinggalkan dirimu !
Dalam engkau meninggalkan dirimu, engkau akan memperoleh
kemenangan-kemenangan atasnya (bila engkau merasa cukup, sudah tidak
lagi membutuhkan pada dirimu, walau dirimu dalam kebinasaan sekali pun,
itulah arti kemenangan atas dirimu).
(11)
Tinggalkan dirimu !
Dalam engkau meninggalkan dirimu, engkau akan memperoleh
kemenangan-kemenangan atasnya (bila engkau merasa cukup, sudah tidak
lagi membutuhkan pada dirimu, walau dirimu dalam kebinasaan sekali pun,
itulah arti kemenangan atas dirimu).
(12)
Ada kebiasaan yang
bersumber dari dosa-dosa yang dilakukan kelompok manusia-manusia, dapat
membentuk arca-arca sembahan, yang mana sumber kekuasaan arca-arca itu
atas manusia-manusia disebabkan karena kebiasaan yang dilakukan berulang
kali. Misalnya apa yang dilakukan oleh orang-orang Samiri yang telah
membentuk – dari perhiasan-perhiasan yang dicuri oleh Bani Israel –
berupa se ekor anak sapi yang dapat mengeluarkan suara lenguhan.
(13)
Hai hamba ! Bila
engkau mengenal Aku, maka tinggalkanlah apa-apa selain Ku, sekalipun ap
yang selain Ku itu pernah melihat Ku, dan tinggalkan pula apa yang
pernah dilihatnya, walaupun dengan Ku ia datang... Ha hamba! Bila engkau
merasakan ketentraman dengan perkenalan kepada selain Ku, maka
hendaklah engkau campakan perkenalanmu kepada Ku itu di balik
punggungmu.
(14)
Syarat keridaan itu ialah penilaian sama antara penolakan dan pemberian.
(15)
Ilmu itu lisan lahir, dan makrifat itu lisan bathin
(16)
Hukum kenyataan itu
seluruhnya adalah ketakuran... Dan bahaya itu mendapingi setiap hukum
(karena segala yang nyata dari apa yang lahir itu akan berkesudahan pada
kelenyapan.
(17)
Ilmu minuman jiwa; makrifat itu minuman hati; Hukum itu minuman akal; dan Kepuasan itu minuman Ruh
(18)
Kejahilan itu
lintasan hati di dalam ilmu; Ilmu itu lintasan hati di dalam karifat;
Makrifat itu lintasan hati di dalam perkenalan; pekenalan itu lintasan
hati di dalam waqwah; Waqwah itu kesudahan, tiada lagi bahaya dan tiada
pula lintasan hati,
(19)
Akal itu merupakan
alat bagi ilmu; Ilmu itu merupakan alat bagi makrifat; makrifat itu
merupakan alat bagi perkenalan; dan perkenalan itu bukanlah alat dan
bukan pula waqwah itu alat. Setiap ala mempunyai dua tangan,tangan
pertama bertugas memegang dan yang lainnya melepaskan. Memegang dan
melepaskan itu menunjukan tanda-tanda pertentangan, maka bila tanpa alat
tiada pula pertentangan.
(20)
Sesungguhnya akau
mempunyai hamba-hamba yang lancar berbicara, namun mereka itu tidak
berbicara dan enggan diajak oleh sipapun untuk berbicara.... Ku katakan
padanya : “Tetapkan sikapmu; berbicaralah kepada Ku saja! Terhadap
selain Ku sedapat mungkin jangan berbicara.... engkau pun akan menjadi
hamba Ku yang pandai bicara.... dan Ku jadikan bagimu suatu syafaat.
Aku pun mempunyai
hamba-hamba pendiam, mereka melihat ke Maha Agungan Ku, mereka tidak
sanggup berkata-kata, mereka melihat ke Indahan Ku, tiada juga mereka
bertasbih; Keindahan Ku membuatnya terpesona hingga terus menerus
berdiam diri, Akupun mendatanginya, Ku keluarkan dia dari “maqam diam ke
pada Ku”.... Hendaklah engkau diam demi untuk Ku” ... sekuat
kemampuanmu... niscaya engkau menjadi “hamba Ku” yang pendiam.
Terhadap hambaku yang
pendiam, ku terima sebelumm penghentian dan Ku hantar ke kediaman
rumahnya.... dan dialah yang pertama yang Ku panggil bila Aku telah
datang.
Antara ucapan dan
diam itu adalah suatu dindig pembatas (Barzkh) di dalamnya adalah liang
kubur. Bagi akal dan budi, di dalamnya juga kubur dan juga
“sesuatu-sesuatu”.
(21)
Ketahuilah! Kuajak
engkau berbicara, supaya engkau dapat melihat, bukan untjk berbicara ...
Katakanlah padamu ... inilah penglihatanmu! Agar engkau memperoleh
bukti di dalam makrifatmu kepada Ku; Bukan untuk engkau pamerkan atas
Ku kepada siapa yang tidak melihat Ku.
Ketahuilah! Petunjuk
Ku bukan berada di tangan Mu... maka bila Aku mengajak mu bertutur
kata, niscaya engkau dapat melihat Ku; Bila engkau melihat... tiadalagi
pembicaraan.
(22)
Siapa yang tidak naik
atasnya Nur Cahaya Ku, maka ia dalam api... dan siapa-siapa yang naik
atasnya Nur Cahaya Ku, maka ia akan dapat melihat Ku.
(23)
Hati-hati yang tetap
teguh adalah hati-hati yang bermaqam di Hadirat.... ia tidak hadir mudik
dengan pelbagai lintasan hati, karena sesungguhnya ia sudah melihat Ku
sebelum KUN (Jadilah) yakni sebelum Aku menyatakan dan sebelum akau
berbuat, maka setelah tiba KUN dan telah datang lintasan-lintasan hati,
Aku telah menghentikannya di dalam maqam Hadirat.
(24)
Lemparkan apa yang
dengannya Aku rahasiakan, dan lemparkan apa yang dengannya Aku
nyatakan..... Engkau adalah lebih mulia atas Ku daripada apa yang telah
dan akan Ku katakan kepadamu, maka bagaimmana engkau memikul dan
membawanya kepada Ku, sedangkan engkau lebih perkasa di sisi Ku daripada
apa yang telah dan akan engkau katakan kepada Ku; Maka janganlah engkau
menjadi kendaraan bagi selain Ku, niscaya engkau di dampingi oleh
derita dan malapetaka yang akan berembunyi di dalam afiat itu. Jadilah
engkau untuk Ku, bukan untuk tutur kata Ku (yakni keikhlasan dalam
menuju zat ... untuk Zat Allah jangan ada sessuatu yang lain).
(25)
Alah berseru kepada
hambanya yang dikatakan – yang ia kikir atas maqam manapun -... Wahai
hamba Ku! “Engkau akan dipanggil oleh setiap ariff kepada makrifatnya;
Sedangkan itu adalha hak Ku atasnya; maka janganlah engkau keluar dari
makrifatmu berpindah ke makrifatnya, itu adalah hak Ku atasmu.
(26)
Segala kenyataan yang
telah nyata itu maqamnya berada di belakangmu... di balik hatimu...
maka dudukanlah masing-msing itu di maqamnya...
Setelah itu
mermaqamlah untuk Ku da engkau akan didatangi oleh “Beridi sendiri”
(Qoyyumiati), maka engkau akan ditegakkan berdiri untuk Ku, dan engkau
akan selalu beregang pada Ku.... Ketahuilah! Bahwa engkau amat mulia
bagi Ku dari segala apa yang Ku nyatakan, dan dari apa yang Ku katakan
kepadamu, juga engkau amat perkasa bagi Ku dari apa yang telah engkau
katakan kepada Ku”.
(27)
Aku mempunyai di sisi
Tuhan ku suatu maqam, dimana tiada lagi di dalamnya “perintah” maupun
“larangan” . Itulah maqam di mana ku lihat Tuhanku di dalamnya. Di
dalamnya kau tidak lagi Kemalaikatan, tiada pula aku dipengaruhi jin
dalam kedudukan selayaknya jin; tidak pula aku dipengaruhi oleh hruf
dalam kedudukan sebagai huruf, tidak pula oleh alam semesta dalam bentuk
alamiahnya.
(28)
Barang siapa yang
telah melihat Ku, jika saja berdosa maka dosanya lebih besar dari alam
semesta; dan beritakan tentang siksanya, bahwa derita siksanya adalah
seluruh penderitaan.
(29)
Ia bertutur kata
kepadaku : “Tidak Ku kirim kepadamu ilmu-ilmu dan tidak pula
makrifat-makrifat, bahkan Aku mengutusmu agat segaa sesuatu itu menjadi
untukmu “kekuasaan” (Rabbaniah) melaksanakan pengiriman.... Hendaklah
engkau berdiri di Hadirat Ku, niscaya Aku lah yang langsung memerintahmu
dengan segala sesuatu, dan tidaklah aku memerintah sesuatu terhadap
kepadamu.
(30)
Aku telah dihentikan
berdiri di dalam Hadirat Nya. Dia adalah abadi demi keabadian, kekal
demi kekekalan, aku pun telah meluhat tirai dan tabir-tabir, segala rupa
penghijab, semua menghampar menutupi wajah-wajah siapa saja yang
memohon kepada Nya. Aku telah melihat pula bagaimana kesemuanya itu
tersingkap bagi wajah siapa saja yang berserah diri kepada Nya.
(31)
Bila engkau telah
melihat kepada Ku, ketahuilah bahwa penglihatan itu karena mata
manusiawai, bukan hukum manusiawi (yang tidak lengah sedikitpun walau
sebagai tawanan dari kebutuhan manusiawi). Dan bila engkau tidak dapat
melihat kepada Ku, itu adalah dikarenakan pandangan mata manusiawi.
(32)
Bila engkau
memberantas kebutuhan itu dengan sesuatu kelengahan, niscaya kebutuhan
itu makin jadi. Bila engkau memberantas kelengahan dengan
keinginan-keinginan, akan bertambahlah kelengahan itu.
(33)
Bila engkau tinggal
menetap di dalam penglihatanmu kepada Ku, niscaya engkau akan membenci
dirimu sendiri sebagaimana engkau membenci musuhmu.
(34)
Segala
persoalan-persoalan dapat engkau ketahui, lalu dapat engkau saksikan
menurut kadar yang engkau ketahui, kecuali persoalan yang mengenai
ketuhanan, pertama-tama engkau dapat menyaksikan kemudian baru negkau
dapat mengetahui ilmu-ilmu, Nya.
(35)
Bila engkau telah
melihat Ku, niscaya segala ilmu dan makrifat akan menjadi kayu bakar
bagi api KU, dan apabila engkau menginginkan, akan Ku sertakan pula
engkau dengannya.
(36)
Sekali-kali engkau
tidak dapat mengenal Ku, bila engkau tidak melemparkan hawa nafsumu,
sekalipun hawa nafsu itu didatangkan oleh tangan Ku.
(37)
Sekli-kali engkau
tidak dapat menyaksikan Dau untuk selama-lamanya dengan arti makna,
karena artimaknamu itu tidak dapat memiliki kecuali dirinya sendiri.,
dan engkau akan menyaksikan Daku dengan penyaksian Ku semata.
(38)
Segala apa yang nyata
seluruhnya berbatas, batas-batas itu adalah gambar-gambar lukisan,
gambar-gambar lukisan itu beraneka ragam, aneka ragam itu saling serupa
menyerupai dan saling lawan berlawanan, yang saling lawan berlawanan itu
beramah-tamah satu sama lainnya serta bersimpang siur.
Adapun yang
dilahirkan itu bersama-sama ilmu-ilmunya adalah merupakan hijab Ku, dan
tidak Ku beri nama kepada kenyataan-kenyataan itu untuk memperkenalkan
melainkan untuk menjadi hijab Ku.
Bila nama-nama itu dibuang, niscaya akan tertembus oleh pandangan dan bila pandangan dapat menembus berarti dapat mengenal.
(39)
Maulaya! Tiada Ilmu
mu bebas merdeka dengan melaksanakan perintah Mu, maka ilmu itu tentang
Mu dalam kebutaan. Bila engkau beri petunjuk, itulah karunia Mu; Bila
engkau menghijabnya, itulah hijab Mu (alasan); itu semua adalah
kepunyaan Mu, maka ilmu itu tidak dapat menyaksikan kecuali kejahilan.
Para ulama Nya ... berjalan dengan Nya di dlam Nur Cahaya Nya.
(40)
Sejauh-jauh kemauan
keras itu masih berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari, dan siapa yang
merusaknya, maka jadilah rusak. Maka tiada jalan keluar untuk
menidadakan pemikiran tentangnya sama sekali, karena sesungguhnya ia
adalah asal penderitaan yang dialami oleh manusia menurut susunan
manusiawinya.
(41)
Hakekat segala
sesuatu itu adalah samar, karena tiadanya kesanggupan. Manusia itu
lenah, tiada daya uneuk mengetahui dirinya, dan ia selalu luput untuk
mencapai manfaat atau mudharrat ... dan ilmu tentang Tuhannya sangat
lemah sekali.
Ilmu-ilmu tak dapat dicapai oleh lawannya sama sekali.
Para kekasih Nya tiada sengsara, dengan pengetahuan ilmu-ilmunya.
Tuhan Maha Tinggi yang meninggi, tak dapat diperkenalkan dengan susunan huruf.
Maka.... Maha Agunglah Puja Puji Nya.
(42)
Hai hamba!
Teguhkanlah akal budimu di dalam ketenangan dan ketentraman, lihatlah
baik-baik apa yang menjadi penyebab akal budimu tenang dan tenteram,
itulah artinya sampai, maka lihatlah tempat sampainya itu, itu adalah
merupakan mutiaranya, lihatlah para mutiara itu, maka itulah mata yang
mampu melihat. Bila sampainya adalah siwa, niscaya akan keheranan pada
mulanya dan rugi setelah kesudahannya.
Bila dengan zikir
sampainya dan penglihatan pada Nur Cahay Ku tempat bergantungnya, maka
akan tetap dalam keteguhan, tiadalah ia akan berpaling, dan luruslah
mata hatinya, maka tidak dikuatirkan lagi akan tergelincir.
(43)
Siapa yang beramal
utuk memperoleh pahala, niscaya ia akan letih dengan masuknya
harapan-harapan, barangsiapa yang beramal karena takut siksa, niscaya ia
akan letih dengan sangka baik; dan barang siapa beramal demi Wajah
Allah, tiada letih baginya.
(44)
Ketika ahli pAhlur
Ru’yah) mengatakan, bahwa dirinya telah kehilangan padangandan tidak
lagi melihat siwa maka sesungguhnya yangmereka maksudkan adalah
hilangnya penglihatan terhadap siwa dari apa yang nyata dari
kenyataan-kenyataan itu, umpamakan ilmu itu berbentuk dari sebuah kitab,
dan kitab itu dari seorang guru, dan guru itu dari suatu madrasah,,,
bukan demikian yang diucapkan, tetapi ilmu itu dari Allah, dan mereka
sudah kkehilangan urut-urutan dari sebab musabab. Maka segala apa yang
nyata pada sisi mereka adalah Al Haq Ta’ala semata, sekalipun menyata
dari berbagai jurusan.
(45)
Seluruh ketakutan itu
berkaitan dengan perselisihan, tidak cocok dengan pendengaran telinga,
tidak cocok dengan penglihatan mata, tidak cocok dengan apa yang
dijinaki oleh akal budi... Karena tiada jalan keluar untuk meniadakan
ketakutan itu daripada manusia samak sekali karena tiadanya jalan menuju
kepada kesempurnaan.
(46)
Bukti dalil keyakinan itu ada empat.... penglihatan nikmat, ketakutan hijab, penerimaan perkenalan dan perpaling daripada siwa.
Pasak bagi hawa nafsu itu ada empat pula.... kekikiran, keserakahan, kesombongan dan panjang angan-angan.
(47)
Keserakahan itu mengiri segala sesuatu kecuali makrifat, dan makrifat itu meniadakan segala sesuatu itu kecuali keetakutan.
(48)
Keyakinan dan taqwa
itusaling berdampingan, apabila salah satu gaib, niscaya gaib pula yang
lain. Kesabaran dan kerelaan itu adalah berdampingan, bila salah satu
gaib, yang lain gaib pula. Dan Khalwah (tapa menyepi menyendiri) dan
ibadah itu berdampingan, bila salah satu gaib, gaib pulalah yang lain.
(49)
“Ilahi” Telah musnah
segala kenyataan-kenyataan, maka tiada yang dapat bertahan berhadapan
dengan keabadian Mu, dan telah terbentang di hamparan bagian-bagian
yang terakhir, maka tiadalah kuasa bertahan di hadapan sifay Qiam Mu
(berdiri Mu sendiri).
(50)
Hai hamba! “Siapa yang telah paham tentang Ku, niscaya Ku buat perhitungan kepadanya tentang air dan jiwa.
(51)
Hai hamba ! “Bila Aku mengajak berkenalan, Aku hampir tidak lagi menerima suatu uzur (alasan) apapun.
(52)
Hai hamba!
“Perkenalan dengan apa yang tak dapat dikatakan itu sifatnya adalah
mengharuskan; dan perkenalan dengan apa yang dapat dikatakan itu
sifatnya adalah menuntut.
(53)
Tiada perkenalan
melainkan dengan karunia dan anugrah dari Allah, maka bila ia
memperkenalkanmu, niscaya engkau ditegakkan berdiri, apabila engkau
ditegakkan berdiri, niscaya Ia memberikan apa yang dapat engkau
saksikan.
1 komentar:
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau
Posting Komentar